Cerita Seks : Beauty And The Beast 4

Dua minggu lebih sudah aku menjalani KKN di
desa ini. Sampai saat sekarang ini juga, aku
masih setia menjadi budak seksnya hewan-
hewan peliharaan Pak Maun. Tidak hanya kuda
dan anjingnya, kemarin aku juga mencoba
rasanya ngeseks dengan kambing dan lembu.
Pernah selama beberapa hari kemarin ini saat
aku datang bulan, Pak Maun tetap menyuruhku
untuk melayani penis-penis binatang itu meski
hanya dengan mulut dan anusku. Awalnya aku
bergidik ngeri membayangkan kontol kuda yang
super gede itu bakal masuk ke lubang
pantatku. Namun karena penasaran akhirnya ku
coba juga. Meski hanya ujung kepala penisnya
saja yang akhirnya bisa masuk ke anusku, tapi
itu sudah cukup membuatku berjalan
mengangkang keesokan harinya.
Perlakuan Pak Maun juga betul-betul
seenaknya saja terhadapku, dia begitu
merendahkanku. Aku betul-betul disederajatkan
dengan hewan oleh pria itu, seperti
mengalungiku dengan rantai, menyuruhku
makan dilantai bersama anjing-anjingnya,
sampai disuruh buang air sembarangan di
tengah jalan seperti binatang.
“Pak, ntar kalau ada orang yang ngelihat
gimana dong?”
“Gak bakal, ayo sana… katanya udah kebelet
kan? Atau bapak kasih tau nih teman-
temanmu?” suruhnya dengan ancaman. Sialan
banget, padahal tadi mau izin bentar ke wc
buat pipis, malah disuruh pipis di tengah jalan.
Tapi ya udah deh, untung saja tengah malam,
berdoa aja moga-moga betul nggak ada yang
ngelihat. Lagian aku juga penasaran gimana
rasanya ‘nyetor’ di alam terbuka. Akupun
berjongkok lalu buang air ditengah jalan.
Dadaku berdebar-debar karena aku belum
pernah melakukan hal sememalukan ini
sebelumnya.
“Gitu dong… anjing bapak aja gak malu kencing
di jalanan, masa kamu pakai malu-malu
segala… hak hak hak…” ujarnya merendahkanku,
seenaknya saja menyamakan aku yang gadis
kuliahan dari kota ini dengan anjing-anjing
kampung peliharaannya itu. Tapi mendengar
hinaannya itu membuat ku horni juga sih...
“Gimana rasanya? Enak? Udah lega kan? hak
hak hak…” tanyanya saat aku selesai dan
menarikku lagi ke dalam, rantai yang
mengalungiku ini cukup membuatku kesakitan
karena tarikan Pak Maun yang cukup keras.
“Iya Pak, udah lega, hmmm…. Makasih” ucapku
yang malah berterima kasih padanya setelah
diperlakukan begitu. Tapi ada satu hal yang
membuatku gelisah, dia belum menyuruhku
ngentot dengan hewan-hewannya sepanjang
malam ini, padahal aku udah sange berat.
Mana hari udah mau subuh lagi. Tampaknya dia
sengaja membuatku mati-matian menahan
birahi pengen dientot hingga aku mengiba
padanya, betul-betul busuk! Masa aku harus
memohon-mohon minta dientotin sama hewan-
hewannya sih, ogah!! Tapi… tapi….
“Pak….” Panggilku lirih.
“Apaan?”
“Itu…” kataku lagi dengan wajah sange padanya
berharap dia mengerti.
“Itu apaan?” tanyanya lagi dengan cueknya.
Sialan, ternyata dia memang tahu apa yang
sedang ku rasakan, namun dia malah sengaja
membuatku menahan-nahan birahi. Tapi ku
harus tetap jaga imej, gak boleh sampai
ngemis-ngemis minta dientot binatang, gengsi
dong….
Ku pasang wajah semenggoda mungkin sambil
menggigit kuku. Pandangan mataku terus-
terusan menatap dirinya dengan lirikan nakal.
Berharap dia luluh dan akhirnya menyetubuhiku.
Ya, kalau gak bisa dengan hewan, dengan dia
juga gak papa deh. Dari pada malam ini gak
ada sama sekali.
“Kalau jadi anjing itu seharusnya gak ngomong,
mana ada anjing yang bicara… ntar bapak kasih
tau teman-temanmu lho… Ayo, jadi betina yang
baik dan penurut!!” perintahnya. Aku tambah
bete aja mendengarnya, itu mulu ancamannya.
Selama beberapa saat akupun diam menuruti
omongannya, namun pandangan mataku tetap
melirik kepadanya. Mengetahui aku yang terus-
terusan menatap sange ke arahnya, dianya
hanya cengengesan saja. Sialan banget kan
namanya? Bete…. Tapi harus diam sampai
kapan sih Pak? Kalau begini terus keburu
subuh… tidak ada waktu lagi!!
“Pak…”
“……”
“Pak…!!”
“Apa? udah bapak bilang kalau jadi anjing itu-”
“Entotin Angeeeeelllll!!! Pleaseeee!!! Entotin
betina lacurmu ini!!” teriakku akhirnya
memotong omongannya, aku sudah tidak tahan
lagi. Ku buang dulu rasa gengsiku. Biarin deh
kalau mau dikatain maniak. Tua bangka ini
betul-betul berhasil mempermainkanku, sampai-
sampai membuatku harus berteriak mengemis
meminta disetubuhi seperti ini kepadanya.
Sungguh memalukan.
“Hak hak hak… ngomong dong dari tadi!!”
katanya menertawakanku yang berhasil dia
kerjai ini. Aku hanya menatap penuh kesal
kepadanya. Apa dari tadi itu gak cukup sebagai
petanda? Betul-betul nih tua bangka.
“Ayo, bilang sekali lagi… yang jelas!!”
perintahnya. Sial, Oke Pak, nih Angel turutin!!
“Angel mau dientot!! dientotin anjing-anjingnya
bapak!! dientotin kuda-kudanya bapak!! Dientot
kontolnya bapaaak!!!” teriakku dengan
lantangnya sampai nafasku ngos-ngosan
dibuatnya. Masa bodoh kalau teriakanku bakal
membangunkan orang-orang desa. Dengan
sengaja pula ku tekankan kata ‘ngentot’ biar
dia tahu kalau aku memang sudah sange minta
dientotin. “Puas kamu Pak? Hah?” batinku
dalam hati. Tapi sialnya, dia terus saja tertawa
terpingkal-pingkal mendengar ucapanku
barusan.
“Ya sudah kalau gitu, mau bapak buatin jamu
dulu gak?” tanyanya yang masih saja mengulur-
ngulur waktu, padahal udah injury time!! Udah
mau subuh!!
“Terserah!!” kataku bete.
“Hak hak hak, ya sudah, tunggu bentar” dia
betul-betul meninggalkanku sendiri di kandang
ini. Tidak lama dia kembali lagi dengan
membawakanku segelas jamu, jamu yang
memang sudah biasa diberikan olehnya padaku
sebelum aku disetubuhi hewan-hewannya
dalam beberapa hari terakhir. Jamu itu betul-
betul ampuh menjaga staminaku, membuat
tubuhku bisa digarap habis-habisan sepanjang
malam oleh peliharaan-peliharaannya Pak
Maun, serta membuat tubuhku terasa lebih
panas dan bergairah. Akupun segera meminum
jamu yang terasa anyir dan aneh itu, entah
apalah bahannya.
“Kamu mau tau salah satu bahan
campurannya?” tanyanya seperti mengetahui
rasa penasaranku. Ku hentikan minumku
sejenak lalu melirik padanya, tanda kalau aku
memang penasaran dengan apa-apa bahan dari
jamu yang selalu ku minum setiap malam ini.
“Peju babi hutan… hak hak hak” katanya
memberi tahu. Apa? peju babi hutan? Pantas
saja rasanya rada-rada aneh nih jamu. Ternyata
aku sudah meminum peju babi selama
beberapa malam terakhir ini. Aku cukup
terkejut sih, tapi hmm… ya sudah lah.
“Kenapa? Gak masalah kan?” tanyanya
melihatku yang sempat menunjukkan ekspresi
jijik.
“Gak papa…” jawabku sambil tersenyum. Ya,
mau gimana lagi, udah terlanjur ku minum juga.
Ku lanjutkan lagi meminum sisa jamu
bercampur peju babi hutan ini sambil mataku
terus melirik dan tersenyum padanya, tanda
kalau aku memang tidak mempermasalahkan
bahan jamu ini sama sekali.
“Enak kan? atau mau besok bapak bawakan
peju murninya ke kamu?” tawarnya. Peju babi
hutan murni? Boleh juga tuh. Gimana rasanya
yah…
“Boleh Pak” kataku mengiyakan setelah
tegukan terakhir jamu peju babi ini masuk ke
lambungku.
“Oke kalau gitu, sekarang ayo ngentot” katanya
menarik rantaiku menyuruhku berdiri, akupun
berdiri dengan patuhnya.
“Kamu mau sama anjing atau sama kuda dulu?”
tanyanya kemudian.
“Ngmm… kalau sama bapak dulu boleh nggak?”
jawabku dengan wajah dan nada bicara yang
dibuat semenggoda mungkin.
“Hehehe… Okeh, dasar lonte binatang” hinanya.
Diapun langsung menarikku mendekat.
Sepertinya dia memang sudah mupeng sejak ku
memohon-mohon tadi. Makanya jangan sok…
Angel gitu lho, hewan aja tergoda, apalagi
orang, hihihi…
Segera dia menelanjangi dirinya sendiri. Penis
hitamnya terlihat sudah sangat tegang
mengacung-ngacung di depan wajahku. Bersiap
untuk mengobok-obok baik mulut, vagina
maupun anusku sesuka hatinya. Ia menyuruhku
untuk mengemut batang penisnya sebentar
sebelum mengentoti vaginaku. “Jleb,” Phew…
akhirnya ada penis yang masuk vaginaku. Hmm,
kok rasanya aku jadi binal banget gini yah? Ah,
biarin... namanya juga udah nafsu. Dia lalu
mulai mengaduk-aduk memekku, semakin lama
semakin cepat dan kasar.
“Inikan yang kamu mau? Dientotin sama
kontol?” ujarnya sambil terus menggenjotku
dengan kasarnya dengan gaya anjing.
“Iya Pak… terus… nghh… entotin Angel, yang
kasar!! hantam memek Angel sesuka hati
bapak… nghh… entotin pelacurnya hewan
peliharaan bapak ini” racauku seperti orang
kesurupan.
“Ntar bapak keluarin di dalam yah? Bapak
pejuin yah memekmu ini?”
“Ngh… jangan…” tolakku. Pak Maun yang
mendengar penolakanku langsung mencabut
batang penisnya. Padahal tinggal sedikit lagi
aku orgasme!! Kentaaaaang!!
“Mmhh… Pak?” panggilku sambil menoleh
menatap sayu padanya. Mencoba memberi
tahunya betapa tidak nyamannya keadaanku
sekarang ini. Sungguh betul-betul kentang,
ngegantung banget rasanyaaaa!!! Tapi dia
malah sengaja mempermainkanku lagi, betul-
betul tidak tahu diri. Aku betul-betul tidak
punya pilihan lain, dari pada merasa kentang
gini, ku turuti saja maunya itu.
“Ya udah, sekali ini aja yah pak…” kataku
akhirnya menyetujui kalau dia boleh buang
pejunya di memekku. Barulah kemudian dia
memasukkan lagi penisnya itu.
“Hehehe… gitu dong… Jadi boleh kan bapak
pejuin memek kamu? Kalau kamu sampai hamil
gak apa kan?”
“I.. iyah.. gak papa, tumpahin aja di dalam
kalau bapak emang mau ngehamili Angel…”
jawabku tidak peduli. Diapun melanjutkan
menyetubuhiku dengan membabi buta, hingga
akhirnya pejunya muncrat-muncrat dengan
derasnya ke dalam rahimku. Banyak banget
lagi. Tapi biar deh, aku juga sampai berkali-kali
orgasme karena dikontolin olehnya.
Sehabis disetubuhi olehnya, akupun secara
marathon bergantian menyepong dan disetubuhi
oleh kuda-kudanya Pak Maun. Ada salah satu
kuda yang sedang aku sepong kontolnya,
kudanya malah kencing, jadilah sebagian
kencingnya itu tertelan olehku. Eneg!! Setelah
dengan kuda, dilanjut dengan acara gangbang
oleh anjing-anjingnya. Tepat menjelang subuh,
acara inipun selesai. Baik vagina, anus maupun
mulutku penuh dengan peju binatang-binatang
itu, begitupun dengan sekujur tubuhku. Ku
berharap lagi agar sperma binatang-binatang ini
bisa membunuh spermanya Pak Maun tadi. Aku
kan gak mau juga kalau aku betul-betul hamil
anaknya. Masa umur 20 tahun udah hamil,
anaknya pria tua kampung lagi. Ish….
~~~
Malam selanjutnya aku berencana kembali lagi
ke sana. Aku penasaran pelecehan seperti apa
lagi yang akan dilakukan oleh Pak Maun
terhadapku. Hmm… Kok sekarang aku jadi
senang dibegituin yah? Entah kenapa hinaan
dan pelecehannya yang bikin telinga panas itu
malah membuat aku horni. Pak Mauuun, I’m
coming…. Mau ngentot dengan Angel lagi?
Yuk… Mau bapak lecehkan lagi? Okeh… Atau
cuma mau nonton ngelihat Angel entot-entotan
sama peliharaan-peliharaannya bapak? Boleh
banget… hihihi… ^_^
Setelah memastikan teman-temanku tertidur,
aku segera menelanjangi diri hingga bugil dan
keluar dari pondokan diam-diam. Gerimis yang
turun membuat malam ini semakin dingin.
Jadilah tubuh telanjangku basah-basahan
dibuatnya. Dengan bersusah payah ku lalui
jalan setapak yang amat licin karena becek,
berkali-kali aku tergelincir hingga membuat
bagian bawah tubuhku kotor.
“Dasar betina tolol!! Makanya jalan itu hati-hati”
katanya menghinaku saat aku datang. Baru
datang aja udah dihina…
“Abis, jalan pada becek Pak” jawabku membela
diri walaupun aku senang-senang saja dikata-
katai olehnya.
“Ya sudah, bersihkan dulu badanmu itu, habis
itu ikut bapak”
“Kemana pak?”
“Udah… ikut aja jangan banyak tanya”
Akupun membersihkan tubuhku dengan air yang
ada di baskom. Kemudian kami pergi ke luar.
Dia mengajakku masuk hutan. Suasananya
begitu mengerikan karena hanya cahaya senter
yang menerangi langkah kami. Suara-suara
hutan beserta rintik-rintik hujan semakin
membuat suasana mencekam. Setelah sekitar
sepuluh menit berjalan akhirnya kami sampai di
tempat tujuan yang pak Maun maksud. Sebuah
rumah kayu yang sepertinya menjadi tempat
para penduduk desa beristirahat sehabis
menggarap ladang-ladang mereka.
“Ayo” ajaknya menarik tanganku. Ternyata di
belakang sana terdapat kandang babi, ada babi
ternak dan ada babi hutan alias celeng.
“Katanya kamu mau coba peju babi hutan
murni kan? Ini tak kasih… hak hak hak” Jadi dia
ngajak aku ke hutan agar aku ngewe dengan
babi-babi? Hmm… ngentot dengan babi, boleh
juga tuh dicoba.
“Kenapa? Gak mau? Ya sudah… yuk pulang”
katanya melihat aku yang hanya terdiam
menatap babi-babi ini.
“M-mau Pak, jangan pulang dong….” Kataku
menarik tangannya saat dia akan berbalik.
“Hak hak hak… diam saja dari tadi sih, kirain
gak mau”
“Nggak Pak, Angel mau kok ngentot sama…
babi. Please yah pak jangan pulang dulu…”
rengekku.
“Hak hak hak… oke, kalau gitu ayo kamu masuk
ke sana main dengan mereka, bapak mau lihat”
suruhnya. Ku turuti perintahnya dengan segera
melangkahkan kakiku ke dalam kandang babi
yang penuh lumpur menjijikkan ini. Ini lumpur
pasti banyak cacingnya.
Saat ku sudah masuk dan duduk bersimpuh di
kubangan itu, tiba-tiba babi-babi itu langsung
mengerumuniku secara bersamaan. Agak takut
juga karena ku kira mereka akan menyerangku,
tapi ternyata mereka hanya menjilat-jilati
tubuhku.
“Duh, geli… iya ampun, jangan keroyokan gini…”
rengekku, namun tentu saja babi babi itu tidak
peduli. Mereka terus saja menjilati tubuhku,
baik wajah, buah dada sampai vaginaku.
Membuat tubuhku semakin kotor oleh liur dan
juga lumpur. Penis mereka ku lihat juga sudah
muncul dan siap meminta pelayanan dariku.
Baru kali ini juga aku melihat penis babi secara
langsung. Bentuknya aneh seperti mata bor.
Aku jadi bergidik membayangkan kalau aku
akan dientotin oleh babi rame-rame!! Di
gangbang babi di kubangan lumpur!! Penasaran
aku gimana rasanya memekku ‘dibor’ oleh penis
mereka dan rasanya sperma mereka di rahimku.
“Kalian mau entotin Angel yah? Ya udah…”
kataku membuka lebar-lebar memekku dengan
jari. Salah satu babi langsung mendekat,
ukurannya sekitar dua kali ukuran tubuhku.
Perlahan-lahan penisnya itu masuk ke dalam
memekku, akhirnya aku merasakan vaginaku
diisi penis babi. Penisnya yang panjang dan
seperti mata bor membuatnya mudah masuk
sampai ke rahimku.
“Gimana rasanya? Enak kan?” tanya Pak Maun.
“Ngghh… iya Pak…”
“Mmmhh…. Terus… entotin Angel, pejuin
memek Angel sama peju kalian” racauku.
Babi ini terus menggenjotku, sedangkan yang
lain antri sambil terus menjilati seluruh bagian
tubuhku. Hingga akhirnya penisnya
memuncratkan spermanya di dalam memekku.
Pejunya terasa lebih kental dari semua peju
binatang yang pernah menyiram memekku ini.
Pejunya nempel di dalam dan gak ngalir keluar,
terjebak di dalam rahimku. Tapi itu baru satu
babi, masih ada sepuluh ekor lagi yang akan
menggenjotku. Phew… malam ini sepertinya
aku akan penuh lumpur dan peju babi.
“Ayo, dilanjut, baru juga satu…” perintah Pak
Maun seenaknya sambil asik merokok. Ku balas
saja perintahnya itu dengan senyuman. Sabar
napa sih? yang ngentot kan Angel, bapak duduk
manis aja sana!
“Pak...”
“Apa?”
“Kalau masuk sekali dua muat gak yah? Bapak
mau lihat gak Angel dientotin dua babi
sekaligus? Mau lihat gak gimana memek Angel
dijejali dua batang kontol babi ini?”
“Hehehe... oke, coba aja”
“Ya udah, lihat baik-baik yah pak… cuma bapak
aja lho yang pernah lihat Angel ngentot dengan
babi” kataku sambil tersenyum manis dan nada
bicara menggoda. Pria itu cuma tersenyum,
bangga mungkin dianya.
Aku lalu membaringkan salah satu babi,
kemudian aku mendudukinya dan memasukkan
batang penisnya itu ke memekku. Ku rebahkan
badanku sehingga posisiku jadi telungkup. Babi
satunya kini ikut naik ke tubuhku dari belakang
dan memasukkan penisnya ke dalam memekku.
Sekarang ada dua penis babi yang memilin
vaginaku!! Bayangkan saja, seorang gadis
cantik putih mulus sedang dientotin dua babi
sekaligus di kandang mereka yang penuh
lumpur!! Bahkan masih ada beberapa babi lagi
yang menunggu antrian. Sungguh liar dan
nakal.
“Pak Maun… liat Angel Pak… Bapak suka kan
liatnya? liat Angel dientotin babi kaya gini? Iya
kan pak?” teriakku sambil mendesah
kenikmatan. Tampak Pak Mau begitu
mupengnya melihat diriku ini, kini dia sudah
menurunkan celananya dan coli sambil
menonton aksi binalku. Bagiku sendiri rasanya
luar biasa banget ngentot dengan binatang
sambil disaksikan orang seperti ini.
Babi-babi itu terus secara bersamaan
mengaduk-aduk memekku, hingga lagi-lagi peju
mereka muncrat dengan banyaknya di dalam
rahimku. Ku lakukan hal yang sama dengan
babi-babi selanjutnya. Selalu dengan satu
lubang dengan dua penis. Kadang salah
satunya malah menggenjot lubang anusku.
Yang paling ku suka adalah saat-saat babi-babi
ini melenguh lalu berejakulasi dengan amat
banyaknya di dalam vaginaku. Rasanya
sungguh luar biasa. Tidak jarang saat mereka
ngecrot, aku juga mencapai klimaksku. Bahkan
sengaja aku melirik ke arah Pak Maun sambil
menjerit kenikmatan saat klimaks, biar dia tahu
kalau aku sungguh menikmati dientot dan
disiram rahimku oleh babi-babi ini.
Tidak hanya babi ternak, aku juga mencoba
dengan celeng setelah itu. Untung saja mereka
sudah jinak, soalnya setahuku babi hutan itu
suka menyerang manusia. Bagian bawah
tubuhku rasanya sungguh sesak. Sepertinya
rahimku sudah penuh dengan peju mereka yang
terjebak di dalam. Sampai-sampai perutku
tampak sedikit gembung dibuatnya.
Tentunya aku juga menggunakan mulutku untuk
memuaskan penis mereka. Ku kulum dan ku
mainkan penisnya hingga akhirnya babi itu
memuntahkan pejunya yang kental ke dalam
mulutku. Aku lalu berinisiatif mendekati Pak
Maun sambil merangkak, lalu ku buka mulutku
lebar-lebar menunjukkan sperma babi yang
tertampung di mulutku. Kemudian memanjakan
mata Pak Maun dengan memainkan sperma itu
dengan lidah dan gigiku. Setelah cukup lama,
barulah ku telan sperma itu, seluruhnya tandas
ke dalam lambungku. Rasanya sungguh aneh,
bau dan menjijikkan.
“Suka Pak?” tanyaku menggodanya yang
tampak terpana melihat aksiku barusan.
“Hehehe… suka banget”
“Mau lihat sekali lagi gak?” tawarku.
“Mau banget…”
“Ya udah, bentar yah Pak” ku dekati babi yang
lain, menguras pejunya lagi dan kembali
memainkan pejunya itu di dalam mulutku di
hadapan Pak Maun, lalu menelannya lagi
setelahnya. Dia sepertinya suka banget dengan
aksiku ini.
“Lagi Pak?” tawarku lagi.
“Eh, iya”
“Suka banget yah Pak liat Angel main peju babi
gini? Ya udah.. nih Angel turutin. Khusus buat
Pak Maun seorang lho…” ujarku menggodanya
dengan mengedipkan mata. Akupun
mengulanginya lagi dan lagi sampai dia ngecrot
cuma karena menonton aksiku ini.
~~~
Sejak malam itu aku punya teman ‘main’ yang
baru lagi. Ya, para babi. Pernah juga waktu itu
aku disuruh berbaring di kandang mereka,
kemudian anak-anak babi yang banyak itu
menyerbu tubuhku. Mereka menyodok-nyodok
buah dadaku seperti ingin menyusu, sungguh
geli. Mungkin mereka pikir aku ini induknya.
“Hak hak hak… sekarang ditambah kamu jadi
ada empat babi betina di sini” kata Pak Maun,
seenaknya saja nyebut aku babi betina.
Sisa-sisa hari KKN selalu ku habiskan
malamnya bersama Pak Maun dan hewan-
hewan itu. Kadang aku main di peternakan Pak
Maun, kadang main ke tempatnya para babi.
Aku juga tidak mempermasalahkan segala
perlakuan Pak Maun yang amat sangat
menghinaku. Aku percaya padanya sampai
memperbolehkannya berbuat apapun pada
diriku. Tapi, akhirnya hari itu datang juga,
malam ini adalah malam terakhir aku ke
tempatnya Pak Maun. Seperti malam-malam
biasanya, akupun melayani binatang-binatang
itu. Bedanya, aku tidak akan ke sini lagi besok…
“Pak…”
“….. Apa?”
“Besok Angel pulang” kataku. Mungkin dia
sudah pernah ku beri tahu kapan aku akan
pulang, aku hanya mengingatkannya saja.
“…..”
“Pak?”
“Iya….”
“Besok Angel pulang!!”
“Ohh….” Lah, kok cuma ‘ohh’ doang sih?
Ngomong apa kek gitu, tahan aku supaya gak
pergi kek, apa kek… ini cuma ngomong ‘ohh’
doang. Bete.
Dia lalu mendekatiku, kemudian melepaskan
kalung rantai itu dari leherku. Aku terhenyak.
Hampir saja aku menepis tangannya supaya
tidak melepaskannya, tapi tak jadi ku lakukan.
“Oke, mulai malam ini kamu bebas” ujarnya.
Bebas? Dia bilang bebas? Ya, bebas… setelah
sebulan lebih selalu menjadi budak dan betina
hewan-hewan miliknya, kini aku dinyatakan
bebas. Tapi… kenapa aku merasa tidak senang?
Aku… tidak ingin pergi secepat ini. Ku ambil
kalung rantai yang tergeletak di tanah itu,
berharap dia memasangkannya lagi padaku.
“Pak…”
“Kenapa? Kamu mau bawa pulang rantai itu?
Bawa saja…” ku gelengkan kepalaku. Tentu
saja bukan itu yang ku inginkan.
“Lalu apa?” Aku juga tidak tahu. Yang ku tahu
kalau besok aku tidak akan ke sini lagi, dan itu
membuat hatiku teriris, aku tidak rela.
“Pak…” Aku terbang memeluknya. Tangisku
langsung pecah, aku tidak dapat mengontrol
emosiku. Akupun menangis tersedu-sedu dalam
pelukannya. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku
bisa sampai begini setelah semua perlakuan
hinanya terhadapku.
“Udah, kapan-kapan kamu boleh kok main ke
sini, Bapak bakal nungguin kamu” katanya
menghiburku, yang malah membuat tangisanku
semakin kencang. Ya, setelah sebulan lebih
selalu diam-diam mengunjungi peternakannya
ketika malam tiba, setelah sebulan lebih selalu
besama dengannya dan juga hewan-hewan
peliharaannya, akhirnya kami harus berpisah
juga. Seharusnya aku senang karena aku akan
terbebas dari segala perlakuan bejatnya itu.
Tapi entah kenapa aku malah merasa tidak
ingin pergi, aku tidak ingin berpisah dengannya.
Aneh memang, tapi itulah yang ku rasakan, aku
juga tak mengerti. Pak Maun mungkin tidak
merasakan hal yang sama seperti apa yang ku
rasakan sekarang, tapi aku tidak peduli.
Tanganku memeluk erat tubuhnya, seakan tidak
rela melepaskannya.
“Duh, sakit”
“Biarin!!” kataku yang malah semakin erat
memeluknya. Ku pejamkan mataku, mencoba
untuk meresapi kehangatan ini untuk terakhir
kalinya. Karena mau bagaimanapun, aku juga
harus kembali besok. Meninggalkan ini semua.
“Pak… kalau bapak mau, bapak boleh kok
ngentotin Angel sepuas-puasnya malam ini.
Kalau bapak mau semprotin pejuh bapak di
dalam memek Angel juga boleh kok” kataku
sambil menatap matanya.
“Ya sudah, tapi hapus dulu itu air matanya”
katanya yang langsung saja ku lakukan. Aku
tersenyum lagi padanya setelah itu.
Ya, malam ini aku bersetubuh lagi dengan Pak
Maun. Ini adalah ucapan sampai jumpa dariku
di malam terakhir KKN untuknya. Tapi, aku
akan terus mengenang masa-masa KKN ini.
Selalu.
~~~
Paginya, bus yang akan mengantar kami pulang
sudah terparkir di halaman kantor kepala desa.
Beberapa masyarakat ikut mengantar kepergian
kami. Sebagian larut dalam sedihnya sebuah
perpisahan. Tapi dari semua yang ku harapkan
hadir di sana, aku tidak melihat adanya Pak

0 Response to "Cerita Seks : Beauty And The Beast 4"

Posting Komentar