Nek Sumi

Mulanhya aku sakit perut, Mama memanggil Nek Sumi untuk memijat perutku.
Di kampung kami, Nek Sumi terkenal pintar sekali pijat tuk Masuk angin, keseleo dan sebagainya, dia sangat pintar. Dia terkenal dukun beranak.
Saat Nek Sumi datang, perutku bukan main sakitnya.
Aku terkentut-kentut baung angin.
Rasanya, angin menyesak ke atas uluhatiku. Kata Nek "Sumi ini angin duduk, Harus segera di keluarkan jika tidak bisa mengakibatkan kefatalan". Aku segera disuruh membuka pakaian, tingal pakai kolor saja. Aku telungkup dan Nek Sumi memulai tugasnya memijat betisku. Lalu pinggangku dan di perutku.
Aku mulai terkentut-kentut. Baunya minta ampun. Perasaan dalam perutku sedikit lega.
Setelah selesai bagian belakang tubuhku, aku disuruh terlentang. Saat itu Nek Sumi menyuruh Mamaku membuat air jahe. Kebetlan Jahe di rumah habis, dan Mama membelinya ke warung.
Perutku mulai dikerjai dan aku kembalio terkentut-kentut. "Tuuuutttt....tuuuutttt.....buusshh". Angin terasa berhamburan keluar dari perutku. Aku merasa lega sekali.
Memang nek Sumi ahli sekali, pikirku. Aku memajamkan mataku, saat Nek Sumi terus memijat perutku. Tangan sebelahnya, mengelus-elus penisku. Dan dengan cepat penisku berdiri.
"Ikh... baru dielus saja sudah berdiri... Tandanya kamu sudah dewasa," katanya, membuat aku bangga. "Kenapa di pegang-pegang Nek...?" tanyaku,
"biar cepat sembuh. Tapi tak boleh bilang siapa-siapa, Nanti malah sakitnya kambuh lagi," ancam Nek Sumi. Aku mengangguk, karena takut perutku kambuh lagi. Nek Sumi berusia 58 tahun dan saat itu aku berusia 16 tahun.
"Bagaimana, sudah mulai enakan?" tanya Mamaku saat dia masuk membawa air jehe hangat.
Aku tersenyum, kulihat Nek Sumi mengedipkan mata, agar aku tak boleh menceritakan elusan di penisku tadi.
Aku meminum air jehe yang dibuat Mamaku. Sambil terus memijat tubuhku Nek Sumi menyarankan kepada Mamaku, agar aku dipijat tiga kali lagi. Pijatan itu dimulai besok sore.
Aku disuruh datang ke rumah Nek Sumi pukul 15.00 dan Mamaku menyetujui.
"Tak usah ditemani. Kan sudah dewasa. Lagi pula Nek Sumi kan bukan siapa-siapa," kata Nek Sumi.
"Iya... kalau sudah dewasa, tak perlu ditemani," kata Mamaku memperkuat.
Aku setuju saja. Pukul 15.00 tepat aku sudah berada di rumah Nek Sumi untuk pemijatan lanjutan.
Kali ini, tidak pakai acara telungkup, tapi langsung terlentang. Nek Sumi memluai pijatannya pada bagian perutku dan aku kembali terkentut. Lalu perlahan Nek Sumi melepaskan kolorku.
Di rumah Nek Sumi tak ada siapa-siapa dan aku dipijat di kamar prakteknya. Penisku mulai dielus-elusnya. Mulai dari buah zakar, sampai ke batangnya. Aku hanya memejamkan mata saja, membiarkan elusan yang mulai kurasakan sangat nikmat itu. Tak lama, kuintip, kenapa terasa elusan itu semakin nikmat, ternyata, Nek Sumi meulai menjilati penisku. "Bagaimana? Enak?" tanya Nek Sumi.
Aku diam saja tak menjawab. Lidah Nek Sumi semakin lincah menjilati penisku, buah zakarku dan sela-sela pahaku. Penisku mulai dimasukkan ke dalam mulutnya.
"Oh..." aku merasakan nikmat luar biasa sekali. Tanpa sadar, aku menjambak rambut Nek Sumi. Kujepit kepala Nek Sumi kuat-kuat. Nek Sumi semakin mempercepat kocokan pada penisku melalui mulutnya. Dan... aku sudah tak tahan, lalu aku melepaskan sesuatu dari penisku. Croot...crooottt... crooootttt, air mengental lepas dari penisku.
Aku mendengar, suara dari kerongkongan Nek Sumi yang menelan air kental yang keluar dari penisku. Setelah itu Nek Sumi menjilati penisku dan menghisap lubang penisku, agar air kentalku semua keluar.
Nek Sumi tersenyum padaku. "Sebentar lagi, kamu sembuh. Tapi ini harus dirahasiakan, kepada siapapun, termasuk kepada Mamamu, kalau tidak, penyakit perutmu akan kambuh lagi," katanya padaku.
Aku setuju. Setelah itu, Nek Sumi kembali memijat tubuhku, setelah celana kolorku dipakaiakan kembali. Saat aku mau pulang, kuberikan uang yang disampaikan Mamaku untuik Nek Sumi sebagai upah memijat. Nek Sumi bilang, uang itu untukku saja. "Kalau Mamamu tanya, bilang saja sudah sampai," kata Nek Sumi. Aku senang sekali. Besok aku harus datang lagi. Aku tak pernah tidak on time. Aku datang tepat waktu pukul 15.00. Nek Sumi sudah siap-siap. Dengan tersenyum dia mengajakku ke kamar prakteknya. Kemabli aku terlentang dan Nek Sumi memijat perutku. "Sudah mulai sembuh," katanya.
Nek Sumi kembali lagi menurunkan kolorku dan mengelus-elus penisku. Dengan cepat penisku berdiri tegak. Nek Sumi pun mulai menjilati penisku. Aku merasa nikmat sekali. Saat itu, nek Sumi melepaskan kain sarungnya. Aku melihat bulu-bulu di kemaluan Nek Sumi. Dengan cepat dia menaiki tubuhku. Dia jongkok dengan kedua kaki mengangkangi tubuhku. Dituntunnya penisku memasuki lubang di antara ke dua pahanya. Dengan cepat penisku memasuki lubang itu. Nek Sumi mulai menggoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Aku merasa nikmat sekali. Nek Sumi mempercepat gerakannya dan menekan tubuhnya kuat-kuat. Lalu tubuhnya menindih tubuhku dan memelukku erat sekali. Desah nafasnya terasa begitu hangat dan memburu. Oh.... Nek Sumi mengeluarkan suara jerit yang tertahan. Aku merasa sesuatu yang hangat mengelilingi penisku. Aku juga memeluk Nek Sumi kuat-kuat karena terasa penisku seperti di pijat-pijat. Lalu... air kental kembali keluar dari penisku. Kami sama-sama berpelukan erat. Tak lama, penisku mengecil dan keluar dari lubang Nek Sumi. Aku dibawanya ke kamar mandi untuk membersihkan penisku. Setelah itu, Nek Sumi kembali memijat tubuhku. Setelah sekujur tubuhku di pijat, Nek Sumi kembali mengelus-elus penisku. Penisku perlahan bangkit lagi. Dengan cepat Nek Sumi memasukkan penisku ke dalam mulutnya dan dia mempermainkan lidahnya di pada penisku. Makin lama makin cepat, Kembali aku menjambak rambut Nek Sumi. Aku menjepit kepalanya dengan kuat dan lepas lagi air kental dari penisku. Kemabli aku mendengar suara gleeekkk. Nek Sumi menelan habis air kentalku. Hari terakhir, aku tak lagi dipijat sekujur tubuhku. Tapi Nek Sumi hanya memastikan keadaan perutku. Lalu aku ditelanjanginya dan Nek Sumi sendiri melepas semua pakaiannya. Nek Sumi mulai mengecup bibirku dan mempermainkan lidahnya dalam mulutku. Aku diajari berciuman. Aku diminta untuk mengisap-isap teteknya. Aku juga diajari menjilati memek nya. Sejak saat itu, secara rutin, aku mengunjungi Nek Sumi dua kali seminggu. Bila Nek Sumi sudah kepingin, dia cukup memberikan kode, dan aku mendatangi rumahnya. Jika aku yang kepingin, dari jauh, aku mengedipkan mataku kepada Nek Sumi dan Nek Sumi akan membuka kunci pintunya. Walau pintu kelihatan tertutup, tapi sebenarnya tidak terkunci. Aku langsung masuk ke rumahnya. Biasanya Nek Sumi sudah memakai daster longgar, tanpa pakaian dalam. Begitu sampai di rumahnya, kami langsung ke ruang prakteknya dan melakukan persetubuhan. Sebuah pengalaman berharga buatku. Aku sangat dimanja Nek Sumi. Setiap kali kami melakukan persetubuhan, aku selalu diberikan uang Rp. 20.000;
Tamat

0 Response to "Nek Sumi"

Posting Komentar