Cerita Dewasa : Aku ingin Putriku di setubuhi Ayahnya (4)

Setelah hari itu, aku rasa ketelanjangan putri
kami semakin intens saja. Baik sebelum
maupun sesudah mandi, dia sering keluyuran di
dalam rumah tanpa busana. Sering pula Fara
mengajak ayahnya mandi sambil dia sudah
mulai menanggalkan pakaiannya sendiri,
padahal dia belum berada di kamar mandi.
“Kamu ini, buka baju itu di dalam kamar mandi,
jangan di luar gitu…” protes suamiku jaim.
Pernah juga saat itu Fara kelupaan mengajak
Papanya, diapun keluar dari kamar mandi
basah-basah telanjang bulat, lalu menyeret
Papanya ke dalam kamar mandi. Sungguh
pemandangan yang ganjil!! Aku tidak tahu
apakah Fara berbuat itu karena kepolosannya,
namun dia terlihat seakan menikmati
ketelanjangannya itu. Masalahnya tidak
ayahnya saja yang melihatnya, tapi juga teman-
teman ayahnya.
Saat berangkat sekolahpun dia kini tidak hanya
mencium pipi ayahnya, tapi sudah mulai
mencium bibir seperti waktu dia TK dulu.
Omongannya, bahasa tubuhnya, kini terlihat
lebih nakal dan menggemaskan bagi kaum
lelaki. Aku tidak tahu apakah ini pengaruh dari
video porno yang ku berikan. Tapi yang jelas
Fara menjadi seperti ini, itu semua gara-gara
aku, ibunya.
Suamiku memang belum menyetubuhi Fara,
tapi dia sudah memperlakukan anak gadisnya
itu bagaikan ‘mainan seks’. Hasrat seksnya
yang dia pendam selama ini karena tidak ku
layani, dia lepaskan semuanya pada anak
gadisnya. Begitupun halnya dengan Fara, dia
semakin hari juga semakin sempurna
mengabdikan dirinya sebagai ‘mainan’ sang
ayah, baik saat akan tidur, mandi, maupun saat
mereka ku tinggal berduaan dimanapun itu. Aku
memang ingin membuat kontak mata dan fisik
sesering mungkin di antara mereka. Aku ingin
hubungan mereka menjadi lebih intim sebagai
ayah dan anak. Aku rela aku hanya
bermasturbasi sendirian sedangkan suamiku
bisa melampiaskan nafsunya ke putrinya.
Sore itu aku mengintip lagi apa yang mereka
lakukan setelah mandi sore. Mereka bukannya
handukan di kamar mandi namun malah di
dalam kamar Fara. Itupun setelah ku lihat
suamiku lebih seperti membelai Fara dibanding
menghanduki.
“Kenapa Pa? kok berhenti?” tanya Fara melihat
Papanya berhenti membelai, padahal tubuhnya
masih sangat basah. Tapi aku rasa Fara
bertanya seperti iu bukan karena tubuhnya
belum kering, namun karena dia ingin terus
dibelai sang ayah.
“Papa mau buang peju lagi?” tanya Fara lagi
menebak.
“Iya, boleh kan sayang?”
“Boleh kok Pa, boleh banget malah” jawab Fara
riang.
Suamiku tersenyum. Dia kemudian bangkit lalu
mencium bibir Fara. Ini bukan sekedar ciuman
ayah dan anak, tapi sudah ciuman sepasang
kekasih karena ternyata mereka berciuman
menggunakan lidah!! Tubuh telanjang mereka
yang masih basah menempel berhadap-
hadapan, menimbulkan suara decakan karena
kulit basah mereka yang beradu. Entah siapa
yang memulai, mereka kini sama-sama terjatuh
ke atas ranjang. Mereka melanjutkan aksi cium-
ciuman itu di sana, saling bergumul dan
meraba tubuh. Membuat ranjang putrinya itu
jadi ikut-ikutan basah. Sungguh pemandangan
yang panas dan erotis!! Suamiku terlihat lebih
bernafsu menjamah tubuh putrinya
dibandingkan menjamah tubuhku, istrinya
sendiri. Apalagi mereka melakukan ini seakan
tidak peduli kalau aku ada di rumah. Aku
cemburu luar biasa. Namun itu justru
menimbulkan sensasi tersendiri.
Suamiku tampak begitu bernafsu, mungkin
karena dia sudah menahan nafsunya sekian
lama. Fara yang dijilati dan diciumi ayahnya
malah tertawa geli cekikikan.
“Aw… Pa geli… hihihi” pinta Fara manja sambil
ketawa-ketawa. Namun yang ada itu malah
membuat suamiku semakin bernafsu.
“Pa… stop dulu.... Pah…” pinta Fara, tapi
suamiku tetap saja lanjut.
“Pa.. geli, Ngh.. stop.. dulu” setelah berkali-kali
memohon untuk berhenti barulah akhirnya
suamiku menghentikan aktifitasnya.
“Ish, Papa nafsuan amat ih… gak tahan banget
yah sama Fara? hihi”
“Maaf sayang, Papa gak kuat. Tapi kenapa kok
suruh berhenti?” tanya suamiku terengah-engah
menahan nafsunya.
“Katanya mau ngeluarin peju, kok malah jilat-
jilatin Fara sih?” tanya Fara.
“Itu juga cara biar Papa bisa keluar pejunya…”
“Oh… tapi jangan lama-lama Pa, ntar ketahuan
Mamah” Fara lalu bangkit dari pelukan ayahnya,
dia lalu menuju lemari dan mengambil sepotong
celana dalam.
“Pakein dulu Pa…” kata Fara sambil
menyerahkan celana dalam itu.
“Baru lagi ya sayang?” tanya suamiku
memperhatikan celana dalam berenda yang ada
di genggamannya.
“Iya Pa, bagus kan?”
“Bagus kok”
Suamikupun memakaikan celana dalam itu
tanpa mengelap badan anaknya dulu. Setelah
celana dalam berenda itu menempel di pinggul
Fara, yang ada itu malah membuat nafsu
suamiku semakin menjadi-jadi. Bagaimana
tidak? tubuh remaja anak gadisnya yang masih
sangat basah hanya dibalut celana dalam.
Celana dalam itupun menjadi transparan karena
basah sehingga memperlihatkan belahan vagina
Fara. Dia yang tidak tahan dengan
pemandangan ini kembali menerkam tubuh
putrinya, menariknya ke ranjang dan
menciuminya dengan buas. Tubuh mungil Fara
kembali ditindih sang ayah.
“Duh… Pa…. kok diciumi lagi sih?” rengek Fara
manja. Tapi kali ini suamiku sepertinya tidak
peduli lagi dengan rengekan anaknya. Dia terus
saja menjamah tubuh putrinya. Seorang pria
dewasa yang telanjang bulat sedang
menggerayangi tubuh remaja 14 tahun yang
hanya mengenakan celana dalam di atas
ranjangnya sendiri, yang mana tubuh mereka
masih sama-sama basah. Sungguh erotis
bukan?
Setelah beberapa lama, mereka duduk
berhadap-hadapan di tepi ranjang. Fara duduk
di paha ayahnya. Mereka masih tetap
berciuman dengan posisi itu. Mulut mereka
seperti tidak ingin lepas, lidah mereka terus
saja saling membelit. Mereka juga saling
menjilati wajah satu sama lain. Wajah Fara
terlhat mengkilap karena dijilat-jilat sang ayah,
begitupun wajah suamiku yang dijilat-jilat
putriku. Tiba-tiba suamiku sedikit menyingkap
celana dalam Fara ke samping sehingga vagina
putrinya terbuka, dan astaga!! Suamiku
mengarahkan penisnya ke vagina putrinya.
Penis tegangnya dia gesek-gesekkan ke
belahan vagina Fara. Suamiku seperti sedang
berusaha memasukkan kontolnya ke sana.
“Sssh… Pa…” Fara merintih memanggil ayahnya.
Dia tidak berusaha melepaskan diri sama sekali
meskipun gerakan ayahnya semakin cabul.
Malah dia juga ikut-ikutan menggoyangkan
pinggulnya seirama gerakan pinggul ayahnya!!
Mereka seperti masih menahan-nahan diri agar
jangan sampai bersenggama, tapi tubuh mereka
jelas menginginkan itu. Setelah beberapa saat,
ku lihat wajah Fara mengernyit seperti
kesakitan. Mungkinkah? Mungkinkah vaginanya
sudah dijejali penis ayahnya? Jantungku
semakin berdetak cepat.
“Ngghhh… Pa, sakit… hati-hati dong…”
“Maaf sayang, Papa gak sengaja”
Aku yakin kalau kepala penis suamiku baru saja
masuk ke dalam vagina putrinya, tapi
sepertinya dikeluarkan lagi olehnya karena
mendengar rintihan Fara barusan. Ku lihat
dengan seksama kalau penis itu kembali
bergesekkan dengan vagina Fara, tapi
kemudian terlihat menghilang lagi yang disertai
rintihan putrinya, “Pa… Ssshh…” Kemudian ku
lihat kelamin mereka bergesekan lagi. Begitu
selalu seterusnya.
“Ih… Papa!! Kok gak sengajanya sering amat
sih?” tanya Fara. Suamiku tidak menjawab, dia
hanya mengajak putrinya berciuman lagi sambil
terus melanjutkan aksi menggesek-geseknya.
Dia sudah sangat bernafsu.
Setelah beberapa kali gesek-masuk gesek-
masuk, ku lihat kepala penis suamiku kembali
hilang, namun kali ini tidak keluar lagi. Fara
walaupun terlihat sangat kesakitan tapi dia
tetap membiarkan penis ayahnya di dalam
tubuhnya. Mereka bersetubuh!! Suami dan
putriku bersetubuh!! Tubuhku panas dingin
menyaksikannya.
Namun…
“Dugh!! Kreekkk…” Aduh…!! Aku yang terlalu
semangat dan penasaran membuat tumpuanku
goyah. Akupun terjatuh, sehingga pintu tempat
aku bersembunyi jadi terdorong terbuka. Terang
saja mereka kaget bukan main melihat
kedatanganku. Fara ku lihat langsung
melepaskan diri dari pangkuan ayahnya lalu
membetulkan celana dalamnya.
“Mama??” kata mereka hampir serentak. Duh…
rencanaku untuk mengintip mereka bersetubuh
diam-diam gagal!! Namun aku berusaha
mengontrol diri karena akulah yang punya
kendali saat ini. Aku tidak ingin seakan-akan
akulah yang tertangkap basah sedang
mengintip.
“Ohh… jadi ini ya yang dilakukan ayah dan anak
gadisnya tiap selesai mandi?” tanyaku pura-
pura seakan baru tahu kelakuan mereka.
“B-bukan Ma… i-ini…” suamiku tampak sangat
panik, dia tentunya tidak menyangka benar-
benar ketahuan olehku, namun Fara terlihat
lebih santai meskipun juga ikut diam. Tampak
jelas raut wajah horni mereka berdua yang
betul-betul merasa tanggung karena aksi cabul
mereka tiba-tiba terhenti.
“Apa? sudah jelas-jelas aku melihat kamu
menyetubuhi putrimu sendiri Mas” tuduhku lagi.
“Bu-bukan!!”
“Terus kalau bukan, apa dong namanya?”
Suamiku terdiam, aku yakin dia tidak bisa
mengelak setelah tertangkap basah olehku.
“Maaf Ma, a-aku… aku tidak tahan” kata
suamiku akhirnya.
“Sudah tidak tahan?”
“Iya… Maaf Ma… Maaf….”
“Baiklah aku maafkan, tapi ada syaratnya”
“Syarat? Apa itu Ma?”
Aku tersenyum sebentar sebelum berkata, “Aku
ingin melihat kalian bersetubuh”
“Hah?” suamiku terkejut bukan main.
“Iya, aku ingin melihat kamu ngentot dengan
Fara”
“Tapi Ma…”
“Kenapa Pa? Kalian belum selesai kan? lanjutin
gih… Sudah terlanjur terjadi juga, jadi cepat
selesaikan. Setubuhi Fara”
Suamiku diam sejenak. Dia tampaknya masih
tidak percaya dengan apa yang baru ku
katakan. Mungkin saja kalau dia tadi memang
benar-benar tidak sengaja meskipun dia sudah
sangat bernafsu. Entahlah, namun apapun itu
aku ingin melihat mereka bersetubuh sekarang.
“Tapi… apa itu tidak apa-apa? dia putriku
sendiri, lagian dia masih 14 tahun” ujarnya
kemudian masih berusaha meyakinkan diri. Dia
masih ragu. Tentu saja, karena Fara adalah
putri kami sendiri. Tapi aku yakin nafsu bisa
mengalahkan segalanya.
“Sudah Pa… Gak apa-apa Pa… Lanjutin saja.
Kamu pasti sudah lama punya khayalan untuk
menyetubuhi putrimu ini bukan? Tidak usah
pikirkan norma-norma. Bebaskan saja khayalan
dan fantasi kamu”
“Sayang, kamu juga mau kan berzinah dengan
Papa kamu?” tanyaku kini pada Fara.
“Berzinah? Berzinah itu ngentot yah Ma?” tanya
Fara polos. Aku sangat senang tiap mendengar
Fara mengulangi kata-kata yang ku ajarkan ini.
“Iya… berzinah itu ngentot, kamu mau kan
dizinahi sama ayah kandungmu? Mau kan
memek kamu dikontolin sama Papa?” ujarku
dengan menggunakan kata-kata ‘liar’ untuk
memanaskan suasana.
“Hmm… karena Fara cinta sama Papa, Fara
mau deh Ma dizinahi” jawab Fara dengan
riangnya, seakan dizinahi ayahnya merupakan
bentuk pengabdian pada orangtua.
“Tuh Pa… putrimu sudah bersedia tuh untuk
kamu zinahi, entotin gih… hihihi”
“Fara, kocokin dong kontol Papa… bikin
ngaceng lagi” suruhku pada Fara. Tanpa perlu
disuruh dua kali Farapun mendekat ke arah
Papanya. Dia lalu meraih kontol suamiku yang
tadi terlanjur menciut.
“Fara kocokin yah Pa…” kata Fara minta izin ke
Papanya.
“I-iya sayang…” jawab suamiku tidak menolak.
Meskipun dia tadi sempat ragu, tapi memang
tubuhnya tidak bisa berbohong untuk
mendapatkan kenikmatan dari tubuh putrinya.
Fara lalu mulai mengocok, tidak butuh waktu
lama untuk membuat kontol ayahnya tegang
kembali karena kocokannya. Jemari Fara yang
mungil lentik mengocok penis ayahnya dengan
telaten. Tapi kalau cuma mengocok saja aku
sudah sering melihatnya.
“Hmm… kayakya ada yang kurang, sayang…
coba masukin ke mulut kamu”
“Masukin ke mulut Ma?”
“Iya… Kontol Papa kamu masukin ke mulut
kamu. Kamu belum pernah coba kan? cobain
gih… pasti ayahmu makin cinta sama kamu…”
Fara tidak langsung melakukannya, dia
menatap dulu sekian lama padaku, lalu
menatap ke ayahnya.
“Mau Fara emut Pa kontolnya?” kata Fara yang
lagi-lagi meminta izin dahulu pada ayahnya.
“E-emang kamu bisa?” tanya suamiku.
“Bisa kok, Fara udah pernah lihat” jawab Fara
sambil melirik padaku. Tentu saja maksudnya
itu sudah pernah lihat dari film porno yang ku
berikan.
“Ya sudah sayang… silahkan” setuju suamiku
yang dibalas senyum manis anaknya.
Aku terpana melihat pemandangan ini. Aku
yakin suamiku juga demikian. Anak gadisnya
sendiri sedang mengoral penisnya. Fara
mengecup ujung kepala penis suamiku
beberapa kali, kemudian berusaha memasukkan
semua penis itu ke dalam mulut mungilnya.
“Arggghh….” Erang suamiku. Suamiku pasti
merasakan sensasi nikmat yang luar biasa.
Penisnya sedang dikocok pakai mulut oleh anak
gadisnya di hadapan istrinya sendiri!! Cukup
lama Fara mengemut penis ayahnya, dia terlihat
sangat lihai meskipun ini yang pertama
baginya.
“Ugh… berhenti dulu sayang… Papa gak kuat”
pinta suamiku setelah beberapa saat, Farapun
menghentikan aksinya.
“Kenapa berhenti sih Pa? pejuin aja mulut
Fara…” kataku sambil tertawa kecil. Mendengar
hal itu Fara juga tertawa dan memasukkan
penis itu sekali lagi dalam mulutnya. Tentu saja
membuat ayahnya terkejut.
“Dasar Fara, kamu nakal yah ternyata… hihihi,
ayo sayang… bikin Papamu enak” suruhku
menyemangati Fara. Gerakan kepala Fara
terlihat lebih cepat sekarang.
“Nghh… Fara… arggghhh” suamiku kini juga
mulai memegang kepala putrinya lalu memaju-
mundurkan seperti sedang menyetubuhi mulut
anaknya. Sungguh cabul!!
Gerakan pinggul suamiku semakin cepat, hingga
akhirnya tubuhnya kelojotan dan memuncrakan
pejunya ke dalam mulut Fara. Putri kami terus
menutup mulutnya, mengapit penis itu dengan
bibir selama peju ayahnya menyemprot
memenuhi rongga mulutnya. Dan dia melakukan
itu sambil terus tersenyum pada ayahnya.
“Sayang jangan langsung telan” suruhku, Fara
sedikit mengangguk.
“Sekarang kasih lihat sama Papa kamu…”
suruhku lagi. Farapun membuka mulutnya
lebar-lebar dihadapan ayahnya, menunjukkan
bagaimana benih-benih ayahnya yang dulu
menciptakan dirinya kini malah dia tampung di
mulutnya. Karena sperma itu sangat banyak,
membuat sperma itu sebagian meluber ke dagu
Fara hingga ada yang tercecer ke buah
dadanya karena tidak mampu ditampung oleh
mulut Fara yang kecil.
“Gimana Pa, suka ya ngelihat Fara seperti ini?
Mulut anak gadis sendiri kok dipejuin sih?
hihihi” tanyaku pada suamiku. Dia tidak
menjawab, tapi aku tahu dia sangat suka.
Pemandangan gadis remaja dengan mulut
penuh sperma serta sebagian tubuh berceceran
sperma seperti ini pastinya sangat
menggairahkan bagi para lelaki.
“Oke sayang, sekarang telan peju Papa kamu”
suruhku pada Fara, diapun menelan sperma itu
perlahan. Semua sperma itu kini perpindah ke
dalam lambung putri kami.
Meskipun baru saja keluar, tapi penis suamiku
hanya setengah layu. Mungkin birahinya yang
masih tinggi membuatnya demikian. Tidak
butuh waktu lama untuk penis itu kembali
tegang sepenuhnya.
“Pa, Fara…” panggilku pada mereka berdua.
“Ya Ma?” jawab mereka serentak.
“Tunggu apa lagi?” tanyaku sambil tersenyum.
Mereka saling pandang, suamiku yang mengerti
tanpa menunggu lagi langsung menciumi putri
kami. Dia juga memainkan jarinya ke vagina
Fara tanpa melepaskan celana dalam putrinya
itu terlebih dahulu. Dia kini tidak malu lagi
melakukan hal bejat pada putrinya di depan
istrinya. Dia ingin segera meraih kenikmatan
dari tubuh putrinya.
Suamiku lalu merebahkan Fara ke atas ranjang.
Dia lalu melepaskan celana dalam putrinya ini.
Fara yang sepertinya juga sudah horni nurut-
nurut saja, bahkan dia membantu dengan
mengangkat pinggulnya. Sekarang mereka
sama-sama polos kembali.
“Kamu yakin Ma tidak apa?” tanyanya padaku,
ujung kepala penisnya sudah menempel di
permukaan vagina Fara.
“Jangan tanya aku, tanya Fara dong Pa…”
“Sayang, kamu yakin?”
“Iya Pa, masukin aja…. Zinah… zinahi Fara…”
rintih Fara yang tampak tidak tahan untuk
ditusuk-tusuk sang ayah. Suamiku yang
mendengar persetujuan putrinya tanpa
menunggu lagi langsung menghujamkan
kontolnya. Penis suamiku kini masuk
seutuhnya!!
“Arggghhhhhhh” jerit Fara tertahan. Tampak
darah perawannya mengalir pelan. Dia baru
saja diperawani oleh ayahnya sendiri.
“Sakit…. Sakit Pah…” rengek Fara merintih. Aku
tahu betapa sakitnya hilangnya perawan itu,
terlebih bagi Fara karena umurnya masih 14
tahun!! Suamiku lalu mendiamkan penisnya
beberapa saat di dalam vagina Fara agar
terbiasa.
“Lanjutin Pa…” ujar Fara beberapa saat
kemudian, sepertinya tubuhnya sudah terbiasa
dengan benda tumpul itu. Suamiku kembali
menggerakkan pinggulnya, makin lama semakin
kencang. Wajah mereka sama-sama merah
padam kerena saking birahinya, terlebih oleh
suamiku. Kenyataan bahwa wanita mungil yang
sedang digenjotnya saat ini adalah darah
dagingnya sendiri pastilah membuatnya
semakin bernafsu. Dia hentak-hentakkan
penisnya dengan kuat. Fara yang awalnya
merintih kesakitan kini telah berubah menjadi
rintihan kenikmatan.
“Gimana Pa? enak?” tanyaku pada suamiku. Dia
tidak menjawab. Aku juga menanyakan Fara
pertanyaan yang sama, dan dia juga tidak
dijawab.
“Dasar… kalian ini, asik berzinah ria sampai-
sampai Mama dicuekin, hihihi” ujarku. Tapi
tidak masalah bagiku. Aku rela tidak tidak
dihiraukan demi menyaksikan obsesiku yang
jadi kenyataan ini.
“Pa, dia itu putri kandungmu lho…” ujarku lagi
menggoda suamiku. Aku ingin membuatnya
makin terangsang.
“Enak yah Pa ngentotin anak gadis sendiri?”
“Dia masih empat belas tahun lho…. tapi
kayaknya Fara suka tuh dizinahi sama kamu.
Entotin terus dia Pa, jangan kasih ampun”
Aku terus menerus mengata-ngatai agar
suamiku semakin bertambah birahinya.
“Sayang… Papa mau keluarin peju…” erang
suamiku. Tentu saja suamiku merasa ingin
cepat keluar. Udah penisnya dijepit vagina
remaja yang super rapat, terus mendengar
omonganku lagi, siapa yang gak tahan coba
pengen cepat-cepat ngecrot?
“Keluarin saja di dalam rahim Fara Pa, bikin
putrimu…. Bunting” ujarku.
“Croooottttt” suamiku sepertinya tidak kuasa
mendengar kata ‘bunting’. Dia ejakulasi.
Tubuhnya mengejang dengan hebatnya. Dia
menyemprotkan pejunya ke rahim putrinya.
Sangat banyak hingga meluber ke luar dari
vagina Fara, turun perlahan membasahi sprei
tempat tidur anaknya ini.
“Hihihi, Papa, banyak banget sih pejunya, kamu
benar-benar pengen bikin Fara bunting yah?”
ujarku menggodanya.
“Sayang, kamu pengen gak dibuntingi sama
Papa?” tanyaku pada Fara, dia mengangguk.
Aku merinding membayangkan kalau Fara
benar-benar sampai hamil oleh ayahnya di
usianya yang baru 14 tahun dan masih duduk di
bangku SMP ini.
“Terus kalau Fara benar-benar hamil gimana
Ma?” tanya Fara.
“Kamu nikah saja sama Papa. Kamu mau kan
nikah sama Papa kamu?” jawabku bercanda.
“Mmh… Mau deh” aku tertawa mendengar
jawaban polosnya.
“Hihi, emang kamu mau kasih berapa anak ke
Papa?” tanyaku.
“Kalau tiga gimana?”
“Boleeeh…”
Kami kemudian sama-sama diam sejenak
meresapi apa yang baru saja terjadi. Suami
telah memperawani putrinya sendiri. Mas Alan
juga sepertinya tidak percaya kalau akhirnya dia
telah merenggut kewanitaan Fara. Mungkin
semua ini sangat melenceng dari norma, tapi
sensasi persetubuhan sedarah itu pastinya
sungguh sangat luar biasa.
“Pa…” panggil Fara.
“Ya sayang?”
“Lain kali lagi yuk….”
“I-iya… kapanpun kamu mau” jawab suamiku.
“Papa juga, kapanpun Papa pengen entotin
Fara, entotin aja Pa” kata Fara sambil
tersenyum.
“Mmh… Terus Mama gimana?” tanya Fara
padaku.
“Mamagak apa-apa kok sayang… kamu ngentot
saja yang baik sama Papa, gak usah pikirin
Mama, oke?”
“Benar Ma gak apa-apa?” tanya suamiku juga.
“Iya Pa, kalau kamu nanti mau tidur berdua di
kamar Fara juga gak apa kok”
Fara dan suamiku tersenyum, merekapun
berciuman lagi. Bercumbuan dan saling
menjamah di atas ranjang. Ku lihat penis
suamiku tegang lagi.
“Ya, ampun… belum puas yah? Ya udah, kalian
lanjutin gih main-mainnya… Mama gak bakal
ikut-ikutan sekarang. Nih kunci dulu pintunya”
kataku bangkit ke luar kamar. Sebelum
menutup pintu aku berkata, “Selamat berzinah
ria yah kaliannya…” ayah anak itu hanya
senyum-senyum, lalu melanjutkan lagi
berciuman, melanjutkan lagi perzinahan
mereka.
Aku buru-buru menuju dapur, membuka lemari
pendingin dan mengambil terong dan timun.
Aku tidak tahan untuk bermasturbasi. Ya… aku
rela hanya bisa bermasturbasi, sedangkan
suamiku sedang enak-enakan menggenjot putri
kandungnya sekarang.
~~
Sejak saat itu, hampir tiap hari aku melihat
suami dan anakku bersetubuh. Mereka
melakukannya di berbagai tempat. Baik di
kamar Fara, di kamar mandi, bahkan di ranjang
kamarku tempat aku dan suamiku biasa
bersetubuh. Suara erangan dan rintihan nikmat
persetubuhan sedarah itu selalu ku dengar.
Entah sudah berapa kali mereka bersetubuh.
Entah sudah berapa banyak sperma suamiku
bersemayam dalam vagina putrinya. Sering
suamiku menyetubuhi Fara sampai larut
malam. Kadang Fara tidak sekolah karena
saking ngantuk esok paginya.
Obsesiku memang sudah kesampaian untuk
melihat suamiku menyetubuhi putri kami
sendiri. Tapi tenyata selanjutnya aku punya ide
yang lebih gila lagi. Aku ingin teman-teman
suamiku tahu kalau suamiku telah menyetubuhi
Fara. Aku ingin suamiku menyetubuhi Fara di
depan teman-temannya, bapak-bapak tetangga
kami. Memang sungguh gila, tapi aku tidak
kuasa menahan rasa penasaran akan
sensasinya. Akupun memberi tahu suamiku
tentang ideku ini pagi itu sesudah Fara
berangkat sekolah.
“Kamu jangan gila Ma!! Masa aku menyetubuhi
Fara di depan orang lain!!?” tentu saja suamiku
terkejut mendengar permintaanku. Walaupun
begitu, aku dapat melihat dari mata suamiku
kalau dia juga terangsang mendengar ideku ini.
Tampak ada tonjolan dari balik celananya.
“Mereka selama ini kan juga sudah punya
pikiran jorok ke Fara, kamu pasti sudah tahu itu
kan Pa?” Ya… melihat Fara bermanja-manjaan
dengan Papanya saja itu sudah bisa bikin
mereka horni, aku penasaran bila mereka
melihat Fara disetubuhi, apalagi oleh Papanya
sendiri.
“I-iya… tapi kan….”
“Mereka cuma boleh melihat saja kok… tidak
boleh macam-macam sama Fara. Juga mereka
harus janji tidak boleh cerita sama orang lain.
Lagian kita kan mau pindah rumah Pa… jadi kita
gak bakal ketemu mereka lagi” bujukku terus.
“Tapi gimana caranya? Terus kamunya?”
“Ya kamu ngaku saja kalau kamu sudah pernah
bersetubuh dengan Fara. Terus mereka pasti
tidak percaya tuh, suruh liat saja. Aku bakal
keluar rumah hari itu, jadi kalian bebas pengen
ngapain aja” jawabku.
“Bukannya kamu pengen lihat kami gituan di
depan teman-temanku Ma?”
“Iya”
“Terus?”
“Kan sudah ku bilang kalau aku ingin
membiarkan kalian bebas” jawabku.
Sebenarnya hanya dengan membayangkannya
saja itu sudah cukup bagiku. “Tapi… tolong
kamu rekam saja untukku Pa, atau suruh
teman-temanmu itu yang merekam” lanjutku
lagi.
“Hah!!?” Suamiku tampak makin terkejut saja
dengan ideku ini. Tapi aku tahu dadanya
sedang berdebar kencang memikirkan hal
tersebut sekarang. Bersenggama dengan anak
gadisnya di depan orang lain sambil direkam!!
“Terus kalau nanti mereka tidak tahan gimana
Ma?”
“Ya kamu jaga dong anakmu… Gimana Pa?
Setuju?” tanyaku lagi. Ia lalu berpikir sangat
lama, wajar memang karena ide ini sangat gila
dan beresiko.
“O-oke deh Ma…” setuju suamiku akhirnya.
Hari minggu, teman-teman suamiku datang lagi
ke rumah. Mereka dan suamiku asik ngobrol
dengan tetap ada Fara di samping suamiku. Ku
dengar mereka sering bertanya-tanya tentang
Fara pada suamiku seperti, “Faranya masih
sering mandi sama Pak Alan? Masih dipakaikan
baju juga?” Tampaknya mereka masih saja
penasaran dengan itu. Mereka tentu saja belum
tahu kalau akan dikasih liat pemandangan luar
biasa, begitupun putriku yang juga tidak tahu
akan disetubuhi di depan teman-teman
ayahnya.
“Fara, mama pergi ke pasar yah… Kamu gak
apa kan Mama tinggal?” kataku pamit pada
Fara.
“Gak apa kok Ma” jawabnya. Akupun
meninggalkan rumah. Membayangkan anak
gadisku menjadi satu-satunya wanita di antara
mereka makin membuatku birahi. Selama di
pasar dadaku selalu berdebar-debar memikirkan
apa yang sedang terjadi di rumahku. Bayangan-
bayangan suami dan putri kami bersetubuh di
depan bapak-bapak itu terus memenuhi
pikiranku. Sampai-sampai aku bermasturbasi di
toilet umum karenanya. Aku baru pulang
menjelang magrib. Aku tiba bersamaan dengan
teman-teman suamiku yang juga baru akan
pulang. Kami berpapasan di depan pagar.
“Sudah mau pulang bapak-bapak?” sapaku pada
mereka.
“Eh, i-iya Bu Rina… Pamit dulu Bu…” jawab
mereka agak tergagap.
“Tumben buru-buru? Ada apa?”
“Gak ada apa-apa kok Bu”
“Oh.. Ya sudah, hati-hati di jalan Pak”
Akupun masuk ke dalam rumah. Aku langsung
mencari suami dan anakku. Meskipun suamiku
berkata akan merekamnya, tapi aku lebih
penasaran mendengar ceritanya langsung.
Ternyata mereka ada di dalam kamar Fara, tapi
astaga!!! Aku melihat tubuh putriku penuh
dengan ceceran sperma!!
“Pa…!!”
“Eh, M-mama” jawab suamiku.
“Kok Faranya penuh peju gini sih Pa!!?”
“Kamu gak apa sayang?” tanyaku pada Fara.
Apa anak gadisku baru saja dipejuin ramai-
ramai oleh mereka? Kalau benar ini tentu saja
di luar dugaanku, atau mungkin mereka juga…. .
“Gak apa kok Ma… Tapi Papa tuh… masa
ngentotin Fara di depan om-om itu sih…”
“Ha? Dasar Papa kamu ini” ujarku pura-pura
tidak tahu sambil mencubit pinggang suamiku.
“Emang gimana ceritanya sayang?” tanyaku lagi
pada Fara sambil mengambil handuk untuk
mengelap badan Fara, tapi tidak jadi ku
lakukan. Soalnya Fara terlihat lebih seksi
dengan badan penuh sperma begini.
“Iya, awalnya Fara dicium-cium sama Papa…
Om om itu muji-muji Fara terus Ma. Terus Papa
bilang kalau Papa pengen ngentotin Fara di
depan om-om itu”
“Terus kamu bolehin?”
“Agak malu sih ma, tapi Fara bolehin juga”
jawabnya.
“Terus sayang?”
“Papa suruh Om itu ngerekam Ma…”
“Om itu Mau?”
“Mau kok… terus Papa mulai telanjangi Fara Ma
di depan om-om itu, tapi Ma…”
“Tapi apa sayang?”
“Waktu Papa ambil handycam ke kamar, om-om
itu yang lanjutin nelanjangi Fara” lanjut putriku.
Aku bergidik membayangkan bagaimana putriku
ditelanjangi oleh bapak-bapak itu. Seorang
gadis belia yang cantik jelita, membiarkan
dirinya ditelanjangi oleh pria-pria berumur.
Jantungku makin berdetak cepat.
“Kamu ditelanjangi sampai bugil?”
“Iya Ma… Papa sih lama, Om om itu deh yang
bantuin”
“Kamu ini gimana sih Pa? kok orang lain sih
yang telanjangi Fara?” tanyaku pada suamiku.
“Aku juga gak tahu Ma, waktu aku balik dari
kamar, ternyata Fara lagi ditelanjangi mereka”
ujar suamiku. Ya sudahlah kalau begitu,
menurutku tidak masalah. Toh cuma
ditelanjangi, paling digerepe-gerepe 'sedikit'.
“Terus sayang?”
“Mereka mulai merekam Ma, Fara disuruh hisap
kontol Papa sambil liat ke kamera yang
dipegang om itu Ma… ya Fara ikutin” jawab
Fara enteng dengan lugunya. Membayangkan
putriku yang cantik telanjang sendirian diantara
pria-pria disana, bahkan mengulum penis
ayahnya sungguh membuat dadaku berdebar.
Aku tidak menyangka hanya mendengar
ceritanya saja bisa membuatku sangat horni.
“Terus?”
“Fara dientotin sama Papa Ma di ruang tamu….
Om itu terus aja muji Fara. Eh, Papa bilang
silahkan aja kalau mereka mau ngocok. Mereka
ngocok deh Ma sambil liat Fara dientotin sama
Papa” terang Fara.
“Terus Papa kamu keluarin pejunya dimana
sayang?”
“Di dalam Ma… banyak banget”
“Enak ya Pa ngentot di depan orang lain?
hihihi” tanyaku pada suamiku, dia hanya
tersenyum nyengir.
“Udah? gitu aja?”
“Belum selesai Ma…” kata Fara.
“Belum selesai?”
“Iya Ma, soalnya om-om itu bilang gini Ma…
Faranya gak di anal sekalian Pak?” kata Fara
berusaha menirukan gaya bicara bapak-bapak
itu.
“Anal?” tanyaku terkejut, “Fara nya kamu analin
Pa?” tanyaku lagi pada suamiku. Aku tentu saja
tidak menyangka kalau Fara bakal dianal.
“Iya Ma, Fara nya mau kok, katanya dia juga
penasaran”
“Beneran sayang? Kamu gak dipaksa kan sama
Papa? Emang gak sakit?” tanyaku pada Fara.
“Sakit sih Ma… Tapi gak dipaksa kok Ma…”
“Oh…”
“Terus om-om itu pengen Fara pake seragam
sekolah Ma…” lanjut Fara.
“Ha? Kamu dianal sambil pake seragam??”
“Awalnya sih iya Ma… tapi lama-lama kancing
kemeja Fara mulai dibukain satu-satu, terus
cuma pake rok aja, terus Fara bugil lagi” terang
Fara. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala.
Sungguh mesum, Fara dicabuli beramai-ramai
dengan seragam sekolah SMP nya. Ini melebihi
khayalanku, juga khayalan suamiku tentunya.
“Terus sayang?”
“Terus mereka tumpahin pejunya ke seragam
Fara Ma, Papa juga. Basah deh seragam Fara
kena peju… lihat tuh Ma” kata Fara sambil
menunjuk ke sudut ruangan, ada seragam SMP
nya Fara yang berlumuran cairan putih kental di
sana.
“Udahan? Terus peju di badan kamu ini?”
“Iya… terus kan kami istrihat. Fara mandi sama
Papa”
“Mereka gak ikut mandiin kamu kan sayang?”
“Gak Ma, gak boleh sama Papa. Tapi mereka
bantu handukin Fara”
“Bantu handukin kamu?”
“Iya… Mereka juga ambil foto-foto Fara sambil
handukin. Terus katanya mereka nafsu lagi,
mereka bilang pengen ngentotin Fara Ma,
mereka pengen genjotin memek Fara…”
“Kamu bolehin!!??”
“Nggak, Fara maunya cuma sama Papa aja”
“Oh…” bagus deh.
“Jadinya mereka ngocok deh Ma sambil
pegang-pegang Fara, gak apa kan Ma kalau
cuma dipegang-pegang? Habisnya enak sih…
hihihi”
“Dasar kamu. Iya gak apa, terus mereka
tumpahin ke badan kamu?”
“Iya Ma… mereka tembakin peju mereka ke
Fara. Kotor lagi badan Fara Ma, padahal Fara
baru mandi” ujar Fara santai sambil membuka
lebar tangannya, menunjukkan ceceran sperma
yang mulai mengering di sekujur tubuhnya.
Memang bukan bau sabun yang tercium dari
tubuhnya, tapi bau peju yang pekat.
“Masa kamu biarin aja sih Pa? Kalau Fara nya
diperkosa gimana coba?” tanyaku pada
suamiku.
“Aku juga gak mau Ma sebenarnya… Waktu itu
aku sedang menerima telpon dari bos” jawab
suamiku beralasan.
“Jadi kamu cuma bisa ngelihatin anakmu
dipejuin orang lain?”
“Mau gimana lagi Ma, tidak mungkin aku
menyela omongan Bos” ujar suamiku,
tampaknya dia berkata jujur.
“Ya sudah Pa, gimana lagi”
“Tapi itu tandanya om om itu cinta sama Fara
kan Ma?” tanya Fara polos.
“Iya… Om itu cinta sama kamu, hati-hati lho
ntar kalau istri mereka tahu kamu bakal
dimarahi, hihihi” ujarku, Fara nya malah
cekikikan sambil meletakkan telunjuk di
bibirnya, tanda agar jangan memberi tahu
mereka. Sungguh nakal dan menggemaskan
tingkah putri kami ini.
“Eh Ma… Tapi kontol om-om itu gede gede lho
Ma, apalagi punya Om Rudi. Punya Papa aja
kalah Ma… Fara jadi ngebayangin kalau masuk
ke memek Fara gimana” kata Fara kemudian.
Aku terkejut bukan main mendengarnya,
demikian juga suamiku. Fara jadi keterusan!! Ku
lihat raut wajah cemburu dari suamiku karena
punyanya dibandingkan dengan punya bapak-
bapak tetangga oleh putrinya sendiri.
“Dasar kamu nakal, emangnya kamu mau
memek kamu dimasuki kontol Om Rudi?”
godaku yang sepertinya malah membuat
suamiku makin cemburu.
“Mmmh… Yang boleh masuk ke memek Fara
cuma punya Papa sih Ma, tapi…”
“Tapi apa?”
“Tapi kalau Papa kasih izin… Fara gak nolak
kok” katanya melirik nakal pada ayahnya. Makin
terkejut aku dan suamiku mendengarnya.
Perkataannya sungguh bikin aku gemas. Polos
dan lugu tapi ternyata putriku ini ‘nakal’ juga.
Aku kini jadi ikut-ikutan tertarik membayangkan
putriku disetubuhi oleh bapak tetangga itu.
“Mama sih terserah Papa aja. Kalau Papa kasih
izin Mama setuju aja kamu dimasukin kontol
om-om tetangga kita itu” ujarku. Aku ingin tahu
bagaimana respon suamiku. Farapun benar-
benar meminta izin pada ayahnya.
“Gimana Pa? Boleh gak memek anak Papa
dimasukin kontol Om Rudi? Papa rela gak?”
tanyanya. Sungguh pertanyaan yang pastinya
makin membuat perasaan suamiku tidak
karuan. Suamiku tampak lama diam berpikir.
Sepertinya dia juga penasaran!! Apa yang akan
kau jawab mas? Apa kamu rela putrimu
bersetubuh dengan orang lain?
“Papa gak tahu, lihat nanti saja deh” cuma itu
yang dikatakan suamiku. Diapun pergi ke
kamarnya. Ya sudah, tapi kok Fara nya…
“Sayaaang!!! Kamu kok langsung tiduran gitu
sih?” tanyaku pada Fara karena dia seenaknya
langsung tiduran di atas ranjang. Padahal
ceceran sperma dibadannya masih belum
dibersihkan.
“Ngantuk Ma… capeeeek” jawab Fara santai.
Aku paham dia pasti capek, tapi kan…
“Iya Mama tahu, tapi bersihkan dulu dong
badannya… Lihat tuh jadi kotor gitu spreinya”
suruhku lagi, tapi dia tetap tidak menghiraukan.
Tetap saja berbaring memeluk guling dengan
nyamannya. Dasar Fara… Apa dia tidak risih
badannya lengket-lengket begitu?
“Bandel banget sih… Ya sudah kamu tidur dulu
bentar, tapi ntar jangan lupa bersih-bersih”
kataku mengalah. Akupun membiarkan Fara
tertidur dengan badan masih berlumuran peju!!
Bisa-bisanya putriku ini tidur dengan
nyenyaknya dengan kondisi seperti itu,
pemandangan yang sangat ganjil. Aku lalu
keluar dari kamarnya yang penuh bau peju ini.
Aku memutuskan untuk bermasturbasi sendiri
sambil menonton rekaman persetubuhan putri
dan suamiku barusan. Soalnya aku sudah horni
dari tadi mendengar semua cerita mereka.
~~
Beberapa hari berlalu, tiap sore tetangga
teman-teman suamiku ini selalu main ke
rumah. Tentu saja aku tahu maksud tujuan
kedatangan mereka yang sebenarnya. Namun
mereka tidak berani berbuat macam-macam
pada Fara karena ada aku di rumah. Paling jauh
mereka hanya punya kesempatan meraba Fara
sebentar saja.
…..
“Sayang…” panggil suamiku pada Fara hari itu.
“Ya Pa?”
“Papa mau bilang sesuatu sama kamu”
“Hmm? Mau bilang apa Pa?”
“Anu… tentang yang kamu bilang waktu itu”
“Yang waktu itu yang mana sih Pa?”
“Itu… Yang katanya kamu pengen cobain kontol
Om Rudi”
“Oh yang itu… Kenapa Pa? Papa pengen Fara
ngentot sama Om Rudi? Kapan Pa?”
“…..”
“Gimana Pa? Papa pengen lihat Fara ngentot-
ngentotan sama orang lain ya? Papa rela?”
“Tidak!! Papa tidak rela. Papa tidak mau kamu
disetubuhi sama orang lain!!” ujar suamiku. Aku
tidak menyangka suamiku berkata demikian.
Sesaat aku tadi berpikir kalau dia akan
merelakan putrinya dientotin teman-temannya.
Keraguannya lenyap, dia kini tampak benar-
benar yakin kalau Fara cuma miliknya. Ya...
Menurutku memang lebih baik begitu, aku dan
suamiku bukan germo yang mengobral anak
gadis kami sendiri. Aku ingin hanya Papanya
saja yang menyetubuhi Fara. Hmm... Apa aku
aja ya yang cobain punyanya Pak Rudi? Ups...
apa sih yang ku pikirkan.
“Papa cuma mau kamu milik Papa. Cuma Papa
yang boleh ngentotin kamu” lanjutnya.
“….”
“Pa…” panggil Fara, dia terlihat tersenyum.
“….Fara juga gak rela kok”
“Sayang…?”
“Iya… Fara juga gak rela kalau dientotin sama
selain Papa. Fara juga maunya cuma sama
Papa aja. Papa cemburu ya waktu itu? Hihihi,
maaf yah Pa…”
“Tentu saja Papa cemburu sayang. Kamu itu
milik Papa, masak Papa kasih ke orang”
Senyum manis Fara mengembang mendengar
perkataan ayahnya ini.
“Makasih Pa… Fara jadi yakin kalau Papa benar-
benar cinta sama Fara.... sama kayak Fara
cinta sama Papa”
“Jadi… jadi kamu sengaja ya bikin Papa
cemburu?”
“Iya Pa, maaf ya… hihihi” ujar Fara sambil
memeluk Papanya.
“Dasar kamu memang nakal”
Aku terpana melihat adegan ini. Sungguh
manis. Sepertinya cinta suamiku terhadap
putrinya jauh lebih besar dibandingkan cintanya
padaku, tapi tidak masalah. Ini memang
keinginanku. Ini memang obsesiku. Karena
memang seharusnya seorang ayah adalah cinta
pertama dan cinta sejati bagi anak gadisnya,
bukan begitu? Mungkin inilah alasan kenapa ibu
dan kakekku dulu bersetubuh. Karena mereka…
saling mencintai.
“Pa…” Panggil Fara.
“Ya sayang?’
“Berzinah lagi yuk…” pinta Fara dengan senyum
manis.
“Kamu pengen Papa genjotin lagi?”
“Iya Pa… sampai bunting kalau boleh”
“Dasar kamu nakal, boleh kok”
“Boleh kan Ma?” tanya Fara padaku. Aku
tersenyum mengangguk. Akupun meninggalkan
mereka berduaan. Membiarkan mereka saling
membagi cinta mereka.
Kamipun pindah rumah dua minggu kemudian.
Untung saja, kalau tidak, mungkin lama-lama
Fara benar akan disetubuhi oleh tetangga kami.
Putri dan suamiku kini betul-betul menjadi
kekasih sejati. Saling mencintai lebih dari
sekedar ayah dan anak. Hubungan sedarah
mereka tentu saja sangat tabu, tapi cinta dan
nafsu mengalahkan segalanya. Dan untuk apa-
apa yang akan terjadi selanjutnya, biarlah
waktu yang menjawab. Yang penting kami
sama-sama mendapatkan kebahagian saat ini.
Di luar akulah istri dari suamiku, tapi di dalam
rumah Faralah yang selalu melayani ayahnya.
“Sayang…” panggilku pada putriku.
“Ya Ma?”
“Ini Mama baru beliin celana dalam lagi. Suruh
Papamu pakein gih” kataku sambil
menyerahkan bungkusan plastik berisi beberapa
helai pakaian dalam.
“Makasih Ma… Pa, lihat nih… baru lagi lho… Ih,
ada empat helai Pa, lucu-lucu” kata Fara
menunjukkan bungkusan celana dalam itu pada
Papanya.
“Pa… Mandi bareng yuk Pa… Habis itu handukin
Fara” ujar Fara manja.
“Iya iya… Terus habis itu?” tanya suamiku.
“Habis itu cobain celana dalam”
“Terus, habis itu?”
“Ngentot sama Papa sampai malam”
^.^ SELESAI ^.^

1 Response to "Cerita Dewasa : Aku ingin Putriku di setubuhi Ayahnya (4) "

  1. Best sangat cerita ni.. Buatkan saya nak baca tiap hari..
    Tumpang Iklan
    Ha..besar macam ni baru mantap
    Baru isteri sayang..ermm
    >>>Enlargexl:Besarkan Zakar dan Panjangkan Zakar Semula Jadi! <<<

    BalasHapus