Cerita Dewasa : Aku ingin Putriku di setubuhi Ayahnya (1)

Namaku Rina. Aku sudah menikah dan memiliki
seorang putri tunggal, Fara namanya. Umurnya
kini sudah 14 tahun dan duduk di kelas 2 SMP.
Usianya yang sudah beranjak remaja telah
membuat dirinya tampak menarik. Wajahnya
yang cantik dan imut menjadi nilai lebih
darinya. Umurku sendiri baru 35 tahun,
sedangkan suamiku, Mas Alan, 38 tahun.
Ada sebuah pengalaman yang sangat
membekas dalam ingatanku. Waktu kecil dulu
aku pernah diam-diam melihat ibuku dientot
oleh kakekku, ayah kandung ibuku sendiri. Aku
tidak tahu apa yang membuat ibu dan kakek
melakukan hubungan seperti itu, aku yang juga
tidak tahu harus berbuat apa akhirnya memilih
diam. Namun ternyata kejadian itu bukan hanya
sekali, tapi berkali-kali. Kakekku dulu memang
tinggal bersama dengan kami sehingga
memungkinkan mereka berbuat seperti itu
berulang-ulang di saat ayahku tidak di rumah.
Kini saat sudah memiliki putri, aku sering
membayangkan kalau suamiku bersetubuh
dengan anak gadis kami. Membayangkan
bagaimana suamiku menggenjot anak gadisnya
sendiri sampai anak gadis kami ini hamil
olehnya. Tentu saja itu merupakan khayalan
gila dari seorang ibu terhadap anak dan
suaminya sendiri. Bagaimana bisa seorang ibu
punya pikiran semacam itu!? Namun hal
tersebut sangat membangkitkan gairahku.
Bahkan aku sering bermasturbasi karena tidak
tahan dengan khayalan gilaku ini.
Saat aku berhubungan badan dengan suamiku,
aku juga menganggap kalau aku ini adalah
Fara, anak gadisnya. Hal itu membuatku
orgasme lebih cepat. Selain itu, saat aku pergi
ke pasar dan meninggalkan mereka berdua di
rumah, aku juga sering membayangkan kalau
mereka bersetubuh di belakangku selama aku
pergi. Aku jadi berdebar-debar sendiri selama di
pasar karena memikirkannya.
Seiring waktu, hanya dengan membayangkan
tidak cukup lagi bagiku. Kini aku betul-betul
berharap mereka berzinah, melakukan
hubungan badan sedarah antara seorang ayah
dan anak gadisnya. Akupun berusaha
menciptakan situasi-situasi agar suami dan
anakku menjadi tertarik satu sama lain. Aku
sampai membelikan putriku pakaian-pakaian
yang seksi, lalu mengajarinya cara berpakaian
yang membuat lekuk tubuhnya tercetak.
Tanktop dan celana pendekpun menjadi
pakaiannya sehari-hari bila di rumah. Fara tidak
masalah dengan cara berpakaian yang ku
ajarkan, malah dia sangat menyukainya.
Sebenarnya sering suamiku memprotes cara
berpakaian putri kami. Tapi tentu saja aku
membela Fara.
“Memangnya kenapa sih Pa? kan cuma di
rumah saja. Lagian cuma Papa sendiri laki-laki
di sini” ujarku.
“Iya sih”
“Kalau gitu ya gak apa-apa dong Pa…”
“Tapi kan….. Ya sudah lah” kata suamiku
akhirnya mengalah. Maka bebaslah Fara
berpakaian seperti itu di hadapan ayahnya.
Mungkin kalau pria lain yang melihat keadaan
putri kami, pria itu sudah pasti akan sangat
bernafsu. Bagaimana tidak? Seorang gadis
cantik yang sedang segar-segarnya tampil
dengan pakaian yang menggemaskan dan
membangkitkan birahi, yang mana ibunya
sendiri yang mengajarkan cara berpakaiannya
itu. Itupun sebenarnya cukup sering terjadi,
karena teman-teman suamiku sering mampir ke
rumah, begitupun bapak-bapak tetangga
sebelah. Aku seorang ibu yang sedang
mengajarkan putrinya menjadi seorang
eksibisonis!!
Fara (ilustrasi)
“Wah, Fara udah gede yah… cantik lagi” Itu
yang selalu mereka katakan bila melihat putriku
di rumah. Aku lihat mata mereka selalu melirik
ke tubuh putri kami. Rasanya sungguh aneh
saat anak gadisku dipelototin begitu, antara
marah dan bangga karena putriku banyak yang
menyukai.
Dengan keadaan Fara yang berpakaian seperti
itu, aku jadi lebih sering meninggalkan suami
dan putri kami berdua menonton tv, atau
menyuruh suamiku membantu Fara
mengerjakan PR-nya di dalam kamarnya Fara.
Saat mereka berduaan, akupun diam-diam
memperhatikan dari jauh. Aku ingin tahu
apakah suamiku mencuri-curi pandang ke arah
anaknya. Tapi ternyata tidak. Meskipun ada
sesekali melirik ke anaknya, tapi yang ku lihat
masih pandangan tanpa nafsu. Tidak lebih dari
seorang ayah yang sedang membantu putrinya.
Namun ini tidak membuatku menyerah.
Malam ini kami sedang duduk bersama
menonton acara televisi. Sebenarnya ini adalah
keadaan dan suasana yang biasa, hanya
pikiranku saja yang tidak beres.
“Sayang, ayo sini mama pangku” kataku mulai
melancarkan aksiku. Fara saat itu masih tetap
setia mengenakan tanktop dan celana pendek
sepaha bila sedang di rumah.
“Ihh… mama. Fara kan udah gede. Masa masih
dipangku!?”
“Hihihi, udah gede apanya? udah gede apanya
ayo…” kataku sambil menarik Fara, memeluknya
lalu mengangkatnya ke pangkuanku sambil ku
gelitiki.
“Hahaha… geli mah, ampun….”
“Ininya yah yang udah gede?” tanyaku sambil
menyentil buah dadanya yang hanya ditutupi
tanktop.
“Mama!! Geli…!!”
Bercanda seperti inipun memang sudah sering
kami lakukan. Saling menggelitik dan bermain-
main saat bersama-sama duduk menonton tv.
Tapi kini aku mempunyai tujuan lain, yaitu
sengaja membuat suamiku jadi terangsang dan
bernafsu pada anaknya sendiri.
“Hihihi, Pa, lihat nih anakmu udah gede” ujarku
memanggil Mas Alan. Kaki Fara ku buat jadi
membuka lebar saat itu. Aku ingin suamiku
melihat betapa putrinya kini sudah menjadi
seorang gadis yang cantik dan menggairahkan.
Membuat suamiku jadi berpikiran kotor pada
anak gadisnya sendiri. Mas Alan memang
melirik ke arah kami, tapi dapat ku baca dari
wajahnya kalau yang dimaksud ‘gede’ olehnya
hanyalah umur putrinya yang sudah semakin
bertambah, bukan ukuran-ukuran kewanitaan
seperti buah dada, pinggul dan lekuk tubuh
putrinya.
“Ayo sayang , minta pangku juga sama papa
kamu sana” suruhku pada Fara.
“Pa… pangkuin Fara dong…” minta Fara manja.
“Iya-iya sini” kata mas Alan sambil membiarkan
Fara duduk di pangkuannya. Mereka kini sama-
sama menghadap ke arah tv. Suamiku tampak
biasa-biasa saja, tidak terlihat tanda-tanda
nafsu meskipun saat ini ada seorang gadis
cantik yang sedang duduk di pangkuannya.
Padahal aku berharap kalau suamiku ereksi,
sehingga penis tegangnya akan mengganjal
pantat anak gadis kami.
“Duh, iya nih kamu sudah gede. Berat amat
sekarang” ujar mas Alan sambil mengusap-
ngusap rambut Fara.
“Biarin… week. Nih rasain!!” Fara lalu
mengangkat sedikit pinggulnya, lalu
menurunkannya lagi tiba-tiba ke bawah. Seakan
menunjukkan kalau dia memang sudah lebih
berat sekarang karena semakin dewasa.
Namun yang ada itu malah membuat penis
suamiku tertekan pantat putrinya.
“Duh, kamu ini” gerutu suamiku. Namun tetap
membiarkan Fara terus di pangkuannya. Fara
tampak nyaman sekali dipangku ayahnya,
mereka begitu mesra. Merekapun terus
menonton tv dengan posisi berduaan begitu,
dan aku terus hanya memperhatikan.
Semakin lama, ku lihat sesekali pantat putriku
ini bergeser-geser kesana-kemari di pangkuan
suamiku. Apa suamiku sedang ereksi? Sehingga
membuat Fara merasa tidak nyaman karena
pantatnya terganjal? Kalau benar, apa putriku
ini tahu kalau penis tegang ayahnyalah yang
sedang mengganjal pantatnya saat ini? Oh
tuhan… Aku jadi berdebar-debar memikirkannya.
Aku lalu bangkit dari tempat dudukku. Aku ingin
meninggalkan mereka berdua lagi kali ini.
“Mau kemana ma?” tanya suamiku.
“Mau ke kamar, sudah ngantuk” jawabku
sekenanya, karena tujuanku sebenarnya
hanyalah ingin membiarkan mereka berduaan.
“Kamu mau tidur juga sayang?” tanyanya kini
pada Fara.
“Belum ngaktuk Pa” jawab Fara cuek sambil
tetap asik menonton tv.
“Ya sudah”
Akupun masuk ke kamar dan membiarkan
suami dan anakku berduaan di sana. Dari dalam
kamar aku mencoba mengintip mereka, tapi
tidak ada gerakan ataupun obrolan yang aneh-
aneh meski posisi mereka tetap tidak berubah.
Akupun memutuskan untuk berbaring di
ranjang. Tapi tanpa sadar aku benar-benar
tertidur!!
Saat aku terbangun esok paginya dadaku begitu
berdebar-debar. Entah apa yang sudah ku
lewatkan tadi malam. Apa mereka melakukan
sesuatu selagi aku tidur? Atau bahkan suamiku
dan putri kami sudah bersenggama? Pikiran-
pikiran itu terus melintas di kepalaku.
Perasaanku semakin tidak karuan karena aku
tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi,
meskipun belum tentu semua yang ku pikirkan
tadi benar-benar terjadi. Tapi sensasi
membayangkan kalau mereka bermain diam-
diam dibelakangku ini sungguh mengaduk-aduk
perasaanku, dan aku berharap mereka benar-
benar telah melakukannya.
~~
Akupun melanjutkan terus aksiku. Ketika itu
dengan nada bercanda aku menyuruh Mas Alan
untuk memandikan Fara, tapi tentu saja baik
Fara maupun suamiku menolaknya.
“Gak mau ah, Fara kan udah gede, masa
dimandikan Papa” jawab Fara.
“Iya nih, mama ada-ada aja” kata suamiku ikut-
ikutan.
“Hihihi… Kalau mama yang mandikan Fara,
mau?” tanyaku lagi.
“Gak mau juga!!”
Namun akhirnya Fara mau juga mandi
denganku. Dia benar-benar sudah menjadi
seorang gadis muda yang cantik. Tanda-tanda
kewanitaannya benar-benar sedang tumbuh
dengan baik. Pastinya akan membuat nafsu
para lelaki bila melihat dia telanjang dan basah-
basahan seperti sekarang ini. Aku ingin
ayahnya juga melihatnya dengan pandangan
nafsu.
Waktu aku ingin menyabuni badan, ku temukan
botol sabun sudah mau habis. Ini
kesempatanku!!
“Sayang, sabunnya habis nih. Kamu ambilin gih
ke belakang” suruhku pada Fara.
“Kok Fara sih ma?”
“Iya dong, masa mama yang ambil. Sana”
“Iyaa…”
Fara lalu melilitkan handuk ke tubuhnya, tapi ku
cegah. Aku ingin memamerkan tubuh indah
Fara kepada ayahnya saat ini. Tanpa banyak
tanya Farapun menuruti. Aku memanfaatkan
sifatnya yang masih polos dan belum mengerti
betapa pentingnya menutupi bagian-bagian
kewanitaaannya itu. Jadilah dia bertelanjang
bulat dari kamar mandi ke dapur.
Pintu kamar mandi ku buka sedikit agar aku
dapat mendengar apa yang akan terjadi. Dari
sini aku memang tidak bisa melihat apa yang
terjadi, namun aku masih bisa mendengar
dengan jelas. Ku dengar suamiku terkejut dan
menegur Fara kenapa keluyuran telanjang
begitu di dalam rumah. Dijawab Fara kalau
ingin mengambil sabun.
“Sabunnya dimana Pa? gak ketemu nih…”
“Bentar papa ambilkan”
Tidak terdengar suara sama sekali selama
beberapa saat kemudian. Dadaku berdebar
memikirkan suamiku sedang bersama putri kami
yang bertelanjang bulat!! Pastinya jarak antara
ayah dan anak itu sangat dekat. Aku tidak tahu
apa suamiku terangsang saat ini. Namun yang
pasti, akulah yang terangsang berat karena
memikirkan hal tersebut.
“Makasih Pa”
“Iya, sana cepat ke kamar mandi. Nanti malah
masuk angin lama-lama telanjang di luar”
“Iya Pa”
Tidak lama kemudian Fara masuk kembali ke
kamar mandi.
“Mama lagi ngapaiiiin!??”
“Eh, n-nggak lagi ngapa-ngapain” jawabku
tergagap. Aku kedapatan olehnya sedang
masturbasi menyemprotkan shower ke
vaginaku!! Untung kemudian bisa ku jelaskan
kalau aku sedang membersihkan bagian
tersebut. Kamipun mandi seperti biasa
selanjutnya.
Handuk yang kami bawa saat itu cuma satu,
jadi kami pakai berdua bergantian setelah
selesai mandi. Tentu aku yang mengenakan
handuk itu, sedangkan Fara ku suruh
bertelanjang menuju ke kamarnya. Sekali lagi
ketelanjangannya di lihat oleh ayahnya.
~~
Malam harinya aku mengajak Fara tidur
bersama di kamar kami. Tentunya ini juga
bagian dari rencanaku yang lain. Suamiku
awalnya menolak karena harus berbagi ranjang
dengan Fara, mungkin karena anak
perempuannya itu sudah besar. Tapi setelah ku
bujuk terus akhirnya dia mau juga.
“Kamu suka sayang kita tidur sama-sama kayak
dulu lagi?” tanyaku pada Fara.
“Suka ma, udah lama nggak”
Sebelum tidur kami menghabiskan waktu untuk
ngobrol-ngobrol tentang sekolahnya, teman-
temannya, rencana liburan, hadiah ulang
tahunnya yang akan datang dan lain-lain. Posisi
Fara berada di tengah-tengah diapit oleh kami
berdua.
“Menurut kamu Papa orangnya gimana
sayang?” tanyaku kini mencoba membahas
tentang ayahnya.
“Baik, gak pemarah”
“Kamu sayang tidak sama Papa?”
“Iya, Fara sayang banget sama Papa”
“Cuma sayang saja? Tidak cinta?” tanyaku lagi.
“Iya, Fara juga cinta Papa” jawab Fara polos.
Tentu saja cinta yang dimaksud Fara bukanlah
seperti perasaan cinta kepada kekasih, namun
hanya perasaan cinta dari seorang anak kepada
orangtuanya.
“Tuh Pa, anak kamu saja cinta sama kamu,
masa kamu enggak? hihihi” tanyaku kini pada
mas Alan. Aku ingin tahu bagaimana
responnya.
“Ihh… Papa gak cinta yah sama Fara?” rengek
Fara manja.
“Ah, gara-gara kamu ini Ma. Iya sayaaang…
Papa juga cinta kok sama kamu” ucap suamiku
yang disambut tawa renyah Fara. Mendengar
hal ini membuatku semakin bersemangat. Ku
dekati Fara dan ku bisikkan sesuatu padanya.
“Pa, kalau Papa cinta sama Fara, cium Fara
dong Pa…” kata Fara kemudian. Ia menuruti
apa yang ku bisikkan padanya barusan. Mas
Alan yang mendengar permintaan Fara itu
dibuat terkejut, diapun melotot kepadaku
karena sudah mengatakan yang tidak-tidak
pada putri kami. Aku hanya tertawa kecil saja.
“Iya, sini sayang…” ucap Mas Alan mau juga
akhirnya,
“Cup”
“Yang kanan juga Pa” pinta Fara lagi.
“Iya-iya” saat mencium pipi kanan, suamiku
sedikit menghimpit Fara karena putrinya itu
berada di sisi kirinya.
“Fara juga cium dong Papanya” suruhku lagi,
Fara pun melakukannya. Dia kini gantian
menciumi pipi Papanya. Darahku berdesir
melihat pemandangan cium-ciuman ini. Adegan
cium-ciuman antara ayah dan putrinya. Walau
sebenarnya hal ini tidak asing, namun baru kali
ini mereka saling mencium berkali-kali, bahkan
melakukannya di atas ranjang.
Saat putri kami sudah tidur, akupun
melanjutkan aksiku untuk merangsang suamiku.
Aku bermasturbasi di sebelah Fara. Suamiku
tentunya terkejut melihat aksiku karena ada
Fara di dekat kami, aku senyum-senyum saja.
Ku katakan kalau aku sedang kepengen. Tentu
saja suamiku menolaknya, mana mungkin kami
ngentot saat Fara ada di tengah-tengah kami.
Akhirnya aku setuju untuk hanya saling
bermasturbasi. Dia memainkan vaginaku dan
aku mengocok penisnya.
Saat mengocoknya, sering aku menyentuhkan
penisnya ke paha putri kami. Tentunya aku
pura-pura tidak sengaja saat melakukannya.
“Ma… hati-hati dong…”
“Kenapa Pa? geli yah kena paha Fara? Hihihi”
“Bukan gitu… Nanti kalau dia bangun gimana
coba?”
“Iya deh… sorry” kataku sambil tersenyum. Ku
lanjutkan terus kocokanku sampai akhirnya dia
muncrat, tapi sengaja ku arahkan ke
selangakangan putri kami. Jadilah celana
pendek serta paha Fara berceceran sperma
ayah kandungnya.
“Duh Ma… kena Fara nih… Makanya aku bilang
hati-hati!!” ujar suamiku berbisik keras.
“Wah… Gak sengaja Pa. Papa yang bersihkan
yah, aku mau ke wc dulu”
“Lho? Kok aku sih ma yang ngebersihin?” tanya
suamiku jengkel, namun aku terus saja
memalingkan tubuhku berjalan ke wc.
Saat aku sudah keluar dari kamar, aku
mengintip apa yang akan dilakukan suamiku.
Dia tampak kerepotan membersihkan ceceran
spermanya yang ada di sekitar selangkangan
anak gadisnya. Sayangnya dia hanya sekedar
membersihkan, tidak berperilaku aneh.
~~
Malam itu baru permulaan, karena setelah itu
semakin sering ku ajak Fara tidur bareng
dengan kami. Fara sepertinya amat senang
bisa tidur bersama-sama dan sepertinya dia
ketagihan, dia bahkan tidak mau lagi tidur di
kamarnya. Bagiku ini pertanda bagus untuk
mewujudkan khayalanku.
Sama seperti malam itu, aku dan suamiku juga
terus saling membantu bermasturbasi walau
ada Fara di tengah-tengah kami. Sehingga
makin seringlah Fara terkena semprotan peju
ayahnya karena selalu sengaja ku tembakkan
ke arah selangkangannya. Kadang tidak hanya
paha dan celana pendeknya saja yang kena,
namun juga tangan dan bajunya. Bahkan
pernah suamiku menyemprot sangat kencang
hingga ada yang mengenai wajah putri kami.
Dan lagi-lagi, suamikulah yang ku suruh
membersihkan ceceran spermanya itu. Mas
Alan sepertinya sudah tidak keberatan lagi
dengan kehadiran Fara di tempat tidur.
Spermanya yang berceceran di tubuh putrinya
tidak menjadi masalah lagi baginya.
Entah ada hubungannya atau tidak. Suamiku
jadi lebih sering meminta ML. Apa ini sebagai
pelampiasan nafsunya yang tak tersalurkan
pada putrinya? Aku harap iya. Tentunya dia
memintanya saat siang hari karena kalau
malam ada Fara di tempat tidur kami.
Walaupun sering aku mencoba mengajaknya
ngentot setelah putri kami tidur, namun dia
tetap menolaknya.
Sering saat kami ngeseks di kamar waktu siang
hari, pintu kamar ku buat agak terbuka.
Padahal ada Fara di rumah saat itu. Ya… aku
sengaja membukanya sedikit dan berharap putri
kami melihat apa yang sedang ku buat dengan
ayahnya. Dan itu benar terjadi!! Sering aku
melihat kalau putriku sedang mengintip kami
bersenggama. Aku penasaran apa yang ada
dipikiran putri kami saat itu.
Aku kini berpikir untuk tidak memberi jatah lagi
pada suamiku. Saat suamiku kepengen, akupun
menolaknya dengan berbagai macam alasan
seperti sedang capek, sibuk dan sebagainya.
Namun malamnya aku tetap membantu
mengocok penisnya di samping anakku seperti
biasa. Karena memang ini tujuanku, aku tidak
ingin melayani suamiku agar malamnya dia
melampiaskan nafsunya di samping putri kami.
“Ma, kita ML yuk…” pinta suamiku malam itu,
akhirnya kini dia meminta ngeseks walau ada
Fara yang sedang tidur di antara kami. Tapi aku
sudah punya rencana lain. Aku tetap tidak akan
memberinya jatah lagi.
“Capek Pa…” jawabku pura-pura lemas.
“Ayo lah Ma… Papa lagi kepengen nih…”
“Mama kocokin aja yah…” tawarku.
“Ya sudah Ma”
Dia lalu bangkit dan berlutut, sedangkan aku
masih tetap berbaring sambil mengocok
penisnya. Namun posisi Fara masih ada di
antara kami.
“Fara cantik yah Pa?” tanyaku memancing
sambil tetap mengocok penis suamiku.
“Iya, sama kayak mamanya” aku tersenyum.
“Anak gadis Papa ini udah makin gede aja…
lihat nih kulit putihnya lembut, mulus dan licin”
ujarku sambil menampar-nampar penis suamiku
ke tangan anak kami. Suamiku hanya diam
saja!! biasanya dia pasti protes!! namun kali ini
tidak berkata apa-apa!!
“Enak yah Pa?” tanyaku. Tentu saja yang ku
maksud enak atau tidak waktu penisnya
bersentuhan dengan kulit putri kami.
“Ngghh… Enak ma…”
“Geser dikit Pa, biar lebih enak mama
ngocokinnya” pintaku. Diapun menggeser
tubuhnya ke atas sehingga kini penis tegangnya
tepat mengarah ke wajah Fara. Posisinya
seperti akan men-cumshoot putri kami !!
Ku melirik ke arah suamiku, dia ternyata
memang sedang menatap wajah putri kami
sambil penisnya tetap ku kocok. Aku harap dia
memang sedang berpikiran kotor terhadap Fara.
Setelah sekian lama ku kocok, akhirnya dia
muncrat juga. Anehnya dia tidak berusaha
mengarahkan muncratannya ke tempat lain.
Jadilah wajah putri kami berlumuran sperma
kental suamiku. Pemandangan ini membuatku
bergidik. Fara yang sedang tidur baru saja
disemprotin peju, dan pelakunya adalah ayah
kandungnya!! Sungguh banyak, kental dan
menggumpal di wajah cantiknya.
“Ihh.. Pa, kok muncratnya ke wajah Fara sih?
banyak banget lagi… udah gak tahan yah?”
godaku.
“I-iya Ma… kocokan mama enak banget”
jawabnya.
Kocokanku yang enak atau kamu yang nafsu
sama putrimu? Sampai-sampai muka putrimu
sendiri dipejuin gitu, ujarku dalam hati.
Tampak Fara sedikit menggeliatkan badannya,
mungkin tidurnya terganggu karena ada
sesuatu yang mengenai mukanya.
“Cup cup cup… Fara sayang… tidur… tidur…”
kataku berbisik sambil mengusap-ngusap
bahunya agar dia tertidur lagi.
“Tuh Papa… untung Faranya gak kebangun. Ya
sudah, mama tidur duluan yah Pa. Gak pengen
nambah lagi kan ngepejuin muka Fara nya?”
kataku menggoda suamiku.
“Apaan sih kamu ma? Aku kan gak sengaja
nyemprot di muka Fara” katanya beralasan.
“Ya sudah, buruan bersihin gih, ntar dia beneran
bangun. Kan gak lucu pas dia bangun nemuin
peju di mukanya, peju papanya pula, hihihi”
Baru saja ku berbicara begitu, Fara kembali
menggeliat. Tangan Fara tampak mengusap
wajahnya sendiri. Mungkin dia berpikir kalau
ada nyamuk di wajahnya, padahal itu sperma
ayah kandungnya.
“Cup cup cup… tidur sayang….” Kataku lagi
buru-buru mengusap bahu Fara biar dia lelap
lagi.
“Kalau gak bobo ntar kena pejuin Papa lagi
lho… hihihi” kataku lagi.
“Ma!! Kamu ini, masa ngomongnya begitu!!”
katanya, aku hanya senyum-senyum saja, lalu
merebahkan badanku pura-pura tidur,
membiarkan suamiku sibuk membersihkan
ceceran peju di wajah putrinya itu.
~~
“Ma… kocokin lagi dong…”
Malam esoknya juga demikan, dia meminta
untuk dikocokin lagi olehku setelah aku tidak
menyetujui menerima ajakan ngentotnya. Tapi
kali ini aku tidak ingin membantunya. Aku ingin
tahu apa yang akan dilakukan olehnya bila tidak
ku bantu menuntaskan nafsunya itu. Aku
berharap dia khilaf karena tidak tahan menahan
nafsu hingga mencabuli putri kandungnya
sendiri.
“Mama ngantuk banget pa, badan mama
rasanya juga gak enak. Papa ngocok sendiri aja
yah…”
“Yah… Kok gitu sih Ma?”
Aku tidak menjawab dan berpura-pura tidur
setelahnya. Posisi tidurku menghadap ke arah
suami dan putri kami. Dengan sedikit membuka
kelopak mata, akupun mengintip bagaimana
suamiku menuntaskan nafsunya. Akhirnya dia
tetap juga mengocok penisnya di sana, di
samping Fara.
Entah dia sengaja atau tidak, dia sangat sering
menempelkan penisnya ke paha putri kami. Dan
astaga!! dia lalu bangkit dan menempelkan
tubuhnya ke Fara, membuat batang penisnya
jadi terselip di antara kedua paha anak gadis
kami ini. Dia tampak ragu apa yang akan
dilakukannya selanjutnya, diapun melirik ke
arahku berkali-kali. Sepertinya ingin
memastikan kalu aku sudah tertidur.
Suamiku melanjutkan aksinya lagi, sepertinya
nafsunya yang sudah diubun-ubun tidak
memikirkan lagi kalau gadis muda yang sedang
ditindihnya itu adalah anak kandungnya sendiri.
Aku memang tidak bisa melihat dengan jelas,
tapi dia tampak sedang menggesek-gesekkan
penisnya keluar masuk di sela-sela paha Fara.
“Nggggghh… Faraaa” erang suamiku sambil
menyebut nama putri kami!!
Tidak lama kemudian tubuh suamiku
mengejang. Dia klimaks!! Suamiku
menumpahkan lagi pejunya ke tubuh putrinya,
ke sekitaran selangkangan Fara. Bedanya kali
ini bukan aku yang mengarahkannya, namun dia
sendiri yang melakukannya dengan sengaja!!
Jantungku berdegub kencang. Oh tuhan… ini
hampir mewujudkan khayalanku. Sedikit lagi…
tinggal sedikit lagi… lalu mereka akan
bersetubuh. Sebuah persetubuhan sedarah
antara seorang ayah dan anak gadisnya. Antara
suami dan putriku.
***

0 Response to "Cerita Dewasa : Aku ingin Putriku di setubuhi Ayahnya (1) "

Posting Komentar