Cerita Dewasa : Aku ingin Putriku di setubuhi Ayahnya (2)

Sejak kejadian malam itu, aku terus berpura-
pura malas untuk melayani suamiku. Sehingga
membuat suamiku akan terus mengulangi
perbuatannya mengocok sebelum tidur di
samping Fara, hingga akhirnya memuncratkan
spermanya dengan sengaja ke arah putrinya ini.
Baik paha, tangan maupun wajah Fara selalu
menjadi sasaran tembak sperma ayah
kandungnya. Melihat putri kami terkena
ceceran sperma ayahnya betul-betul
membuatku horni.
Aku juga makin sering mandi bersama Fara
saat ada ayahnya di rumah. Tentu saja setelah
itu Fara ku suruh ke kamarnya dengan
bertelanjang bulat. Suamiku yang sudah hampir
dua minggu tidak ku layani, ku cekoki dengan
pemandangan bugil putri kandungnya sesering
mungkin. “Teruslah lihat tubuh putrimu ini
suamiku sayang, membuatmu nafsu bukan?”
Entah mungkin karena jarang ku layani,
suamiku kini kelihatan jadi lebih sering
memanjakan putrinya. Fara juga sepertinya
semakin nempel pada suamiku. Ia sekarang jadi
lebih banyak menghabiskan waktu dengan
ayahnya dibanding denganku. Bahkan saat ada
teman-teman ayahnya, Fara tetap saja
berpangku-pangku dan bermanjaan pada
ayahnya. Tentunya merupakan pemandangan
yang ganjil bagi mereka melihat gadis muda
cantik dengan pakaian minim bergelayutan
manja di pangkuan pria dewasa, meskipun itu
adalah ayahnya sendri. Siang dimanjain,
malamnya Fara dipejuin. Begitu terus setiap
hari.
“Pa, tadi malam onani lagi?”
“Iya mah, mama sih gak mau bantuin”
“Mama kan beneran capek Pa… Terus peju
papa gimana? Kena Fara lagi dong?”
“Ya gak sengaja kena Fara nya…” jawabnya
berbohong, padahal jelas-jelas yang ku lihat dia
sengaja menyemprotkannya ke tubuh putrinya.
“Soalnya Fara suka ngeluh tuh ke aku, katanya
badannya sering terasa lengket waktu bangun”
“Oh… gitu yah Ma, maaf deh. Papa bakal hati-
hati” jawabnya. Dia mengatakan akan hati-hati?
Seharusnya dia tidak onani lagi dan memaksaku
untuk melayaninya, tapi ternyata tidak. Berarti
dia memang ingin terus mengulangi
perbuatannya untuk terus mengocok di samping
putri kami. Benar saja, dia tetap terus
mengulanginya. Meskipun dia berkata akan
hati-hati tapi dia tetap sengaja menumpahkan
pejunya ke tubuh Fara. Aku yakin kalau
suamiku sudah tertarik pada putri kandungnya
sendiri.
Hingga akhirnya malam itu yang suamiku takuti
terjadi juga. Fara terbangun sesaat setelah
wajahnya disemprotin peju.
“Nghhh… Paaaaaaaaa!!! Apaan sih iniiiih???”
teriak Fara kencang. Suamiku langsung terdiam
tidak tahu harus berkata dan berbuat apa. Aku
juga pura-pura terbangun.
“M-maaf sayang… i-itu…”
“Ihh.. kok Fara dikencingin siiiiiih?” Fara terlihat
seperti ingin menangis saat itu. Diapun
langsung berlari menuju ke kamar mandi yang
ada di dalam kamar untuk mencuci muka. Saat
kembali, wajahnya terlihat ngambek, dia
sepertinya marah. Diapun keluar kamar untuk
tidur di kamarnya. Baik aku dan suamiku sama-
sama terdiam.
“Tuh kan Pa… makanya ku bilang hati-hati”
kataku akhirnya dengan nada serius pada
suamiku, padahal hatiku sangat senang karena
akhirnya Fara mengetahui perbuatan Papanya.
Aku penasaran apa yang akan terjadi setelah
ini.
~~
Besoknya, dari pagi sampai Fara pulang
sekolah dia tetap saja diam. Akupun menyuruh
suamiku ke kamar putri kami untuk
membujuknya agak tidak ngambek lagi.
“Mama gak ikutan bujuk? Masa cuma papa
sendiri?”
“Mama lagi masak Pa… papa aja deh. Lagian
itu kan salah kamu Pa” tolakku. Tentunya itu
hanyalah alasanku agar mereka kembali
berduaan, sekaligus aku ingin tahu bagaimana
suamiku mengatasi masalah ini. Setelah
beberapa menit mereka di dalam, akupun
memutuskan untuk menguping apa yang
sedang mereka bicarakan.
“……..”
“……I-tu... itu bukan pipis sayang” terdengar
suara suamiku. Sepertinya Fara masih mengira
kalau cairan itu adalah pipis ayahnya.
“Bukan pipis? Terus?”
“Itu peju, beda sama pipis” jelas suamiku.
“Pejuh? Tapi sama aja kan Pa, masa muka Fara
dipe… dipejuhin sih?” tanya Fara polos.
“M-maaf sayang. Soalnya papa lagi nafsu
waktu itu”
“Nafsu?”
“Iya.. nafsu. Papa tertarik sama kamu”
“Tertarik sama aku? Maksudnya Papa suka
sama Fara?”
“Iya, karena papa suka dan cinta kamu”
“Gitu yah Pa? Jadi karena Papa nafsu sama
Fara, terus papa buang pejuh ke Fara?” tanya
Fara berusaha menyimpulkan.
“I-iya sayang… maaf yah”
“Gak apa kok Pa… kalau memang gitu Papa
boleh kok nafsu terus sama Fara” ujar Fara
santai. Tampaknya dia salah menyimpulkan
penjelasan Papanya.
“Hah? I-iya, makasih sayang”
“Iya, sama-sama. Emang apa yang bikin Papa
nafsu sama Fara? Jujur!” tanya Fara.
“I-tu… soalnya kamu cantik, terus badan kamu,
terus pakaian kamu itu… Papa suka banget,
bikin Papa nafsu” jelas suamiku kesusahan
menjawab pertanyaan anaknya. Fara tertawa
renyah mendengar jawaban Papanya karena
menganggapnya pujian.
“Hihihi, makasih Pa. Berarti sekarang Papa
nafsu dong sama Fara?” tanya Fara sambil
tersenyum manis. Saat itu dia memang
mengenakan tanktop ketat dan celana pendek
sepaha seperti biasa.
“I-iya sayang… Papa nafsu lihat kamu”
“Hmm… kalau gitu Papa boleh kok kalau mau
buang pejunya ke Fara lagi, Fara gak bakal
marah” ujar putri kami. Darahku berdesir
mendengarnya. Aku tidak menyangka kalau
Fara akan berkata seperti itu. Memperbolehkan
ayah kandungnya muncratin peju ke dia lagi!!
“K-kamu serius sayang?” terdengar suamiku
juga terkejut mendengar perkataan anaknya.
“Iya… disiramin pejuh Papa lagi. Itu tanda suka
dan cinta dari Papa kan? Sekarang boleh kok
kalau Papa mau”
“Tapi… itu kan…” Suamiku tampaknya bingung
dengan apa yang harus dia lakukan. “Apa yang
akan kau jawab suamiku? Anak gadismu
meminta spermamu di tubuhnya. Itu yang kamu
mau bukan? Kau ketagihan ngepejuin anak
gadismu sendiri bukan?” kataku dalam hati.
Dadaku sungguh berdebar-debar menanti
jawaban suamiku.
“Kenapa Pa?”
“Baiklah kalau begitu, tapi jangan sekarang,
nanti ketahuan Mama” jawab Mas Alan.
Suamiku menyetujuinya!!
“Emang Mama gak boleh tahu Pa?”
“Iya, kamu jangan kasih tahu mama yah…
jangan kasih tahu mama apa yang baru kita
bicarakan. Bilang saja kalau kamu udah maafin
Papa”
“Oh… ya udah. Ini bakal jadi rahasia kecil kita
berdua. Fara bakal rahasiakan kalau Papa
nafsu sama Fara, gitu Pa? Oke?”
“Oke sayang... kamu memang pintar”
Ini sungguh situasi yang aneh. Mereka
merahasiakan hal itu padaku, padahal akulah
yang membuat mereka menjadi seperti
sekarang ini.
“Terus kapan Papa mau buang peju ke Fara
lagi?” tanya Fara kemudian.
“Kamu nanti malam tidur sama Papa Mama lagi
kan?”
“Hmm… Iya Pa..”
“Kalau gitu nanti malam Papa bakal pejuin
kamu lagi seperti biasa. Boleh kan sayang?”
“Ihhh…. Jadi tiap malam Fara kena semprot
pejuh Papa terus !??” Fara balik bertanya.
“Iya sayang, Maaf yah.. hehe”
“Ohh.. pantesan badan Fara lengket terus
waktu bangun. Ya udah, nanti malam yah Pa.
Gak usah diam-diam lagi, Fara mau kok
bantuin”
Sepertinya sudah cukup apa yang ku dengar.
Aku segera kembali ke dapur dan pura-pura
tidak mendengar apa yang terjadi barusan.
Sensasi ini sungguh luar biasa. Obsesiku
semakin mendekati kenyataan. Aku tidak sabar
menunggu malam tiba.
Malamnya Fara tidur lagi bersama kami.
Suamikupun lagi-lagi meminta agar aku mau
melayaninya, setidaknya membantu mengocok
penisnya. Tapi aku yakin itu hanya pura-pura
saja. Begitupun dengan diriku yang masih pura-
pura malas melayaninya serta bertingkah
seakan tidak mengetahui apa yang akan terjadi.
Setelah aku pura-pura terlelap merekapun
memulai aksinya. Sesekali ku buka sedikit
mataku agar bisa melihat apa yang mereka
lakukan. Suamiku tampak membangunkan Fara
yang sudah beneran tertidur.
“Sayang, bangun…” suamiku berbisik
membangunkan putrinya.
“Nggmmhh… Papa mau pejuin Fara sekarang?”
“Ssssst… pelanin suaranya sayang!! ntar mama
bangun”
“Ups, Papa mau pejuin Fara sekarang?” tanya
Fara lagi dengan berbisik pelan.
“Iya, Papa mau ngepejuin anak gadis Papa
sekarang, boleh kan sayang?”
“Boleh banget kok…”
Suamiku lalu tampak membuka celana tidurnya.
Kemudian kembali tiduran di samping putri
kami.
“Kocokin sayang” suruh suamiku.
“Gimana caranya Pa?”
“Gini…”
Aku tidak dapat melihat dengan jelas, tapi ku
yakin Fara sedang mengocok penis ayahnya
saat ini.
“Kamu memang pintar sayang”
“Hihi.. Makasih Pa… masih lama Pa keluar
pejunya?”
“Bentar lagi kok, kamu mau papa keluarin
dimana?”
“Terserah Papa aja, dimana yang papa suka”
jawab Fara sambil tersenyum manis.
Beberapa saat kemudian suamiku bangkit dan
berlutut di samping putri kami. Dia tampaknya
akan menembakkan pejunya ke wajah Fara
lagi!!
“Sayang.. Papa mau keluarin peju nih…”
“Iya Pah.. tumpahin aja”
“Crooot.. crooot” sperma suamiku dimuncratkan
lagi ke wajah anak gadisnya itu. Bedanya kali
ini putri kami sadar dan melihat langsung
bagaimana penis ayahnya menembakkan
sperma kental di wajah cantiknya!!
Pemandangan yang sungguh membuatku
blingsatan. Jantungku berdetak sangat
kencang.
“Ih.. Pa, banyak banget. Geli, bau…”
“Maaf sayang…”
“Hihihi… Gak apa kok Pa, pasti karena Papa
nafsu banget kan sama Fara?”
“Iya.. Papa nafsu banget. Sini biar Papa
bersihin mukanya”
Suamiku lalu mengambil tisu dan
membersihkan wajah anaknya.
“Cuma sekali aja Pa?” tanya Fara sambil
membiarkan wajahnya dibersihkan Papanya.
“Kenapa? kamu masih mau Papa pejuin lagi?
nakal yah…”
“Hehe, Mau aja kok…”
“Sudah, besok malam lagi. Ntar mama kamu
bangun”
“Iya yah… ntar mama tahu rahasia kita lagi.
Hmm… Papa suka pejuin muka mama juga?”
tanya Fara polos.
“Pernah sih...”
“Enakan mana dari pejuin muka Fara?”
“Enakan pejuin muka kamu dong... soalnya
kamu anak gadis Papa yang paling cantik”
“Emang cantikan mana, mama atau anak papa
ini? Jujur lho…”
“Lebih cantik kamu…”
“Terus, nafsuin mana? Papa lebih nafsu sama
siapa?”
“Nafsuin kamuuuu… anak papa sayaaaang”
“Hihihi, makasih Pa”
“Iya, sudah sana tidur. Besok kamu sekolah”
“Oke Pa… Malam…”
Hatiku serasa diaduk-aduk!! Fara mungkin
memang polos bertanya seperti itu pada
ayahnya, sedangkan ayahnya mungkin saja
menjawabnya sesuai keinginan Fara. Tapi aku
merasakan cemburu yang luar biasa dibanding-
bandingkan dengan putriku sendiri seperti itu,
namun memang ini yang aku inginkan.
~~
Setelah malam itu, merekapun terus
mengulangi perbuatan tersebut. Putri kami
selalu jadi pelampiasan nafsu suamiku. Tiap
malam Fara pasti selalu disemprot peju ayah
kandungnya. Pakaian, tangan, paha, dan
mukanya ia relakan sebagai sasaran muncratan
peju ayahnya. Bahkan sekarang mereka sudah
berani diam-diam melakukannya di siang hari.
Awalnya aku tidak tahu, namun waktu itu aku
mendapati suamiku sedang dicoliin putrinya di
kamar Fara. Parahnya waktu itu Fara sedang
telanjang bulat karena baru selesai mandi.
Jadilah tubuh telanjangnya yang masih basah
itu terkena muncratan peju ayahnya, padahal
dia baru saja mandi.
Pernah juga waktu itu aku tidak sengaja melihat
mereka melakukannya saat Fara baru pulang
sekolah. Fara mengocok penis ayahnya sambil
masih mengenakan seragam SMP,
pemandangan yang sangat menggairahkan.
“Duh, sayang… kamu cantik banget pake
seragam gini”
“Hihihi… kenapa Pa? Papa mau pejuin seragam
Fara juga? Boleh kok…”
“Terus besok kamu pakai apa?”
“Besok kan udah kering Pa”
“Tapi apa nggak bau sayang?”
“Gak apa kok… jadi pejuin aja kalau Papa
memang mau...”
Setelah sekian lama mengocok penis ayahnya,
suamikupun akhirnya muncrat. Pejunya
menyemprot bertubi-tubi ke arah seragam
putrinya. Baik kemeja putih maupun rok biru itu
terkena ceceran sperma ayah kandungnya!! Dan
Fara menerima dengan senang hati seragam
sekolahnya dibuat kotor begitu.
“Udah Pa? lihat nih seragam Fara jadi kotor
gini… Suka Pa?”
“Iya… makasih sayang… sana cepat ganti baju.
Ntar ketahuan sama mama kamu”
“Oce Pa, hmm… Pa”
“Ya sayang?”
“Nanti Mama katanya mau pergi ke pasar.
Kalau ntar papa mau pejuin Fara lagi boleh kok,
Papa mau Fara pakai seragam apa? Mau pejuin
seragam pramuka Fara juga? boleh kok… hihihi”
“Wah… boleh juga tuh sayang…”
“Ya udah, kita tunggu Mama pergi ya Pa…” ujar
Fara. Mereka berencana berbuat mesum lagi
nanti ketika aku pergi!! Benar saja, saat aku
kembali aku memang menemukan ceceran
sperma pada seragam pramuka putri kami.
Perbuatan mereka semakin hari semakin
menjadi-jadi. Aku juga semakin sering
meninggalkan mereka berdua dengan berbagai
alasan seperti pergi ke pasar. Sensasinya
sungguh aneh. Cemburu, tapi juga membuatku
birahi. Suami dan putri kami tentunya sedang
berbuat mesum selama aku tidak di rumah.
Tidak jarang bila ku pulang, aku mendapati
ceceran peju baik di ruang tamu, di atas tempat
tidur Fara, bahkan di meja makan. Entah
bagaimana caranya sperma ini bisa ada di atas
meja makan. Aku jadi horni memikirkan mereka
yang berbuat cabul di sembarang tempat
begini.
Pernah juga aku melihat ada secuil peju di
rambut Fara yang sepertinya luput saat
dibersihkan, Aku pikir hanya itu, tapi ternyata
juga ada noda yang sama di sela bibirnya!!
Astaga!! Apa suamiku tadi menembakkan
spermanya ke dalam mulut putri kami?
Sepertinya memang iya karena nafas Fara bau
peju. Aku pura-pura saja tidak tahu, bahkan
membantu membersihkan noda itu dari sela
birbinya.
“Kalau makan yang benar dong sayang… masa
belepotan gitu” ujarku sambil tertawa. Fara
juga ikutan tertawa.
“Hihihi, Habis Papa sih ma… Ups!!”
“Papa? Papa kenapa sayang?” tanyaku.
“Eh, Itu… tadi Papa ngasih Fara es krim”
jawabnya berbohong. Aku hanya tersenyum
mendengar jawaban bohongnya sambil
mengusap lembut kepalanya.
“Kamu suka dikasih es krim sama Papa?”
“Suka banget…”
“Pasti enak banget yah es krim nya?”
“Enak banget mah… Fara jadi kepengen lagi”
“Kalau gitu minta aja lagi sama Papa”
“Boleh yah Ma?”
“Ya boleh dong… kamu minta yang sering yah
es krimnya, minta yang banyak”
“Iya ma… ntar Fara minta lagi es krim yang
banyak sama Papa, hihihi”
Sebuah tanya jawab yang aneh karena kami
saling menyembunyikan sesuatu. Aku tentu
tahu apa yang dimaksudnya dengan es krim itu
adalah sperma kental ayahnya.
Ternyata suamiku memang sudah mulai
ngepejuin mulut putrinya sendiri. Dadaku
berdebar sangat kencang melihat pemandangan
itu. Fara yang tidur terlentang di sampingku,
dikangkangi suamiku lalu ditembakkan sperma
kental ayahnya ke mulutnya. Fara menerima
sperma ayahnya dengan senang hati, bahkan
astaga!! Dia menelannya!!
“Enak es krim papa sayang?”
“Agak bau sih, tapi enak kok.. Fara telan
semua yah Pa?”
“Iya sayang…”
“Eh Pa, Mama tadi bilang agar Fara minta es
krim yang banyak sama Papa lho…” kata Fara
polos.
“Mama kamu bilang gitu?”
“Iya…”
“Kalau gitu Papa turutin deh… Ntar kamu bilang
ke Mama yah kalau Papa bakal kasih kamu es
krim tiap hari”
“Sip Pa… hihihi” Darahku berdesir mendengar
obrolan mereka ini. Fara akan selalu dipejuin
ayahnya!! Esoknya Fara bahkan benar-benar
mengatakan kalau Papa setuju untuk ngasih dia
es krim tiap hari. Aku tersenyum saja padanya
seakan tidak tahu apa es krim yang mereka
maksud sebenarnya. Putri kami betul-betul jadi
tempat pembuangan peju ayahnya setelah itu.
Tidak hanya di pakaian atau badan Fara, namun
sekarang di dalam mulutnya. Fara jadi selalu
berbau peju bila di rumah.
Tapi semua itu belum cukup bagiku. Obsesiku
untuk melihat suami dan anakku bersetubuh
masih belum kesampaian. Mereka belum
melakukan perzinahan yang sesungguhnya. Aku
ingin suamiku ngentotin putri kami. Aku ingin
suamiku menyemprotkan pejunya tidak hanya di
dalam mulut Fara, tapi juga di dalam rahimnya
hingga membuat putri kami ini hamil. Namun
sepertinya suamiku masih belum punya niat
untuk benar-benar melakukan itu. Padahal
sudah hampir dua bulan aku tidak memberi
jatah pada suamiku. Aku yakin suamiku sudah
merindukan yang namanya bersenggama.
Atau… apa mereka sudah pernah
melakukannya?
Sore ini aku kembali meninggalkan mereka
berdua nonton tv dan mengintip mereka dari
jauh. Mereka duduk berpangku-pangkuan. Aku
pikir mereka hanya akan sekedar duduk mesra
berduaan saja seperti biasa, tapi astaga!! Ku
lihat suamiku mengeluarkan penisnya, setelah
itu suamiku juga menyelipkan penisnya ke balik
rok pendek Fara.
“Papa ngapain? Kok burungnya dikeluarin sih
Pa?” tanya Fara berbisik.
“Gak ngapa-ngapain kok... Gak boleh sayang?”
“Iya, boleh kok. Tapi ngeganjal nih…”
Fara lalu membiarkan ayahnya menggesek-
gesekkan penisnya ke selangkangannya.
Sepertinya Fara juga sangat menikmatinya, ia
bahkan ikut memaju-mundurkan pinggulnya
seirama goyangan pinggul ayahnya.
“Fara, udah mau malam, buruan mandi gih…”
kataku tiba-tiba muncul di hadapan mereka.
Ayah dan anak itu tentu saja terkejut bukan
main karena kedatanganku. Terlebih suamiku
karena penisnya ada di balik rok Fara saat ini.
Namun aku pura-pura tidak mengetahuinya.
“Iya ma… bentar lagi” jawab Fara yang lebih
terlihat santai.
“Kenapa bentar lagi sih? buruan dong... manja
banget sama Papa kamu. Atau kamu mau
mandi bareng sama Papa? Pa, mandiin anakmu
gih…” suruhku pada suamiku. Setahuku mereka
belum pernah sama-sama telanjang bulat, jadi
ini kesempatanku untuk lebih mendekatkan
mereka.
“Mandiin Fara mah?” tanya suamiku.
“Iya, kamu mau kan Fara dimandiin Papamu?”
“Nghhh…. Mau deh Ma” jawab Fara tidak lagi
menolak.
“Tuh Pa, dia mau tuh. Buruan gih, ntar keburu
malam. Fara, ajak papa kamu mandi bareng
dong…” suruhku pada Fara.
“Pa, mandi bareng yuk… Kan udah lama Fara
gak mandi bareng Papa” pinta Fara manja.
Suamiku tidak langsung menjawab. Mungkin dia
ragu.
“I-iya deh” setuju suamiku akhirnya.
Merekapun setuju untuk mandi bersama.
Setelah aku meninggalkan mereka lagi, Fara
lalu bangkit dan berjalan ke kamar mandi
kemudian disusul ayahnya. Aku sangat
bersemangat menantikan mereka bakal sama-
sama telanjang di dalam ruangan yang sempit.
Aku harap suamiku jadi terangsang berat di
dalam sana.
“Pa, mandiin Fara yang bersih yah…” teriakku
pada suamiku dari balik pintu kamar mandi.
“Iya ma”
“Fara, kamu jangan nakal di dalam. Ntar gak
dikasih es krim lagi lho” kataku kini pada Fara.
“Paling Papa yang nakal ma, hihihi” jawab Fara
sambil tertawa.
Terdengar suara air tidak lama kemudian.
Sepertinya mereka sudah mulai saling
membilas dan menyabuni badan satu sama
lain. Aku berusaha mencuri dengar apa yang
mereka obrolkan di dalam. Fara sesekali
tertawa geli cekikikan, mungkin karena geli
karena badannya diusap-usap Papanya.
“Geli pa… jangan diremas-remas dong...”
“Ssstt… kamu ini kencang banget suaranya!!”
“Ups, sorry. Geli pa.. jangan diremas-remas gitu
dong susu Fara…”
“Cuma ngebersihin kok sayang…”
“Tapi kan geli… ntar burung Papa aku remas
juga lho biar keluar lagi es krimnya”
“Dasar kamu nakal. Kamu dengar kan tadi
mama bilang jangan nakal?”
“Hihihi, iya yah… tapi kan Mama gak ngelihat
Pa”
“Terus? Kamu mau kita nakal-nakalan
sekarang?”
“Aku mau aja, emang Papa gak mau nakalin
Fara?”
“Mau kok… ya udah nih Papa nakalin…”
“Ih… Pa, ngapain? kok burungnya diselipin di
sana sih?”
“Iya sayang… Papa mau nyabunin sela-sela
paha kamu pakai burung Papa”
Setelah itu hanya desahan-desahan saja yang
terdengar samar-samar. Aku yang mendengar
dari sini juga ikut-ikutan horni karenanya.
Suamiku sedang menggesek-gesekan penisnya
di antara paha Fara!! Ingin sekali rasanya aku
melihat langsung apa yang mereka lakukan,
tapi aku tidak bisa karena tidak ada celah.
Apapun itu, mereka betul-betul melakukan
perbuatan mesum sekarang. Hingga akhirnya
ku dengar suamiku melenguh, dia klimaks.
Entah di bagian tubuh Fara yang mana yang
dipejuin.
Setelah itu barulah mereka mandi seperti biasa
meskipun masih juga terdengar sesekali Fara
cekikikan geli.
“Asik yah mandinya? Lama banget?” tanyaku
pada mereka saat keluar dari kamar mandi.
“Tau tuh Papa” jawab Fara cuek.
Tampak hanya suamiku saja yang mengenakan
handuk, sedangkan Fara dengan santainya
berjalan telanjang bulat ke kamarnya.
“Pa,” panggilku pada suamiku.
“Iya ma?”
“Pakein Fara baju gih sekalian”
“Hah?”
***

0 Response to "Cerita Dewasa : Aku ingin Putriku di setubuhi Ayahnya (2) "

Posting Komentar