Cerita Dewasa : Aku ingin Putriku di setubuhi Ayahnya (3)

“Pa,” panggilku pada suamiku.
“Iya ma?”
“Pakein Fara baju gih sekalian”
“Hah?”
“Iya… Pakein Fara baju. Badan Fara tadi juga
belum kering, handukin yang benar dong Pa…
gimana sih? Buruan sana” ujarku lagi
menegaskan. Aku bersikap sewajar mungkin
agar suamiku tidak curiga.
“Tapi Papa pakai baju dulu yah ma…” katanya,
tentu saja tidak aku bolehkan. Tadi di kamar
mandi aku hanya mendengar suara-suara
mereka saja, aku ingin melihat mereka sama-
sama telanjang sekarang.
“Nanti saja Pa… pakein baju dulu Faranya”
“Ngmm… Ya sudah kalau begitu Ma”
Dengan masih hanya mengenakan handuk,
suamikupun menyusul Fara ke dalam
kamarnya. Pintu kamar Fara yang tidak ditutup
dengan rapat membuat aku bisa mengintip apa
yang mereka lakukan di dalam. Aku memang
tidak pernah puas melihat suami dan putriku
bersama-sama dalam keadaan mesum begini.
Fara masih dalam keadaan telanjang bulat
sedangkan ayah kandungnya hanya
mengenakan handuk.
“Ngapain Pa?” tanya Fara yang sepertinya
heran karena Papanya ikut masuk ke kamarnya.
“Disuruh mama handukin kamu yang benar,
terus pakein kamu baju”
“Ih, emangnya Fara masih kecil dipakein baju
segala”
“Tau tuh mama kamu” Suamiku lalu
menanggalkan handuk yang dikenakannya,
sehingga penis tegangnya tampak sekali lagi
dihadapan putrinya ini. Akhirnya aku bisa
melihat mereka sama-sama bertelanjang bulat.
Fara
Handuk yang baru saja menutupi penisnya itu
sekarang dia gunakan lagi untuk mengeringkan
tubuh putrinya. Rambut, wajah, badan, hingga
kaki Fara dihanduki sekali lagi oleh ayah
kandungnya. Bahkan suamiku masih saja terus
menghanduki putrinya walau tubuh putrinya itu
sudah kering. Dapat ku lihat kalau penis
suamiku yang sedang tegang sengaja sering-
sering digesekkan ke kulit tubuh Fara selama
menghanduki anaknya ini.
Suamiku sepertinya sangat menikmati setiap
momen menghanduki anak gadisnya. Begitupun
dengan Fara, ia tampak sangat menikmati
gesekan-gesekan dari handuk itu di kulitnya.
Saat handuk itu sampai di bagian
selangkangannya, Fara terdengar merintih-rintih
kecil. Ayahnya yang mendengar rintihan anak
gadis remajanya jadi semakin bersemangat, dia
makin cepat menggesek-gesekkan handuk itu di
selangkangan putrinya.
Fara sampai memegang tangan ayahnya karena
menerima gesekan handuk yang semakin
menjadi-jadi diselangkangannya, entah itu
isyarat agar jangan berhenti atau isyarat
supaya berhenti. Tapi sepertinya itu adalah
isyarat agar jangan berhenti karena yang ku
lihat berikutnya cukup mengejutkanku, Fara
menggoyang-goyangkan pinggulnya!! Sepertinya
Fara merasakan birahinya terpancing karena
gesekan-gesekan handuk di vaginanya. Dia
sudah 14 tahun dan sudah memasuki masa
puber, jadi wajar bila insting seksnya sudah
muncul dan merasakan nikmat bila
kewanitaannya digesek-gesek seperti itu. Tapi
yang membuat hal ini tidak wajar adalah
karena yang menggesek-gesekkan kelaminnya
adalah ayah kandungnya sendiri.
Setelah beberapa lama ku lihat tubuh Fara
mengejang dan kelojotan. Ya tuhan!! putri kami
orgasme. Itu mungkin orgasme pertamanya.
Ayahnya telah membuat anak gadisnya sendiri
orgasme. Tapi suamiku bukannya berhenti, dia
terus saja menggesek-gesekkan kelamin Fara.
Hal itu membuat tubuh Fara kembali kelojotan
tidak lama kemudian. Putri kami double
klimaks!!
“Enak tidak sayang?”
“Nghh…. Enak Pa… kok bisa… ngh… kok bisa
gitu yah?”
“Kamu tadi itu orgasme”
“Orgasme? Hmm… Pa, lap lagi dong…
sepertinya masih belum kering nih…” pinta
Fara. Tampaknya Fara ketagihan dengan
sensasi nikmat yang baru dia kenal ini.
Suamikupun menuruti kemauan Fara. Ia
handuki lagi tubuh putrinya, atau lebih tepatnya
menggesek-gesekkan handuk itu ke sekitaran
vagina putrinya. Lagi-lagi tidak butuh waktu
lama untuk membuat Fara mendapatkan
orgasmenya kembali.
Suamiku tampaknya sudah sangat horni. Dia
kemudian bangkit, lalu penis tegangnya kini
secara vulgar dia gesekkan ke pantat putrinya.
Dia menggerakkan pinggulnya seperti sedang
meyetubuhi Fara, betul-betul ayah yang cabul!!
“Nghh… Papa mau keluarin peju Papa lagi ya?”
tanya Fara pada ayahnya yang ada di
belakangnya.
“Eh, i-i-iya, Papa mau keluarin peju lagi” jawab
suamiku tergagap saking bernafsunya.
“Ya udah, keluarin aja Pa… yang banyak” kata
Fara memperbolehkan.
“Kamu nungging dong…” Aku terkejut
mendengarnya. Apa suamiku akan menyetubuhi
putrinya sekarang? Dadaku begitu berdebar-
debar.
“Nungging? Papa mau Fara ngapain?”
“Nyelipin burung Papa juga kok, Papa mau coba
sambil kamu nungging” jawabnya. Ternyata
masih belum, kecewa akunya.
“Oh… Papa pengen ngocok di sana yah Pa? Iya
deh, suka-suka Papa aja”
Suamikupun kembali menggesekkan penisnya
ke belahan pantat Fara dalam posisi putrinya
ini sedang menungging. Setelah beberapa saat
dia lalu menggesekkan penisnya di sela paha
Fara, tepat di bawah vagina putrinya. Aku
bergidik melihat suami dan putri kami telanjang-
telanjangan dengan posisi begitu. Kalau ku lihat
dari sini mereka seperti sedang bersetubuh
dalam posisi doggy. Rambut panjang Fara yang
masih lembab tergerai dengan indahnya,
sungguh seksi. Apalagi Fara juga mengeluarkan
suara desahan di setiap kocokan penis ayahnya
di pahanya. Aku yakin lelaki manapun tidak
akan tahan melihat kondisi putriku saat ini.
Apalagi oleh suamiku yang sedang mupeng-
mupengnya menggesekkan penisnya di
selangkangan Fara. Goyangan pinggulnya
semakin lama semakin kencang. Dia akan
segera klimaks!!
Cepat-cepat dia raih handuk tadi,
dibentangkannya di sebelahnya, lalu dia
tumpahkan spermanya di sana. Sangat banyak.
Sepertinya dia tidak ingin mengotori tubuh Fara
yang baru saja selesai mandi.
“Udah keluar Pa pejunya?”
“Udah sayang… makasih ya”
“Iya…” jawab Fara sambil tersenyum manis.
Ada kebanggan tersendiri sepertinya bagi Fara
membahagiakan ayah kandungnya dengan cara
seperti ini, dengan cara memberikan tubuhnya
sebagai pelampiasan nafsu ayahnya. Fara
Fara… kamu seharusnya memberikan lebih dari
ini, ujarku dalam hati.
Mendadak timbul niat isengku untuk
menganggu mereka. Akupun memutuskan untuk
masuk ke dalam kamar.
“Belum selesai Pa handukin Faranya?” tanyaku
tiba-tiba. Suamiku menjadi salah tingkah
karena terkejut, handuk tadi dia lap-lapkan lagi
ke tubuh putrinya seakan belum selesai
menghanduki Fara. Dia lupa kalau handuk itu
baru saja dia gunakan sebagai wadah
penampung spermanya!! Jadilah tubuh Fara
terkena lagi cairan peju ayahnya. Suamiku baru
sadar setelah bagian depan tubuh anaknya
tampak mengkilap.
“Tuh, kok masih basah saja sih badan
Faranya?” tanyaku pada Mas Alan pura-pura
tidak tahu kalau itu adalah sperma. Fara
tampak tidak terlalu peduli kalau tubuhnya
terkena sperma ayahnya, tapi suamiku betul-
betul terlihat panik. Saat dia mencoba
mengelap badan Fara, yang ada peju itu jadi
semakin menyebar merata di tubuh putrinya.
Yang mana niatnya tadi tidak ingin mengotori
tubuh anaknya malah sekarang jadi kotor
merata oleh peju. Aku jadi ingin tertawa
dibuatnya, tapi ku tahan. Barulah kemudian dia
gunakan sisi handuk yang tidak ada ceceran
spermanya untuk mengelap badan Fara.
Barulah sekarang benar-benar kering, hihihi.
“Sudah selesai Pa?” tanyaku kemudian.
“Su-sudah Ma” Suamiku kini mengenakan
handuknya kembali. Aku sedikit kecewa sih.
Aku ingin suamiku terus telanjang di hadapan
putrinya. Aku ingin Fara melihat penis ayahnya
sesering mungkin. Aku ingin Fara tahu kalau
Papanya ini selalu ngaceng dan horni bila di
dekatnya. Tapi tidak mungkin aku memaksa
suamiku terus bertelanjang, dia bisa curiga.
“Ma, mumpung kamu udah di sini. Kamu saja
ya yang makein Fara baju” ujar suamiku masih
berlagak keberatan, padahal aku tahu kalau dia
sebenarnya ingin melakukannya.
“Lho? Kok gitu sih Pa? nanggung… Sayang,
celana dalam yang Mama beliin kemarin belum
kamu coba kan?” tanyaku pada Fara.
“Belum Ma”
“Suruh Papa kamu pakein gih… sekaligus Mama
pengen tahu pendapat Papa kamu bagus apa
tidak” kataku pada Fara sambil tersenyum
melirik ke suamiku.
“Oce Ma”
Fara kemudian mengambil bungkusan yang
berisi dalaman yang ku maksud lalu
menyerahkan ke Papanya. Sungguh ganjil,
seorang anak gadis baru saja menyerahkan
celana dalam ke ayah kandungnya untuk
dipakaikan!! Awalnya suamiku tampak ragu
menerimanya, namun akhirnya dia tetap
memakaikan celana dalam itu pada putrinya.
Sebuah pemandangan yang membuat darahku
berdesir. Mungkin kalau Fara masih kecil hal
seperti ini bukan sesuatu yang aneh, namun
tidak jika anak gadisnya ini sudah remaja
seperti sekarang.
“Gimana sayang? Bagus kan pilihan Mama?
Cocok gak Pa?” tanyaku pada mereka berdua
setelah celana dalam bergaris-garis putih biru
itu melekat di pinggul Fara.
“Bagus kok Ma, cocok. Iya kan Pa?” tanya Fara
juga pada Papanya sambil memutar tubuhnya.
Pastinya pria manapun bakal mupeng berat
melihat keadaan putri kami sekarang. Seorang
gadis remaja SMP dengan tubuh yang sedang
ranum-ranumnya hanya memakai celana dalam
seksi!! Benar saja, ku lihat handuk yang
dikenakan suamiku tidak bisa menyembunyikan
kalau penisnya sedang tegang luar biasa saat
ini. Kamu pasti nafsu kan Mas pada putrimu?
Pengen kamu entotin kan? Senggamai dia
suamiku, genjot memek anakmu!! Batinku
seakan mencoba mengendalikan pikiran
suamiku.
“I-iya bagus. Terus bh sama bajunya?” tanya
suamiku tampak tidak tenang, sepertinya dia
sudah sangat horni. Teruslah begitu suamiku,
sering-seringlah berpikir jorok pada putrimu.
“Kalau Bh gak usah kali Pa, kan cuma di rumah
saja. Iya kan sayang?”
“Iya Pa, gak usah” jawab Fara. Aku memang
sudah mengajarkan putriku ini kalau tidak perlu
memakai bh jika di rumah, apalagi tujuannya
kalau bukan untuk memancing nafsu ayahnya.
“Nah… Kalau baju, kamu saja yang pilih Pa…”
suruhku pada suamiku.
“Iya, Papa aja yang milihin” kata Fara setuju.
“Papa yang milih?” tanya suamiku tampak
terkejut.
“Kenapa Pa? atau kamu mau kalau Fara gak
usah pake baju? Pengen Fara cuma pake
celana dalam kayak gini saja ya?” godaku.
“Kamu mau sayang tidak usah pakai baju?”
tanyaku iseng pada Fara.
“M-masa tidak pakai baju? Kayak gembel saja.
Iya iya Papa yang milihiin” kata suamiku
akhirnya setuju.
Suamiku lalu memilihkan baju dari dalam
lemari. Dia memilihkan model pakaian yang
belakangan sering dipakai putri kami, tanktop
dan celana pendek ketat. Dulu dia memprotes
pakaian anaknya itu, namun kini dia sendiri
yang memilihkannya. Dia lalu membantu Fara
berpakaian. Ya… walaupun sudah
berpakaianpun sebenarnya Fara tetap terlihat
cantik dan menggairahkan juga.
“Ayo Fara, bilang apa sama Papa?” tanyaku
pada Fara setelah dia selesai dipakaikan baju
oleh Papanya.
“Hmm… makasih yah Pa”
“Makasih ngapain? Yang lengkap dong…”
suruhku.
“Makasih Pa udah mandiin Fara, ngelap badan
Fara, terus makein Fara baju” ujar Fara dengan
senyum manis pada Papanya.
“Iya sayang… sama-sama” jawab suamiku.
“Hmm… Ma, kapan-kapan boleh kan Fara mandi
sama Papa lagi?” tanya Fara.
“Kamu pengen mandi sama Papa kamu lagi?”
“Iya Ma…”
“Boleh kok sayang. Gak usah kapan-kapan, tiap
kamu mau mandi ajak saja Papamu. Papa
kamu gak bakal nolak kok mandi telanjang
berdua sama gadis cantik kayak kamu. Iya kan
Pa?” tanyaku pada suamiku dengan senyuman
penuh arti. Suamiku tampak sangat malu,
sedangkan putri kami tertawa polos karena
dipuji begitu.
“I-iya sayang. Kalau itu mau kamu” jawab
suamiku.
“Terus nanti Papa yang handukin sama makein
Fara baju lagi kan Ma?” tanya Fara lagi.
“Iya… habis kamu dimandiin, terus dihanduki
dan dipej- dipakein baju sama Papa, mau kan
Pa?” tanyaku lagi, ups… hampir saja keceplosan
nyebut ‘dipejuin’.
“Kalau kamu mau, kamu boleh kok gantian yang
makein Papa baju” sambungku lagi.
“Kamu apaan sih Ma…!!”
“Bercanda Pa, hihihi” tawaku, Fara juga tertawa
cekikikan.
“Ya sudah… yuk makan malam” ajakku.
Acarapun selesai.
Sejak saat itu Fara selalu mandi dengan ayah
kandungnya. Tiap akan mandi putri kami akan
mengajak Papanya, “Pa… mandi bareng Fara
yuk…” Lelaki mana yang akan menolak diajak
mandi oleh Fara? Lelaki mana yang tidak akan
horni bila mendengar ajakan manja dari
seorang gadis cantik untuk mandi bersama?
Tak terkecuali ayahnya sendiri.
Setelah mereka selesai mandi aku masih sering
melihat suamiku berbuat cabul pada putrinya.
Tidak jarang saat menghanduki maupun
memakaikan Fara baju, aku melihat suamiku
memainkan penisnya ke tubuh putrinya sampai
dia muncrat-muncrat. Dia biasanya akan
menumpahkan pejunya ke tisu atau handuk.
Bila suamiku sedang nafsu-nafsunya barulah
dia akan menumpahkan peju kentalnya itu ke
langit-langit mulut putrinya maupun ke sekujur
tubuh Fara, tidak peduli kalau putrinya ini baru
saja mandi. Bahkan sering juga dia tumpahkan
ke celana dalam fara, padahal itu celana dalam
yang baru saja ku belikan. Ya… Aku juga
memang makin sering membelikan putriku
pakaian dalam model terbaru yang super seksi
dan imut, semua itu dicobakan di depan
ayahnya. Dan aku selalu berlagak seakan-akan
hanya mengetahui kalau suamiku cuma sekedar
memandikan, menghanduki dan memakaikan
Fara pakaian.
Pagi itu sebelum Fara pergi ke sekolah, aku
melihat mereka akan melakukannya lagi.
Suamiku sepertinya menjadi nafsu setelah
memakaikan Fara seragam. Fara memang
terlihat sangat cantik dengan seragam SMP
putih biru itu, ditambah kaos kaki putih yang
melekat di kakinya.
“Papa mau keluarin peju lagi ya?” tanya Fara
melihat sang ayah mengelus-elus penisnya
sendiri.
“Iya sayang… tolong kocokin yah...”
“Iya Pa”
Pemandangan gadis SMP berseragam lengkap
sedang mengocok penis pria dewasa seperti ini
pastinya membuat semua orang terpana.
Terlebih mereka adalah ayah dan anak
kandung. Ayahnya duduk di atas tempat tidur,
sedangkan anak gadisnya berlutut di lantai.
Tidak butuh waktu lama bagi suamiku, pejunya
pun muncrat-muncrat dengan banyaknya ke
arah putrinya. Sebagian mengenai wajahnya,
sebagian lagi mengenai seragam sekolahnya.
Rok Fara yang paling banyak terkena ceceran
sperma.
“Ih… Pa, kok muncratin pejunya ke seragam
Fara sih?” protes Fara. Kalau itu sesudah
pulang sekolah seperti yang ku lihat
sebelumnya Fara memang tidak akan
memprotes, tapi sekarang dia baru akan
berangkat sekolah.
“M-maaf sayang… Papa gak tahan” Suamikupun
membantu membersihkan wajah dan seragam
Fara sebisa mungkin dengan handuk. Lalu
menyemprotkan parfum yang banyak ke area
seragam yang terkena peju. Tapi aku punya
keinginan lain.
“Fara, buruan…. Entar telat” Teriakku dari balik
pintu.
“I-iya Ma” sahutnya. “Pa… udah, biarin aja, ntar
Fara telat” sambungnya lagi pelan pada
Papanya.
Aku tidak ingin ceceran peju itu bersih-bersih
amat. Sepertinya Fara terkesan lebih seksi bila
pergi ke sekolah dengan sedikit bau peju dan
sedikit bekas ceceran peju di seragamnya. Peju
ayahnya akan menemani aktifitas belajarnya di
sekolah. Aku jadi senyum-senyum sendiri
memikirkannya.
~~
Waktu terus berlalu. Sekarang tidak hanya
ayahnya yang terus ku coba pancing nafsunya,
namun juga putri kami. Aku ingin Fara menjadi
sedikit nakal di depan Papanya. Aku bahkan
sengaja mendownload film porno lalu ku
tunjukkan pada putriku. Fara tentu saja geli
awalnya dipertontonkan adegan seperti itu.
Tapi aku senang karena ternyata putriku ini
cukup antusias. Fara sering bertanya padaku
tentang apa-apa yang dilakukan pasangan di
dalam film itu.
“Kok burungnya dimasukin ke sana sih Ma?”
tanya Fara polos. Dia yang masih belum ngerti
tentu saja heran melihat kelamin wanita
dimasuki penis.
“Itu namanya ngentot sayang…”
“Ngentot?”
“Iya, ngentot. Terus yang itu namanya bukan
burung tapi kontol, dan punya kamu itu
namanya memek” jelasku. Aku tidak
menyangka akhirnya aku mengajarkan kata-
kata sevulgar ini pada putriku sendiri.
“Kontol? memek?” tanya Fara, rasanya sungguh
aneh saat dia mengulangi setiap kata-kata yang
baru ku ajarkan itu dari mulut mungilnya.
“Hmm… jadi yang waktu itu Papa dan Mama
ngentot yah?” tanyanya lagi. Ternyata dia
memang pernah melihat aku dan Papanya
bersetubuh.
“Iya… Ih, kamu ngintip ya? Dasar nakal, hihihi”
“Hihi, enak yah Ma rasanya ngentot itu?”
“Enak dong… kamu pengen gak dientotin? Mau
gak memek kamu dikontolin?”
“Dikontolin? Ih… gak ah, sakit pasti”
“Kok gak mau sih? itu kan tanda cinta”
“Tanda cinta? Kok gitu sih Ma?”
“Iya… Waktu itu kamu lihat kan kontol Mama
ditusuk-tusuk kontol Papa? Itu tandanya Papa
cinta sama Mama. Terus waktu kamu mandi
sama Papa pasti kontol Papa tegang kan? Itu
berarti Papa juga cinta sama kamu”
“Oh… Iya yah… dulu Papa kan pernah bilang
kalau dia cinta sama Fara. Jadi karena Papa
cinta sama Fara makanya kontolnya Papa jadi
tegang ya Ma?”
“Iya… tuh kamu pintar” pujiku sambil mengelus
rambutnya, dia hanya tersenyum manis.
Dia terus bertanya-tanya selama menonton,
seperti “Ih… kok kontolnya dimasukin ke mulut
sih Ma? Gak jijik apa?” Atau dia bertanya “Itu
cowoknya kok nyusu sih? Emang ada air
susunya? Kok pantat ceweknya dimasukin
kontol juga sih Ma?” dan berbagai macam
pertanyaan polos lainnya. Semua pertanyaan
putriku ini ku jawab dengan rinci dan memakai
bahasa yang vulgar. Saat ada bagian si cowok
nyemprotkan peju ke mulut si cewek, barulah
Fara tidak bertanya.
“Kenapa sayang? Kamu udah pernah lihat
peju?” pancingku.
“Eh, gak kok ma. Mirip es krim yah Ma peju
itu…”
“Iya, mirip es krim yang sering dikasih Papa
sama kamu” jawabku. Dasar Fara, dia pikir aku
tidak tahu apa, hihihi.
“Mmmh… Kalau cewek juga bisa orgasme kan
Ma?”
“Bisa dong… kenapa? Kamu udah pernah
orgasme? Kapan?” tanyaku menggodanya, aku
tentu saja tahu kalau putriku ini pernah
orgasme, orgasme yang didapatkannya pertama
kali dari ayahnya sendiri.
“Eh, nggak pernah kok Ma…”
“Beneran?”
“Iyah… sumpah deh”
“Iya-iya Mama percaya… hihihi. Oh ya sayang,
kamu jangan kasih tau Papa ya kalau Mama
ajarin beginian”
“Hmm? Gak boleh ya Ma?”
“Iya, jangan ya…”
“Oce Ma”
Tidak hanya satu video tentunya yang aku
perlihatkan padanya, tapi banyak. Mungkin lebih
dari satu jam kami ibu dan anak nonton film
porno bersama. Aku sampai horni sendiri, aku
penasaran apa Fara juga horni, mungkin saja
iya. Fara yang sangat tertarik bahkan meminta
dikirimkan ke ponselnya. Aku penasaran apa
yang akan terjadi pada anak gadisku setelah
menonton semua film-flm porno ini. Aku
penasaran apakah dia akan mengajak Papanya
bersenggama. Bila iya, apakah suamiku akan
menerima ajakan bersetubuh dari putrinya ini?
Aku sungguh penasaran.
Tidak lama kemudian terdengar suara ketukan
pintu. Suamiku pulang!! Cepat-cepat ku
matikan film porno yang masih diputar di
laptop.
“Tuh, bukain pintu… Papa pulang” suruhku pada
Fara.
“Iya Mah…”
“Ingat ya jangan kasih tau Papa” kataku lagi
mengingatkan, Fara mengangguk paham.
Fara pergi ke depan membukakan pintu untuk
ayahnya. Aku menyusul tidak lama kemudian.
Ternyata suamiku membawa dua orang
temannya lagi. Belakangan ini mereka memang
jadi sering kemari.
Fara mencium tangan kedua bapak itu. Seakan
mencuri kesempatan, ku lihat mereka mengelus
rambut Fara, matanya juga kelayapan
menelanjangi anak gadisku. Ternyata putriku
memang punya daya tarik yang tinggi. Dan
sepertinya bapak bapak ini juga punya pikiran
jorok pada putriku. Ya… kalau itu cuma sekedar
dalam pikiran mereka ya tidak apa, aku tidak
bisa berbuat banyak. Pria manapun memang
akan horni bila melihat anak gadis remajaku ini.
Dan itu memang salahku juga karena
mengajarkan Fara cara berpakaian yang seksi
seperti sekarang.
“Udah pulang Pa?” tanyaku.
“Iya… ada tamu nih. Tolong buatkan minum
dong Ma”
“Iya Pa, bentar”
“Fara, bantuin Mama kamu gih…” suruh
suamiku.
“Enggak ah, malas…” jawab Fara enteng lalu
duduk di samping Papanya. Dari dapur aku
dapat melihat mereka. Seperti biasa, Fara tetap
saja nempel pada Papanya meskipun di depan
teman-teman ayahnya. Suamikupun tetap
berusaha meladeni obrolan teman-temannya
meskipun Fara terus bergelayutan manja di
pangkuannya. Aku yakin suamiku sedang
ngaceng sekarang, bahkan mungkin tidak hanya
dia, tapi juga teman-temannya.
“Duh, Faranya manja amat Pak Alan” komentar
salah satu teman suamiku, Pak Rudi.
“Iya nih Pak, beruntung banget bapak punya
anak gadis secantik Fara” ujar Pak Prabu ikut-
ikutan.
“Haha, bisa aja bapak-bapak ini” jawab
suamiku. Aku yang baru mengantarkan minum
kemudian juga ikut duduk bersama mereka.
“Iya nih bapak-bapak, Fara manja banget sama
Papanya. Papanya sih suka ngasih dia es krim”
ujarku menimpali. Suamiku tampak sedikit
terperanjat mendengar omonganku barusan.
“Oh… Fara suka es krim?”
“Iya om…” jawab Fara.
“Kapan-kapan Om kasih es krim mau?” tawar
bapak itu pada Fara. Ku lihat Fara melirik ke
ayahnya sambil tersenyum.
“Mau banget Om… Boleh kan Pa? Boleh kan
Ma?”
“Iya… boleh kok” jawab suamiku. Aku juga
mengangguk boleh sambil tersenyum kecil.
Tentu saja yang dimaksud Bapak ini adalah
benar-benar es krim. Bukan ‘es krim kental’
yang biasa diberikan Papanya. Aku bergidik
membayangkan kalau mereka juga memberikan
putriku ‘es krim’ yang seperti diberikan
suamiku.
“Sayang, udah sore.. cepat mandi sana. Pa,
mandiin Fara nya dulu…” suruhku pada suami
dan putri kami.
“Hah? Fara nya masih mandi sama Papanya?”
Tentu saja tema-teman suamiku tidak habis
pikir mendengar Fara yang sudah sebesar itu
masih saja mandi dengan ayahnya. Fara yang
sudah jadi gadis remaja cantik, memang sangat
ganjil rasanya mandi bertelanjang bulat dengan
pria dewasa meskipun itu adalah ayah
kandungnya sendiri.
“Iya Pak, mandi telanjang berdua. Apalagi
mereka itu kalau mandinya lama banget. Gak
tahu deh ngapain aja.. hihihi” ujarku
memancing.
“Ih, mamaaaa… Fara gak ngapa-ngapain kok di
dalam sama Papa, iya kan Pa?” balas Fara.
“I-iya…” jawab suamiku tergagap.
“Oh…. Gitu? terus waktu Papa kamu makein
kamu baju kok juga lama ya?” godaku lagi pura-
pura tidak tahu. Aku berusaha menahan tawa
melihat ekspresi semua orang di sini, terlebih
ekspresi teman-teman suamiku. Aku memang
sengaja menanyakan semua hal ini sekarang di
hadapan orang lain. Aku ingin tahu bagaimana
respon mereka berdua dan respon teman-
teman suamiku.
“Pak Alan juga makein Fara baju??” tanya
teman suamiku lagi makin terkejut.
“Iya Pak, emang kenapa Pak? Kan putri sendiri.
Iya kan Pa?” kataku membantu menjawab.
“I-iya Pak”
Ku lihat wajah mereka semua jadi mupeng
karena ceritaku ini. Mereka pasti sudah
membayangkan yang tidak-tidak tentang Fara.
Memang Fara adalah putri suamiku sendiri, tapi
pastinya tidak ada seorang ayah yang masih
memandikan dan memakaikan baju anak
gadisnya yang sudah sebesar ini. Mereka pasti
iri sekali dengan suamiku, mereka mungkin
ingin sekali jadi bapak angkatnya Fara biar juga
bisa ngerasain mandiin Fara, hihihi.
“Ya sudah Pak, saya permisi mau mandi dulu.
Tunggu sebentar yah Pak. Yuk sayang…” ujar
suamiku pada teman-temannya lalu mengajak
Fara ke kemar mandi.
“Baiklah kalau begitu kami tunggu” balas
teman-temannya.
Suami dan putriku lalu masuk ke kamar mandi.
Aku sendiri kembali ke dapur karena tidak
mungkin menguping apa yang mereka lakukan
di dalam saat ini. Namun kali ini mereka mandi
lebih cepat, sepertinya mereka tidak melakukan
hal yang aneh sekarang karena ada teman-
teman suamiku menunggu. Tapi astaga!! Fara
tetap seperti biasa bertelanjang bulat sehabis
mandi menuju ke kamarnya!! Tentu saja hal itu
dapat dilihat oleh teman-teman suamiku. Anak
gadisku yang cantik sedang dinikmati
ketelanjangannya oleh bapak-bapak ini. Dadaku
berdebar kencang. Apa suamiku lupa kalau ada
teman-temannya saat ini?? Ada orang lain yang
menyaksikan tubuh telanjang putri kami, bukan
anggota keluarga!!
“Fara!! kamu kok gak pakai handuk? Papa kamu
mana?” tanyaku menyusul Fara sebelum dia
masuk ke kamar, entah kenapa aku jadi pengen
menunjukkan tubuh putriku pada mereka.
Mereka juga sudah melihat tubuh Fara, sekalian
saja ku goda. Tapi hanya menunjukkan
sebentar saja, tidak lebih.
“Itu Ma, Papa lagi eek. Ya Fara keluar dulu,
masak nungguin Papa selesai? bau!!” jawabnya
polos.
“Iya, tapi masa kamu keluyuran bugil gini? Lihat
tuh om om itu liatin kamu. Ntar mereka jadi
cinta lho gara-gara liat susu kamu ini, hihihi”
kataku sambil melirik ke arah teman-teman
suamiku. Posisi Fara menghadap ke arah
mereka, jadi mata mereka dapat dengan leluasa
melihat buah dada serta vagina Fara. Mereka
tampak mupeng melihat tubuh telanjang putriku
ini, apalagi mendengar omonganku barusan.
“Emangnya gak boleh yah Ma om om itu cinta
sama Fara? Nanti kontol om om itu tegang yah
Ma?” aku tidak menyangka Fara akan
mengatakan itu, teman-teman suamiku mungkin
mendengarnya!! Aku seharusnya mengajarkan
Fara agar tidak mengucapkan kata itu
sembarangan, tapi terlambat. Ya sudah lah.
“Bukannya gak boleh sih... tapi mereka kan
udah cinta sama istrinya. Masa kamu ambil
juga sih? Sudah sana masuk kamar pakai baju,
atau Mama suruh om om itu yang makein?
Mau? Om… tolong pakein Fara baju dong…
hihihi” godaku. Aku yakin bapak-bapak itu
semakin mupeng sekarang, mereka mungkin
berharap benar-benar dibolehkan memakaikan
Fara baju. Aku sebenarnya geli membayangkan
bila putriku dipakaikan baju oleh bapak-bapak
itu. Tapi tentu saja tidak akan ku lakukan,
cuma ayahnya saja yang boleh menyentuh
tubuh putriku.
“Gak mau, mau dipakein baju sama Papa!!”
rengek Fara. Untung Fara juga hanya ingin
sama Papanya.
“Ya sudah tunggu di dalam kamar gih, jangan di
luar gini. Malu dilihat sama om-om itu. Iya kan
Om?” tanyaku pada bapak-bapak itu.
“I-iya” jawab mereka serentak.
“Ya deh Ma… Fara masuk dulu yah om…”
Farapun masuk ke dalam kamarnya.
“Maaf yah Pak… Faranya bandel banget, habis
mandi main nyelonong aja telanjang ke kamar”
“Iya Bu gak apa. Tapi Faranya kok udah tahu
kontol yah bu Rina?” tanya salah satu mereka.
Gawat!! Mereka memang mendengarnya!!
“I-itu Pak… s-saya yang ajarin” kataku
mengaku, aku tidak tahu harus berkata apa
lagi.
“Oh… bu Rina yang ajarin?”
“Iya, itu agar dia ngerti sedikit saja kok bapak
bapak”
“Iya Bu Rina, anak remaja sekarang memang
seharusnya diajari yang benar tentang hal
begituan biar gak salah jalan” ujar mereka.
Fiuh, untung saja mereka menganggap positif
omonganku barusan. Tapi ku yakin itu hanya di
omongan saja, mereka pasti memang horni dan
nafsu pada putri kami. Silahkan saja kalau
mereka sekedar ingin menjadikan Fara objek
onaninya, tapi cukup sekian pertunjukannya.
Tidak ada lagi!! Akupun kembali ke dapur. Aku
sempat melihat salah satu dari mereka
menyusul Fara dan seperti ingin mengintip
Fara, tapi untung saja suamiku sudah selesai
dari kamar mandi.
“Mau kemana Pak Rudi?” tanya suamiku.
“Eh, ng-nggak, mau ke kamar mandi”
“Oh, silahkan Pak… sebelah sana” suamikupun
masuk ke kamar Fara.
~~

0 Response to "Cerita Dewasa : Aku ingin Putriku di setubuhi Ayahnya (3) "

Posting Komentar