Cerita Dewasa : Gita Gutawa XXX

Cerita Dewasa : Suara merdu bagaikan suara bidadari itu
terasa sangat nyaman bagi Erwin. Hanya
diiringi dentingan piano, keindahan suara itu

semakin terasa syahdu. Erwin tersenyum
ketika melihat ke arah asal suara itu. Terlihat
seorang gadis remaja yang cantik sedang
asyik bermain piano sambil menyanyi. Hati
Erwin terasa bangga, karena dia sebagai
seorang komposer musik ternama dinegeri
bisa memiliki seorang anak yang menuruni
bakat bermusiknya. Bahkan lebih dari itu,
Gita, anak perempuan kesayangannya itu
memiliki bakat lain yang bahkan tak
dimilikinya yaitu suaranya yang merdu.
Gita selalu menjadi anak kesayangan Erwin.
Erwin menatap anak perempuannya itu. Tak
terasa, Gita sekarang sudah tumbuh menjadi
seorang gadis remaja. Dan dia tumbuh
menjadi gadis remaja yang cantik. Wajahnya
yang cantik manis, sepasang mata bintang,
bibirnya yang merekah oleh senyuman
manisnya. Walaupun kecantikan Gita
membuatnya bangga, tapi juga menimbulkan
sedikit rasa kuatir di dalam hati Erwin. Gadis
remaja yang cantik seperti Gita bagaikan
bunga yang baru mekar yang selalu
mengundang kumbang untuk datang.
Sebentar lagi Erwin merasa dia pasti akan
dipusingkan dengan pemuda-pemuda yang
ingin mendekati putrinya
“Yah…. Sini dong. Gita mau nyanyi sambil
diiringi piano ayah.”, suara manja Gita
membuyarkan lamunan Erwin. Erwin
tersenyum pada anak sulungnya itu.
“Iya…iya….”, kata Erwin sambil menghampiri
Gita. Komposer besar itu lalu duduk di depan
pianonya.
“Mau lagu apa?”, tanya Erwin pada Gita yang
berdiri di sampingnya.
“Terserah deh.”, kata Gita. Erwin mulai
memainkan nada indah dari lagu Kembang
Perawan dari album Gita. Suara Gita segera
mengalun merdu mengiringi dentingan piano
Erwin. Gita berjalan ke belakang Erwin lalu
memeluk ayahnya dari belakang. Tangannya
dengan manja merangkul leher ayahnya
sambil terus bernyanyi. Erwin merasa
bahagia.
Tapi lambat laun kosentrasi Erwin mulai
terganggu. Gita yang memeluknya dari
belakang, hanya memakai kaus baby doll
ketat dan sepertinya anak gadisnya itu tak
memakai bra. Erwin bisa merasakan putting
payudara Gita yang baru mekar menggesek
punggungnya yang hanya memakai kaos
oblong tipis. Harum tubuh Gita tercium
olehnya dan membuat perasaan Erwin
semakin bergetar.
“Sudah ah Git. Sudah malam. Sekarang kamu
harus tidur, besok kan kamu sekolah.”, kata
Erwin sambil berdiri.
“Ya….ayah.”, kata Gita sambil merajuk manja.
“Sudah jangan membantah. Besok kan kamu
harus sekolah.”, kata Erwin.
“Ya udah. Selamat malem yah.”, kata Gita.
Gadis remaja itu lalu memeluk ayahnya dan
mencium pipi Erwin lembut. Erwin bisa
merasakan kehangatan tubuh Gita yang baru
mulai mekar ketika anak gadisnya itu
memeluknya erat dan mencium pipinya.
Perasaan geliasah itu kembali lagi menghantui
Erwin. Dia lalu cepat-cepat melepaskan
pelukannya.
“Selamat malam Gita. Mimpi indah ya.”, kata
Erwin. Dia mengawasi Gita yang berlarian
memasuki kamarnya. Erwin termenung
sejenak sambil berdiri.
“Ya, Tuhan. Dia itu anakmu sendiri Win.
Kenapa kamu bisa mempunyai pikiran kotor
seperti itu?”, omel Erwin dalam hati pada
dirinya sendiri. Tadi memang Erwin sempat
bangkit gairahnya saat anak gadisnya itu
memeluknya erat. Masih teringat jelas oleh
Erwin, harum tubuh anaknya dan putting Gita
yang tadi menempel erat di punggungnya.
Erwin menggeleng-gelengkan kepalanya,
berusaha mengusir pikiran setan di
kepalanya. Setelah itu dia berjalan ke arah
kamar tidurnya.
Saat Erwin memasuki kamar tidurnya, dia
melihat Lutfi, istrinya, sudah tidur dengan
mengenakan baju tidur tipis. Gairah Erwin
bangkit lagi. Dia langsung merebahkan diri di
sebelah istrinya, lalu mencium leher istrinya
sambil tangannya mulai beraksi bergerilya di
tubuh istrinya.
“Hhhmm…. mas. Mas, lagi pengen ya?”, kata
Lutfi yang terbangun karena ulah Erwin.
Mulanya Lutfi hanya membiarkan saja tingkah
suaminya itu, tapi lambat laun rangsangan
Erwin membuat gairahnya bangkit juga.
“Ssstt… mas….aahhh”, desis Lutfi. Dia
menyambut ciuman Erwin yang panas di
bibirnya. Erwin yang melihat gairah istrinya
mulai bangkit, tak membuang waktu lagi. Dia
segera melepaskan pakaiannya sendiri sambil
terus mencumbu istrinya itu. ****** erwin
sudah tegang.
Erwin tampak tak sabaran dia segera melucuti
celana dalam istrinya. Gaun tidur istrinya
hanya disingkapnya keatas. Erwin segera
mengambil posisi menindih istrinya.
Kontolnya yang sudah tegang langsung
dilesakkannya ke memek istrinya itu.
“Aughh…pelan-pelan dong mas mmmpp…….”,
desis Lutfi menyabut gairah suaminya dengan
tak kalah panasnya.
“Aaahhh…sstt…….”, Erwin pun mendengus
menikmati jepitan memek istrinya di
kontolnya. Erwin langsung menggenjot
istrinya dengan liar. Suara kecipak kelamin
mereka berdua berpadu indah dengan desah
kenikmatan pasangan suami istri itu.
Pllakkk….Plaakk…aah..ahh… sttt…plaak….
srttt…..
Dasar si Erwin memang komposer musik yang
selalu mengabdikan hidupnya untuk musik.
Bahkan saat dia bercinta dengan istrinya, dia
mencoba memadukan suara berpadunya
kelamin mereka dan desahan kenikmatan
mereka berdua. Yaa….walaupun tidaklah
mungkin untuk menciptakan sebuah lagu atau
melodi indah hanya dengan suara kecipak
****** dalam memek yang basah atau dari
desah dan erang kenikmatan seks, tapi
setidaknya Erwin tetap menjaga agar suara
persetubuhan mereka tidak “fals”. Mmm…
paling nggak Erwin masih berusaha menjaga
“pitch control” irama persetubuhan mereka.
Lutfi sebenarnya agak heran dengan ulah
suaminya. Sudah cukup lama suaminya tidak
bergairah se-panas ini. Bukan berarti selama
ini rumah tangga mereka bermasalah. Mereka
tetap harmonis. Hubungan di ranjang pun
cukup baik. Erwin masih bisa memberinya
kepuasan batin. Hanya saja setelah kelahiran
anak mereka yang kedua, Erwin belum pernah
seliar dan sepanas ini lagi. Saat ini Erwin
begitu bergairah, mengingatkan Lutfi akan
suaminya waktu awal pernikahan mereka
dulu.
Entah kenapa Erwin begitu bergairah malam
ini. Dia menyetubuhi istrinya dengan nafsu
yang menggelora. Kontolnya merojok memek
istrinya dengan cepat dan penuh tenaga.
Tangan dan bibirnya pun turut beraksi
menjelajahi tubuh istrinya. Lutfi, istrinya pun
menyambut hangat kemesraan yang diberikan
suaminya itu. Mereka terus berpacu dalam
lautan birahi bagaikan pasangan yang baru
berbulan madu.
“Aaahh….terus masss….aaa…aku mau
nyampe….aahh…”, desis Luthfi yang merasa
kalo dia sebentar lagi akan ditelan gelombang
orgasme.
“Uuughh…tunggu aku sayang aaghh…”,
dengus Erwin sambil memacu tubuh istrinya
makin liar. Dia dapat merasakan memek
istrinya mulai berkedut liar.
Tiba-tiba Erwin tersentak. Wajah istrinya
perlahan berubah menjadi wajah anak
gadisnya, Gita. Erwin mengerjapkan matanya.
Wajah istrinya kembali lagi. Tapi entah
kenapa di saat dia di ambang puncak nafsu
birahinya, pikiran erwin membayangkan hal
yang lain. Erwin membayangkan kalo tubuh
yang sedang ditindihnya itu adalah anak
gadisnya, Gita. Erwin membayangkan tubuh
Gita yang baru mekar terlonjak-lonjak oleh
genjotannya. Terbayang wajah Gita yang
cantik manis menatapnya dengan penuh
nafsu dan merintih keenakan karena genjotan
****** Erwin di memeknya yang sempit. Dan
semua itu malah membuat Erwin semakin
bergairah. Dia memacu Gita dalam
bayangannya dengan makin cepat sampai
akhirnya gelombang orgasme yang dashyat
menerpanya.
“Uughhh….aku nyampe sayang aahhhh…….”,
desis Erwin saat kontolnya menyemprotkan
banyak sekali sperma ke dalam memek dan
rahim istrinya.
“Sstttt… aaaaaku jugaaaghh………”, desah Lutfi
yang juga mendapatkan orgasmenya saat dia
merasakan hangatnya mani Erwin yang
menyemprot dalam memeknya. Memeknya
menjepit erat ****** Erwin berusaha
memeras seluruh mani darinya. Mereka
berpelukan erat dan menikmati puncak
kenikmatan mereka berdua.
Setelah gelombang itu usai menerpa mereka.
Erwin dan Lutfi, istrinya tertidur sambil tetap
berpelukan karena lelah.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
* * * * * * * * * * * * * *
dua minggu kemudian………
“Aaahhh… Gita….ssttt…..memek kamu sempit
banget…..aahhh…. enak…..”, dengus Erwin
sambil mengocok kontolnya dengan
tangannya sendiri di dalam kamar mandi
hotel itu. Erwin melakukan masturbasi sambil
membayangkan Gita, anak kandungnya
sendiri.
“Ugghh… telen mani ayah di mulut kamu Git
aaaghhh….., dengus Erwin saat kontolnya
akhirnya memuncratkan sperma yang
mengenai dinding kamar mandi itu. Dengus
nafas Erwin terdengar berat, tapi wajahnya
memancarkan kepuasan.
Beberapa saat kemudian, Erwin pun
menyiram dinding kamar mandi yang
berlepotan spermanya. Kemudian dia duduk
termenung diatas toilet. Rasa sesal
menghinggapi nurani Erwin. Dia merasa
sebagai ayah yang bejat. Dia sudah
menjadikan anak gadisnya sendiri sebagai
obyek khayalan seksnya. Erwin tak mampu
untuk menghentikan khayalannya itu.
Sebenarnya sejak dua minggu lalu, saat dia
pertama kalinya membayangkan Gita saat
bersetubuh dengan istrinya, Erwin sudah
mencoba segala cara untuk mengenyahkan
pikiran kotornya itu. Bahkan dia berusaha
untuk agak menjauh dari Gita secara fisik.
Bila sebelumnya Erwin tak pernah sungkan
untuk memeluk Gita, sekarang dia merasa
agak salah tingkah bila melakukannya. Tapi
sialnya, akhir-akhir ini tampaknya Gita malah
semakin manja terhadap erwin. Dia sering
memeluk Erwin tiba-tiba sambil merapatkan
tubuhnya yang segera mebuat jantung Erwin
berdetak makin kencang. Erwin tak bisa
menolak kemanjaan yang diperlihatkan Gita
karena dia tak mau Gita sampai merasa dia
tak menyayanginya lagi.
Erwin lalu mandi dibawah guyuran shower
kamar mandi hotel.Dia berusaha
mengenyahkan segala pikiran kotor di
kepalanya dengan guyuran air dingin di
kepalanya. Selesai mandi, Erwin lalu memakai
jubah mandinya lalu keluar dari kamar mandi
itu.
“Hi, Yah. Ayah baru mandi ya?”, suara manja
Gita mengejutkan Erwin. Ternyata Gita
sekarang ada di dalam kamar Erwin. Penyanyi
remaja itu sedang asyik tiduran di ranjang
Erwin sambil membaca majalah.
Kekhawatiran segera menghinggapi kepala
Erwin.
“Sudah lamakah Gita di kamarnya? Apakah
dia sempat mendengar teriakannya saat onani
sambil membayangkan anak gadisnya sendiri
itu? Aaahhh…. kenapa aku lupa mengunci
pintu terusan antara kamarku dengan Gita.”,
sesal Erwin dalam hati. Dia dan Gita sekarang
memang sedang tidak berada di rumah,
melainkan menginap di sebuah hotel. Erwin
menemani Gita untuk promosi album
barunya. Walaupun mereka menginap di
kamar yang berlainan, tapi kamar mereka
bersebelahan dan ada pintu terusan yang
menghubungkan kamar mereka.
“Hmm..nngg….ka..kamu sudah lama disini
Git?”, tanya Erwin sedikit gugup.
“Ah, barusan kok.”, kata Gita. Erwin sedikit
lega mendengar jawaban Gita.
“Kamu kok disini? Bukannya tidur di kamar
kamu sendiri.”, tanya Erwin sambil
mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Sesekali Erwin mencuri pandang ke arah anak
perempuannya itu. Gita selalu terlihat cantik
dan manis di mata Erwin. Gadis yang baru
beranjak remaja itu sedang mengenakan baju
tidur pinknya yang makin membuatnya
tampak imut dan menggemaskan.
“Gita belum ngantuk Yah. Lagian Gita bosen
di kamar sendirian.”, sahut Gita. Erwin
maklum akan kesepian Gita. Mamanya
sekarang tak bisa menemaninya karena harus
mengurus adik Gita. Erwin lalu duduk di
depan cermin lalu merapikan rambutnya.
Saat Erwin menoleh ke arah Gita, dilihatnya
anak kesayangannya itu sedang melamun.
Tampaknya Gita sedang gelisah memikirkan
sesuatu.
“Ada apa Git? Kok melamun.”, tanya Erwin
sambil duduk di tepi ranjang disamping Gita.
Gita terlihat sedikit kaget dengan pertanyaan
Erwin. Lalu wajahnya merona merah.
“Mmm….nggak…nggak ada apa-apa kok Yah.”,
kata Gita agak gugup. Erwin merasa pasti ada
apa-apa, mungkin anak gadisnya itu sedang
mengalami masalah.
“Ayo dong Git. Jangan bohong sama Ayah.
Kamu kan biasanya selalu cerita apa aja ke
Ayah. Nah, sekarang kamu cerita, apa kamu
punya masalah?”, desak Erwin.
Gita terlihat ragu-ragu. Wajahnya merona
merah, membuatnya semakin tampak manis.
Erwin hanya diam, memberi waktu Gita untuk
menceritakan masalahnya atas kemauannya
sendiri.
“Nnngg…..Ayah… Gita mau tanya sesuatu, tapi
Ayah janji jangan marah ya.”, kata Gita
akhirnya.
“Git.., kamu boleh tanya apa aja ke Ayah dan
selama Ayah bisa jawab, ayah pasti akan
jawab. Memangnya kamu mau tanya apa sih?”
“Ta..tapi ayah harus janji dulu nggak akan
marah sama Gita.”
“Iya..iya…Ayah janji nggak akan marah.”,
jawab Erwin semakin penasaran.
Gita terlihat ragu dan malu sebelum dia
membuka mulutnya.
“Mmm….Yah, bener nggak sih kalau aku
minum..mmm…. minum sprema bisa
membuat suaraku tambah merdu?”, tanya
Gita. Kata-kata Gita bagaikan petir yang
menyambar Erwin. Sejenak Erwin hanya bisa
terdiam sambil membelalakkan matanya dan
mulutnya menganga kaget.
“GITA! Kamu ngomong apaan sih?”, kata Erwin
agak keras.
“Tuh kan Ayah marah. Ayah kan janji nggak
akan marah.”, kata Gita. Wajahnya terlihat
malu dan sedikit ketakutan. Erwin mencoba
menenangkan emosi dan kekagetannya. Dia
sadar kalau dia nggak boleh marah. Gita
mulai beranjak remaja dan masalah seperti
ini memang harus siap dihadapinya sebagai
ayah.
Erwin sebenarnya sudah mempersiapkan diri
untuk memberikan pengetahuan tentang cinta
dan seks pada Gita. Sebenarnya malah itu
menjadi bagian Lutfi karena pasangan suami
istri itu maklum kalau ibunya akan lebih
leluasa dalam menerangkan. Kuliah tentang
cinta, tata krama dalam masyarakat,
pentingnya menjaga kehormatan, sampai
dengan contoh hubungan kelamin yang
dilakukan hewan yang diperlukan untuk
meneruskan keturunan sudah disiapkan Erwin
dan istrinya apabila sudah tiba waktunya bagi
anak mereka untuk mendapatkan
pengetahuan mengenai seks. Tapi pertanyaan
yang diajukan Gita benar-benar diluar
perkiraan Erwin dan Lutfi.
“Nngg… ayah….ayah nggak marah kok, cuma
kaget aja. Mmm… memangnya Gita denger
dari mana itu?”, tanya Erwin setelah berhasil
menenangkan hatinya. Mulanya Gita malu
untuk menjawabnya, tapi akhirnya dia pun
mulai bercerita.
Ternyata sewaktu erwin bekerja sama dengan
tiga diva (Ruth Sahanaya, Titi Dj, dan
Krisdayanti), Gita tanpa sengaja memergoki
KD sedang bermesraan dengan Anang
suaminya. Gita menceritakan dengan jelas
tiap detailnya pada Erwin. Bagaimana Gita
melihat KD sedang asyik mengoral ******
Anang, kemudian waktu Anang orgasme, KD
lalu menelan semua sperma yang dikeluarkan
Anang.
“………….Terus tante KD bilang kalau sperma
Om Anang sangat enak dan bagus untuk
membuat suara jadi makin merdu. Mmm….
gitu yah ceritanya.”, tutur Gita.
“Sialan si Anang sama KD. Pake ngeseks di
tempat sembarangan. Kalo gini kan jadi gue
yang repot.”, kelu Erwin dalam hati.
“Jad..jadi bener nggak Yah?”, tanya Gita
dengan wajah polos. Suara Gita membuat
Erwin tersadar dari lamunannya. Sejenak tadi
dia melamunkan hal yang tidak-tidak.
Untaian cerita erotis yang diceritakan secara
detail yang keluar dari bibir manis Gita
dengan wajahnya yang polos dan cantik
membuat Erwin jadi bangkit gairahnya dan
melamun hal yang tidak-tidak.
“Ayah sendiri nggak tahu pasti, Git. Tapi
banyak orang di dunia ini yang mempercayai
hal-hal yang tidak masuk akal. Dan hal itu
ada sisi baik dan buruknya. Pokok yang
penting sebenarnya masalah kepercayaannya
ini. Contohnya gini, ada beberapa atlit yang
percaya dengan hal-hal tertentu. Seperti
Michael Jordan yang selalu memakai celana
basket seragam dari kampusnya kalau sedang
bertanding. Celananya itu selalu dipakainya
dibalik celana team Chicago Bullsnya. Dengan
celana itu Jordan merasa lebih pede. Nah,
Pede ini hal yang positif karena bisa
membuat dia bermain makin bagus. Jadi
sebenarnya yang penting adalah rasa
pedenya, bukan celananya.”, tutur Erwin.
“Oh gitu ya.”
“Tapi inget, Git. Jangana sampai hal-hal
seperti itu jadi bumerang bagi kita sendiri.
Misalkan suatu saat celana itu hilang atau
rusak. Kalau Jordan begitu mempercayai hal
itu, hingga ia jadi frustasi dan hilang pedenya
maka hal itu membawa dampak negatif. Jadi
kita boleh saja mempercayai hal-hal seperti
itu, tapi ambil segi positifnya aja. Jangan
sampai dampak negatifnya malah membuat
kita terbebani. Mengerti?”, kata Erwin lagi.
“Mmmm…. Gita ngerti maksud Ayah.”, jawab
Gita. Kemudian dia termenung.
Erwin menatap anak gadisnya yang sedang
melamun itu. Cerita Gita yang erotis tadi
mulai berkelibatan di kepalanya. Pikiran kotor
yang selalu jadi imajinasi akhir-akhir ini,
sekarang mulai berseliweran lagi di
kepalanya.
“Kenapa, Git? Memangnya Gita percaya sama
pendapatnya tante KD?”, tanya Erwin.
“Mmm… Gita nggak tahu. Tapi kan tante KD
kan penyanyi top, nngg…. nggak tahu ah.”,
kat Gita agak ragu.
“Gita mau coba?”, tanya Erwin. Tampaknya
setan yang berkeliaran di ruangan itu mulai
membisikkan pengaruhnya dalam kepala
Erwin.
Gita menatap ke arah ayahnya dengan
pandangan kaget. Kemudian wajahnya merona
merah. Gadis remaja itu kelihatan masih
bingung.
“Nnnggg….. apa kalau kita minum sperma
nggak ada dampak jeleknya?”, tanya Gita.
“Kalau dari segi kesehatan sih, kayaknya
nggak ada. Malah bagus, soalnya sperma kan
dari protein, sama halnya kayak telur.”, kata
Erwin yang mulai menebarkan jaring
perangkap untuk menjebak Gita yang masih
polos itu.
“Mmm… terus gimana nyobanya?”, tanya Gita.
“Kalau masalah itu, biar ayah yang bantu
Gita. Tapi Gita harus janji nggak akan bilang
siapa-siapa, termasuk mama, gimana?”, bujuk
Erwin. Gita diam merenung. Tampaknya gadis
remaja itu masih ragu.
“Cuman nyoba aja kan nggak ada masalah.
Kalau nanti Gita nggak suka, Gita bisa
berhenti kapan aja.”, bujuk Erwin lagi.
“OK, Gita mau nyoba.”, akhirnya Gita terjatuh
dalam perangkap ayahnya.
“Tapi kamu harus janji nggak akan cerita pada
siapapun termasuk mama, oke?”
“Iya, Gita janji.”, jawab Gita. Bibir Erwin
tersenyum menyeringai bak penjahat-
penjahat di film.
“Terus gimana Gita nyobanya?”, tanya Gita
lagi. Erwin lalu berdiri didepan Gita, lalu
melepaskan tali pengikat jubah mandinya.
Kontolnya yang sudah mengeras mengangguk-
angguk di hadapan Gita, karena Erwin
ternyata tidak memakai apa-apa di balik
jubah mandinya.
“Iiihh…..ayah apaan sih?”, jerit Gita yang
kaget dengan pemandangan yang terpampang
didepannya. Walaupun Gita kaget atas
tindakan Erwin, tapi matanya seakan tak mau
lepas dari ****** Erwin yang mengangguk-
angguk di depannya. Erwin tersenyum melihat
tingkah anak gadisnya itu.
“Kenapa Git? Katanya kamu mau coba minum
sperma? Ya udah, lakuin aja seperti yang
dilakuin tante KD ke om Anang.”, bujuk
Erwin.
Gita masih terlihat ragu dan takut. Tapi
beberapa saat kemudian Erwin dapat
merasakan jari lentik yang lembut
menggenggam batang kontolnya. Gita masih
terlihat canggung, tangannya seperti gemetar
saat dia memegang ****** ayahnya itu.
“Nah, gitu dong.”, Erwin menyemangati Gita.
Perlahan wajah Gita semakin mendekat ke
****** Erwin. Bibir manisnya bergerak
mencium ujung kepala ****** Erwin yang
sudag tegak.
“Ya gitu Git aahh…..yeah….”, desis Erwin yang
merasakan hangatnya kecupan bibir anak
gadisnya itu di kontolnya..
“Julurin lidah kamu. Git. Jilatin ******
ayah.”, kata Erwin memberi petunjuk. Gita
pun menuruti perkataan Erwin. Gadis remaja
itu mulai menjulurkan lidahnya dan menjilati
batang ****** erwin.
“Aaahhh….terusss…kamu pinter
sayang….aahhh….’, desis Erwin nikmat.
Gita terus menjilati ****** Erwin yang terus
mendesis dan melenguh merasakan
nikmatnya hangatnya lidah anak gadisnya itu.
Sesekali Erwin memberi pertunjuk pada Gita
dan Gita pun menurutinya dan cepat sekali
belajat. ****** Erwin dijilatinya merata
mulai dari ujung sampai ke pangkalnya.
Bahkan gadis remaja itu pun menurut ketika
disuruh menjilati buah pelir Erwin yang
berbulu walaupun dia sempat risih karena
bulu-bulu Erwin ada yang menyelip di
lidahnya.
“Uughh…yeahh….buka mulut kamu Git. Hisap
****** ayah aaghh…yak gitu ssttt…..kayak
kamu menghisap permen lolipop mmm……
jangan kena gigi aahhh…….”, Erwin terus
memberi petunjuk sambil melenguh keenakan
merasakan hangatnya jepitan bibir dan
hisapan mulut Gita di kontolnya.
“Ssluurpp….hhmmppp….mmpphh….”, Gita
hanya bisa mengguman sambil terus
menghisap ****** Erwin di bibir mungilnya.
Melihat wajah erwin yang merasa keenakan,
membuat Gita semakin bersemangat.
Erwin terasa seakan terbang di surga.
Impiannya akhir-akhir ini, sekarang menjadi
kenyataan. Anak gadisnya sendiri sekarang
menghisap dan melumat kontolnya dengan
bibir dan mulutnya yang mungil. Melihat
wajah Gita yang polos dan innocent sedang
asyik menyepong kontolnya membuat birahi
Erwin meluap cepat. Untung saja Erwin
sebelumnya sudah bermasturbasi, kalau tidak
mungkin dia sudah tidak dapat bertahan dari
kenikmatan sepongan anak kandungnya
sendiri itu.
“Slluurpp…mpph….kok nggak keluar-keluar
spermanya sih yah. Mulut Gita capek nih.”,
kata Gita.
“Biar ayah bisa cepet keluarin spermanya,
Gita harus buka semua pakaian Gita.”, bujuk
Erwin.
“Kenapa?”, tanya Gita.
“Yah…biar ayah bisa lebih cepet keluarin
spermanya.”, bujuk Erwin. Gita mengangguk,
lalu mulai membuka kancing piyamanya.
Erwin mundur saut langkah kebelakang agar
dia bisa dapat melihat tubuh Gita dengan
jelas.
Mata Erwin terbelalak saat Gita sudah selesai
menanggalkan piyamanya. Erwin begitu
terpesona melihat keindahan tubuh anak
gadisnya itu yang kini sudah telanjang bulat
di depannya. Dia segera menyuruh Gita untuk
berdiri dihadapannya. Gadis remaja itu
menurut lalu berdiri dengan wajahnya yang
memerah karena malu. Tubuh Gita bagaikan
bunga indah yang baru mulai mekar. Memang
payudaranya masih kecil, tapi begitu indah
dan menggemaskan di mata Erwin. Erwin tahu
kalo nantinya anak gadisnya itu akan menjadi
wanita yang cantik jelita, lekuk tubuhnya
sudah menampakkan potensi keindahan di
masa depan. Kulitnya putih mulus dan
tampak lembut. Wajahnya yang cantik manis
terkesan polos hingga membuat Erwin makin
bergairah. Setelah kini melihat tubuh Gita,
anak perempuannya itu telanjang, Erwin
merasa bahwa tubuh Gita lebih indah
daripada yang selama ini dibayangkannya.
“Ka..kamu cantik sekali sayang.”, puji Erwin.
“Ih…ayah ngeledek ya.”, jawab Gita manja.
“Nggak. Beneran kok. Kamu gadis paling
cantik yang pernah ayah lihat.”, gombal
Erwin. Gita hanya tersenyum, bangga atas
pujian ayahnya itu.
Erwin segera mendekat ke arah anak
sulungnya itu. Dagu Gita diangkatnya hingga
wajah Gita sedikit menengadah. Lalu erwin
menundukkan wajahnya dan bibirnya
langsung mengecup lembut bibir Gita.
“Hhmpp..yahh…kenapa kok hhmmpp…….”,
Gita sedikit kaget karena ciuman Erwin, tapi
belum sempat dia bertanya kenapa ayahnya
menciumnya, Erwin sudah melumat bibirnya
dengan panas. Gita pun akhirnya membiarkan
saja tingkah Erwin karena dia juga sebenarnya
menikmati ciuman itu. Tak lama kemudian
Gita pun akhirnya membalas ciuman Erwin
dengan tak kalah panasnya.
Tangan Erwin mulai bergerilya menjelajahi
lekuk tubuh anak gadisnya itu. Kulit Gita
terasa sangat lembut di tangan Erwin.
Kemudian tangan Erwin merayap ke arah
payudara mungil Gita. Payudara Gita memang
belum tumbuh sempurna, sekilas bahkan
hanya terlihat datar. Mungkin hanya berupa
gundukan kecil saja. Tapi hal itu tak
membuat gairah Erwin turun. Tangannya
meraba dan memijat gundukan mungil itu.
Jarinya segera mencari putingnya lalu
mempermainkannya dengan lincah.
“Ssstt….aahhh….geli Yah…. jangan di pencet-
pencet gitu aaaghh…..”, desis Gita karena
permainan jemari Erwin di dadanya. Tapi
Erwin tak menghiraukannya. Bahkan dia
menundukkan badannya, mulutnya segera
mencari putting payudara Gita. Lidah Erwin
segera beraksi, menjilati putting yang
menggemaskan itu, berwarna merah muda
dan makin mengeras. Gita mendesah makin
keras, apalagi saat Erwin menghisap
putingnya kuat-kuat.
Setelah puas bermain didada Gita, Erwin
mendorong tubuh anak gadisnya itu ke
ranjang, hingga Gita rebah terlentang di
ranjang itu dengan pantatnya ada di pinggiran
ranjang. Erwin pun lalu berlutut di bawah
Gita. Kedua kaki Gita dia rentangkan hingga
Erwin kini dapat melihat memek Gita dengan
jelas. Erwin begitu terpesona dengan memek
anak gadisnya itu. Memek itu masih terlihat
sempit. Sama sekali tak ada rambut di sekitar
memek itu. Erwin tak bisa memastikan
apakah Gita mencukur bulu memeknya atau
memang memek itu belum ditumbuhi bulu.
Ketika Erwin merentangkan kedua kaki Gita
lebih lebar, Erwin dapat melihat rongga
kenikmatan itu berwarna merah muda, segar
dan menggemaskan. Erwin yakin kalau Gita
juga terangsang birahinya karena dia melihat
memek anak gadisnya itu sedikit berkilauan
karena air kenikmatan yang mulai membasahi
liang sempit itu.
“Ayah mau ngapa aahhhh…..”, kata-kata Gita
terpotong ketika dia merasakan lidah ayahnya
yang hangat dan kasar menjilat belahan
memeknya. Erwin tampak bersemangat
menjilati belahan vagina itu.
“Mmmm…… ja…jangan Yah. Itu kan kotor
uughhhh……”, kata Gita sambil mendesis
nikmat.
“Ssluurrpp…mm….nggak ada satu bagian pun
dari tubuhmu yang kotor dan jijik buat ayah,
sayang sslluurppp….”, jawab Erwin sambil
terus menjilati memek yang menjadi
impiannya itu.
Erwin seakan tak pernah bosan menjilati
memek Gita, anak gadisnya sendiri itu.
Clitoris Gita yang mungil tak luput dari
sasaran lidahnya. Gita hanya bisa mendesah
menerima perlakuan Ayah kandungnya itu.
Gairah birahi gadis remaja itu bangkit.
Permainan lidah Erwin di memeknya
membuatnya merasakan kenikmatan yang
mungkin belum pernah dia rasakan.
Akhirnya pertahanan gadis remaja itu pun
jebol. Gelombang kenikmatan itu menggulung
dirinya. Apalagi saat Erwin menghisap kuat
klitorisnya saat Gita sedang di ambang
puncak kenikmatannya.
“Aaaghh….Ayahhh…………”, desis Gita. Kakinya
menjepit kepala Erwin seakan tak rela kalau
mulut dan lidah ayahnya sampai terlepas dari
memeknya. Badannya menggeliat sampai
menekuk dan pantatnya sedikit terangkat.
Memeknya menyemprotkan cairan
kenikmatan yang segera dijilat dan dihisap
Erwin dengan penuh nafsu. Erwin seakan tak
mau melewatkan setetes pun cairan
kenikmatan yang dikeluarkan Gita, anak
perempuannya yang sulung itu.
Tubuh Gita pun lemas setelah puncak
kenikmatan itu menggulungnya. Nafasnya
berat dan ia pun memejamkan matanya
sambil mengatur nafasnya. Erwin berdiri dan
ia pun tersenyum puas karena telah bisa
memberikan puncak kenikmatan pada Gita,
anak gadisnya yang sangat disayangnya itu
hanya dengan permainan lidahnya.
Sekarang Erwin sudah tak tahan lagi.
Kontolnya sudah ngaceng berat sampai kepala
kontolnya terasa ngilu. Perlahan ujung
kontolnya dia posisikan pada belahan memek
Gita yang masih terlentang sambil
memejamkan matanya. ****** itu dia gesek-
gesekkan di pintu liang surgawi itu.
“Ayah…..”, kata Gita saat dia membuka
matanya dan mendapatkan ayahnya sedang
menggesekkan kepala kontolnya di belahan
vaginanya. Wajah Gita terlihat agak kuatir dan
sedikit takut. Tapi ada rasa nyaman saat
ujung ****** ayahnya itu menggesek bibir
vaginanya.
“Ayah sayang banget sama Gita. Gita tenang
yah ssttt……”, kata Erwin menenangkan Gita.
Gita bukan gadis bodoh, dia tahu apa yang
akan dilakukan ayahnya padanya. Tapi hal itu
malah membuat gairahnya bangkit kembali.
Gita pun hanya menganggukkan kepalanya
sambil tersenyum manis pada Erwin.
Perlahan Erwin mencoba melakukan
penetrasi. Memek Gita yang sempit agak
membuat dia kesulitan, tapi Erwin terus
berusaha.
“Aaaaghhh…. sakiiittt yah…..”, rintih Gita.
Seringai kesakitan tampak di bibirnya.
“Tahan sedikit sayang. Ntar sakitnya lama-
lama juga hilang.”, bujuk Erwin. Dia terus
menekan kontolnya untuk memasuki memek
Gita. Erwin mencoba tak menghiraukan
rintihan Gita. Dia harus melakukan penetrasi
itu dengan lembut tapi juga tak terlalu lama
hingga menyiksa Gita lebih lama lagi.
Perlahan tapi pasti, ****** Erwin pun
akhirnya berhasil masuk sampai mentok ke
dasar memek Gita. Setelah itu dia pun
berdiam dulu agar memek Gita bisa
beradaptasi dengan benda asing yang kini
bersarang di memeknya.
“Uuughhh… memek kamu sempit banget Git…
ssttt…. enaaakkk…..aahh…..”, desis Erwin
mencoba bertahan agar tidak orgasme karena
jepitan kuat memek Gita. Memek Gita sangat
sempit dan hangat, bagaikan memijat ******
Erwin dengan berjuta kenikmatan. Untung
saja tadi dia sudah orgasme saat masturbasi.
Kalau tidak, Erwin sangsi apakah ia dapat
bertahan dari kenikmatan yang diberikan
memek Gita ini.
Erwin mencium bibir Gita dan Gita pun
membalasnya dengan hangat. Tangannya
menjelajah di seluruh bagian tubuh Gita yang
bisa ia raih. Kelembutan kulit remaja
memang lain dari wanita dewasa dan Erwin
merasa beruntung ia dapat merasakannya.
Erwin tak melakukan gerakan dan hanya
membiarkan memek Gita beradaptasi dengan
kontolnya sambil terus mencumbu Gita,
berharap agar anak gadisnya itu bisa
melupakan rasa sakitnya.
Beberapa saat kemudian, saat Erwin merasa
Gita tak lagi kesakitan dan mulai dapat
membiasakan diri dengan ****** Erwin yang
bersarang di memeknya, Erwin pun mulai
memompa memek Gita dengan perlahan.
“Aaahhh…..ayahhh…….ssttt…..”, desis Gita.
“Uugghhh….memek kamu ee..eenaakk…Git”,
dengus Erwin sambil terus menggenjot anak
gadisnya itu. Ayah dan anak itu terus
berpacu dalam birahi mereka. Fakta bahwa
perbuatan mereka adalah hal yang tabu,
malah membuat gairah Erwin makin
menggelegak. Dia terus memacu tubuh Gita
dengan gairah membara. Erwin bagaikan
terbang di awang. Khayalannya sekarang
menjadi kenyataan. Dia dapat bercinta
dengan Gita, anak kandungnya sendiri, yang
akhir-akhir ini selalu menjadi khayalan
kotornya.
Sementara itu, Gita kelihatannya juga
menikmati perbuatan ayah kandungnya itu
terhadapnya. ****** Erwin yang aktif
bergerak di memeknya memberinya
kenikmatan. Gesekan ****** itu pada
dinding memeknya memacu syarafnya
mengirimkan sinyal kenikmatan di seluruh
tubuhnya. Desah kenikmatan mereka berdua
memenuhi kamar hotel itu. Walaupun kamar
hotel itu dilengkapi AC, tapi tubuh mereka
berdua mulai berkeringat karena panasnya
permainan tabu itu.
Sekitar sepuluh menitan ayah dan anak itu
berpacu dalam gairah mereka, Gita
merasakan kalau gelombang itu akan datang
lagi. Gelombang yang bahkan lebih dashyat
daripada saat ayahnya menjilati memeknya
tadi.
“Ayaaaahhhh….aaaaaagghhhh…..”, jerit Gita
saat orgasme itu menggulung tubuhnya.
Tubuh belianya menggeliat erotis. Kakinya
menggaet pantat Erwin agar ****** ayahnya
dapat menusuk lebih dalam.
Erwin pun tak tahan lagi. Memek Gita begitu
luar biasa saat gadis remaja itu orgasme.
Dinding vaginanya seakan mengempot dan
menghisap kontolnya dengan kuat, berusaha
memeras sperma dari kontolnya.
“Gitaaaa….ayah dapet oooogghhhh…..”,
dengus Erwin sambil menyemprotkan banyak
sekali sperma ke dalam rahim anak gadisnya
itu. Lalu tubuh Erwin pun lemas dan
menindih anaknya.
Setelah puncak kenikmatan itu berlalu, Erwin
pun bangkit dan berdiri memandang Gita.
Anak gadisnya itu masih terlentang di tempat
tidur dan menatapnya sambil bibirnya
menyunggingkan senyum puas. Erwin melirik
ke arah kontolnya yang kini berlumuran
cairan kenikmatan anak kandungnya sendiri.
Erwin tak melihat ada darah disitu karena
Gita sudah kehilangan selaput daranya saat
dia jatuh dari sepeda setahun yang lalu. Tapi
Erwin yakin dia sudah menjadi orang yang
merenggut keperawanan Gita, anak
kandungnya sendiri itu dalam arti yang
sebenarnya. Sesaat rasa sesal merasuki kepala
Erwin. Tapi begitu dia melihat ke arah tubuh
Gita yang masih telanjang, rasa sesal itu pun
hilang bagai tersapu angin. Kontolnya
perlahan mulai bangkit lagi, berdiri
menantang dengan gagahnya.
Erwin pun lalu naik lagi keranjang itu. Dia
menarik tubuh Gita mendekat padanya.
Mereka kembali berciuman hangat.
“Ayah sayang banget sama Gita.”, kata Erwin
merayu.
“Gita juga sayang sama ayah.”, balas Gita
sambil memeluk tubuh ayahnya.
“Aduh…ayah lupa kalo Gita mau minum
sperma ayah. Habis memek Gita enak banget
sih, ayah jadi lupa deh.”
“Iya, nih. Terus sekarang gimana dong yah?”
“Yaa… apa boleh buat. Kita harus ulangin lagi
deh.”
“Ih….maunya…..”
Ayah dan anak itu tertawa bareng.
Erwin kini setengah terlentang di ranjang, tapi
badannya bersandar di bantal yang
diberdirikan di kepala ranjang hingga
posisinya agak seperti orang duduk. Erwin
lalu menyuruh Gita agar duduk di atas
tubuhnya sambil menghadap kearahnya.
Erwin ingin Gita sekarang yang ada di posisi
atas. Erwin mengatur tubuh Gita hingga kini
gadis itu mengangkangi tubuhnya dengan
posisi ****** Erwin tepat berada di pintu
liang senggama gadis remaja itu.
“Sekarang kamu turunin badan kamu Git.”,
kata Erwin memberi petunjuk.
“Ssttt….uughhh…..”, desis Gita yang sudah
menuruti kata- Erwin hingga perlahan
memeknya menelan ****** Erwin yang
mengacung dengan gagahnya.
“Nah sekarang kamu gerakin tubuh kamu na…
aaghhh…. ya gitu…..”, desis Erwin saat Gita
mulai menggerakkan tubuhnya naik turun dan
bergoyang dengan lincah di pangkuannya.
“Uuughhh…. enaakkk Git…kamu pinter
sstt……”, desis Erwin nikmat. Gita ternyata
cepat sekali belajarnya atau mungkin anak
gadisnya itu punya bakat alami untuk hal
beginian. Goyangannya begitu sensual,
memberi Erwin berjuta kenikmatan. Bahkan
Erwin merasa kalau goyangan Gita bahkan
lebih dashyat dari Lutfi, ibunya.
Gita terus memacu dirinya diatas pangkuan
Erwin. Dengan posisi ini, mereka bisa lebih
leluasa bercumbu. Kadang mereka berciuman
sambil terus memacu birahi mereka. Kadang
Erwin menetek di putting payudara Gita yang
mungil. Tangan Erwin juga bisa dengan bebas
meremas bongkahan pantat Gita. Mereka
terus larut dalam permainan tabu itu.
Beberapa menit berpacu dalam birahi, Gita
pun tak tahan lagi. Tubuhnya bergerak makin
tak beraturan. Desahannya makin keras
berpadu denagn suara beradunya tubuh
mereka berdua.
“Aaaghhhh…. Gita dapet yahhh……”, desis Gita
saat orgasme itu menerpanya kembali.
Memeknya berkontraksi dengan intens. Tapi
Erwin mencoba bertahan agar tidak keluar
dulu. Dia berjanji untuk memuntahkan
spermanya di mulut Gita.
Tubuh Gita pun lemas setelah puncak
kenikmatan itu usai. Erwin segera
membalikkan tubuh Gita hingg kini gadis itu
yang terlentang di ranjang. Erwin menyuruh
Gita untuk duduk lalu dia sendiri berdiri
dihadapan anaknya hingga kini kontolnya
persis di hadapan wajah Gita.
“Buka mulut kamu Git.”, perintah Erwin. Gita
menurutinya. Erwin lalu memasukkan
kontolnya ke mulut mungil itu. Dia
menggerakkan pantatnya maju mundur
sambil memegangi kepala Gita.
“Hhppp…hmmpp…”, Gita hanya bisa
bergumam tak jelas karena perbuatan Erwin
itu.
Tak lama kemudian Erwin pun merasa dia
juga akan mendapatkan puncak
kenikmatannya sendiri. Erwin berusaha
memasukkan kontolnya lebih dalam ke mulut
Gita.
“Terima sperma ayah, Git. Aaahhhh…. telen
semua…..”, desis Erwin saat kontolnya
menyemprotkan banyak sekali mani ke dalam
mulut Gita. Gita hanya bisa bergumam sambil
berusaha agar tidak tersedak oleh banyaknya
mani yang disemprotkan ayahnya. Sebagian
sperma Erwin sampai ada yang merembes
keluar dari ujung bibir Gita karena
banyaknya.
“ugghhkk… uughhkk….”, Gita terbatuk saat
Erwin melepaskan kepalanya dan
mengeluarkan kontolnya dari mulutnya. Gadis
remaja itu sempat tersedak dan hampir
kehabisan nafas.
“Ka…kamu nggak apa-apa, Git?”, tanya Erwin
agak kuatir. Dia tadi sempat lupa diri sampai
tak memperhatikan kondisi Gita.
“Nggak apa-apa kok. Cuma keselek dikit.
Sperma ayah banyak banget sih.”, kata Gita.
“Maafin ayah, Git. Wah, kayaknya ayah harus
mandi lagi nih. Gita mau ikutan?”, ajak Erwin.
“Oke.”
Ayah dan anak itu lalu mandi bersama. Saat
di kamar mandi, gairah Erwin bangkit lagi.
Dia pun mengajak anak perempuannya itu
bercinta sekali lagi di dalam kamar mandi.
Baru setelah Erwin menumpahkan spermanya
sekali lagi ke dalam rahim anak kandungnya
itu, komposer beken itu merasa dia tak
sanggup lagi untuk malam ini.
Setelah mandi, Gita tak lagi kembali
kekamarnya. Mereka berdua tidur seranjang
sambil berpelukan dengan tubuh polos dan
telanjang. Erwin dan Gita pun tertidur karena
mereka berdua sudah sangat capek setelah
berpacu dengan nafsu mereka.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
* * * * * * * *
Keesokan paginya, Gita terbangun. Gadis itu
melihat sekeliling dan tak melihat ayahnya
dikamar. Gadis itu menemukan secarik kertas
diatas meja yang berisikan pesan ayahnya
kalo ayahnya harus berangkat dulu ke tempat
konser untuk menyiapkan segala hal buat
penampilan Gita malam ini.
Gita tersenyum saat ingatan tentang peristiwa
malam tadi kembali hinggap di kepalanya.
Gadis yang baru beranjak dewasa itu bangkit
dari tempat tidur dan meraih handphonenya
yang tergeletak diatas meja. Gita pun
menggunakan Hp itu untuk menelepon.
Tuut…tuuut…tuut……..
“Halo. Putri?”, kata Gita.
“Iya..iya….ini gue. Ada apa Git? Tumben
nelpon pagi-pagi.”, balas suar diseberang
sana. Gita tersenyum senang mendengar
suara centil Putri Titian, sahabatnya itu. Gita
memang sangat akrab dengan artis sinetron
remaja yang lagi laris itu.
“He….he…he… kayaknya loe harus nraktir gue
makan malam yang enak di restoran pilihan
gue kalo nanti gue udah pulang.”, kata Gita.
“Apa? Kenapa Gue harus….tunggu..tunggu..
jangan bilang kalo loe sudah ngelakuin itu?”
“Yap.”
“Ja..jadi loe udah ML sama bokap loe
sendiri?”
“Yap. Dan itu artinya gue yang menang dalam
taruhan kita.”
“Jangan bohong loe.”, kata Putri tak percaya.
Gita berjalan menuju ke arah lemari pajangan
di kamr hotel ayahnya. Dia lalu mengambil
sesuatu dari meja itu.
“Gue nggak bohong. Dan gue punya
buktinya.”, kata Gita sambil menenteng
handycam yang tadi diambilnya. Dia
mematikan tombolnya karena handycam itu
sudah menyala dari kemaren malam dan
merekam semua adegan panas yang terjadi
dikamar itu kemaren.
“Gila!!! Loe bener-bener gila Git. Loe harus
ceritain semuanya ke gue.”, desak Putri. Gita
lalu menceritakan semua kejadian tadi malam
secara detail kepada sahabatnya itu lewat
telepon.
“Gila! Loe bener-bener gila Git. ML sama
bokap sendiri aahh…”, komentar Putri setelah
mendengar cerita Gita.
“He…he…he…. dan sekarang loe punya
hutang sama gue.”
“Iya..iya…gue bayar kok. Eh, apa ayahmu
nggak curiga kalo loe udah nggak perawan
lagi?”
“Nggak. Dia kan tahunya aku sudah
kehilangan selaput daraku setahun yang lalu
waktu jatuh dari sepeda.”
“Jatuh dari sepeda? Setahun Yang lalu?
Bukannya setahun yang lalu itu waktu loe
diperkosa sama dua tukang ojek….oohhh gue
ngerti sekarang. Jadi waktu itu loe ngakunya
jatuh dari sepeda?”
“Yap. Eh Put, selain hutang makan malam,
loe juga hutang satu hal lagi sama gue. Loe
janji kalo gue bisa nyobain si Haikal, gebetan
loe.”, kata Gita. Yang dimaksud Gita adalah
Haikal Kamil, artis sinetron yang lagi ada
hubungan khusus sama Putri Titian.
“Shit!!! Iya deh…loe bisa nyobain si Haikal.
Lagian gue yakin Haikal nggak bakalan
berubah walaupun nanti dia sudfah ML sama
loe.”
“He…he…he…. jangan sok yakin. Jarang loe
ada cowok yang ketagihan sama memek Gue
yang sempit.”
“Biarin. Goyangan gue kan lebih yahud
daripada loe.”
“Emangnya Inul, goyangannya yahud. Ya
udah, kita lihat nanti saja.”
“Oh ya Git. Loe masih berhubungan sama
tukang-tukang ojek yang memperkosa loe
itu?”
“Udah jarang sih tapi masih bisa gue
hubungin. Kenapa emangnya?”
“Loe tahu kan kakak Haikal yang belagu itu.
Gayanya yang sok alim itu bikin gue bete
banget.”
“Iya, gue tahu. Trus apa hubungannya?”,
jawab Gita. Yang dimaksud sama Putri itu
Zaskia Mecca, artis sinetron yang selalu
ber****** dan juga kakak kandung dari
Haikal.
“Gue pengen tukang-tukang ojek itu ngerjain
Nona Sok Alim itu. Apa mereka bisa ngerubah
si Zaskia jadi kecanduan ****** kayak yang
mereka lakuin ke loe he…he…he…”
“Dasar. Loe kabarin aja gue kapan, ntar gue
bantu. Udah ah gue mau mandi dulu. See u.”
“Oke bai bai”
Gita menutup telponnya lalu pergi mandi.
Gadis manis itu tersenyum.
“Hhhmmm….. kayaknya hubungan gue sam
bokap jadi tambah seru nih. Bokap lumayan
juga…. staminanya lumayan kuat walaupun
kontolnya nggak segede punya Jupri dan
Kadir. Tukang ojek itu bener-bener gede
banget kontolnya.”, pikir Gita. Dia
membayangkan kalo nanti dia dan Putri
menjalankan rencana mereka terhadap kakak
Haikal, si Zaskia. Pasti seru.

0 Response to "Cerita Dewasa : Gita Gutawa XXX"

Posting Komentar