Aku 10 Tahun Menggarap Wanita Dewasa

Aku mencoba mengingat-ingat kenakalanku diwaktu masih kecil. Beberapa bagian sudah ada yang lupa, tetapi ada juga yang masih terkenang sampai sekarang.
Kejadiannya sekitar 30 tahun lalu. Ketika itu kuingat aku masih sekitar kelas 5 SD. Ayah ku bekerja di perkebunan besar di Sumatera. Dialah yang mengepalai perkebunan itu. Kami tinggal di perkebunan yang jauh dari kota. Temanku bermain adalah anak-anak yang tinggal di dekat rumahku. Meskipun sebutannya dekat rumah, tetapi rumah terdekat itu sekitar 500 m. Sebab rumah orang tuaku memiliki halaman yang sangat luas, rumah bekas peningalan belanda.
Aku singkat saja, waktu itu seingatku aku bermain dengan 3 orang teman. Semua kami adalah laki-laki dan kurang lebih sebaya. Selepas pulang sekolah kami selalu berkumpul. Acara rutin kami adalah berenang di sungai. Rumahku memang di pinggir sungai. Selain itu kami menjelajah hutan kecil di belakang rumahku, atau mencari ikan.
Ada sebuah tebing di pinggir sungai di daerah yang jarang di datangai orang. Di tebing itu kami membuat gua. Tidak terlalu besar, cukup untuk kami tiduran di dalamnya. Kebetulan tanah tebing itu tidak terlalu keras sehingga agak mudah menggerowongi guanya.
Kami merasa mendapat tempat berlindung yang baru. Jika kami berempat masuk gua itu, tidak akan terlihat orang, kecuali dari seberang sungai. Tapi di seberang sungai itupun adalah semak belukar.
Gua itu kami jadikan semacam markas. Kami biasa main kartu disitu, atau mandi melompat dari atas tebing di atas gua. Kami waktu itu mandi di sungai tanpa memakai pakaian renang, jadi telanjang bulat. Tidak ada rasa malu waktu itu.
Pernah kuingat suatu kali selesai kami nyebur di sungai kami berkumpul di gua dalam keadaan masih tetap telanjang. Entah ide dari siapa, yang jelas bukan dari ku, kami berempat berlomba ngocok. Kami berempat melakukan aktivitas itu tanpa berfikir soal perempuan. Di daerahku ngocok kemaluan itu kami sebut, “ngeclek”. Dasar anak-anak dan belum punya pengetahuan sex, waktu itu kami berlomba ngeclek dan pemenangnya adalah siapa yang mencapai orgasme duluan. Kami berempat kuingat waktu itu belum satupun yang sudah mengeluarkan mani. Jadi ketika orgasme tiba, penis kami hanya berkedut-kedut saja. Entah siapa yang menang aku tidak ingat. Seingatku waktu aku melakukan ngocok itu, sama sekali belum mengerti soal hubungan sex pria wanita. Waktu itu ngocok yang merupakan kesenangan saja. Akupun lupa siapa yang pertama kali mengajarkan aku untuk mengocok penis. Tapi yang kuingat aku mengocok tanpa bantuan sabun atau pelicin apa pun. Teman-temanku semua begitu juga. Kami melakukannya hanya dengan menarik dan menekan kulit penis kami sehingga batangnya bisa maju-mundur.
Sebelum lebih jauh, aku ceritakan situasi di rumahku. Rumahku sangat besar, kalau untuk ukuran orang di kota. Ada rumah induk yang merupakan bangunan rumah panggung dengan 4 kamar yang besar-besar. Di situlah aku anak laki-laki satu-satunya dan sulung dengan 4 adik-adikku yang semuanya perempuan serta kedua orang tuaku tinggal. Rumah induk dihubungkan dengan bangunan koridor kurang lebih sepanjang 20 m dengan bangunan belakang. Di bangunan belakang itu terdapat dapur dan 6 kamar. Dua kamar diantaranya ditinggali oleh pembantu, selebih nya untuk gudang dan kamar mandi.
Kami selain memiliki 2 pembantu perempuan juga ada seorang semacam baby sitter yang mengurusi adik-adikku.
Dua orang pembantu perempuan, yang satu janda yang satu lagi tinggal sama suaminya yang juga bekerja mengurusi taman rumah kami.
Nah pengetahuan sex ku bermula akibat kegratilanku sendiri. Suatu hari aku menemukan seikat kunci. Aku lalu mencoba-coba membuka laci-laci yang terkunci dengan kunci-kunci yang ada. Diantara laci yang kubuka itu aku menemukan setumpuk foto hitam putih menggambarkan adegan laki perempuan bule melakukan adegan sex. Foto-fotonya tidak telalu banyak mungkin sekitar 20 lembar ukuran kartu pos. Tapi foto-foto itu sudah cukup sangat merangsang nafsu sex ku.
Dari situlah aku baru mengerti hubungan sex antara laki dan perempuan. Selanjutnya aku tidak puas hanya mengocok untuk memuaskan dorongan sex ku, tetapi ingin pula mengetahui bentuk tubuh cewek, merabanya dan mencoba memasukkan penis ke dalam memek.
Aku langsung memikirkan sasaran pertamaku adalah baby sitter yang kuingat namanya Zubaedah. Orangnya tidak tinggi, rambutnya panjang sampai menyentuh bokongnya. Wajahnya menurutku biasa saja.
Aku dan adik-adikku kalau tidur menggunakan kasur yang dijajar lebar dan semua kami tidur di situ termasuk si Zubaedah itu.
Selama ini Zubaedah selalu tidur disampingku. Dan selama ini aku tidak pernah berpikir apa-apa. Bahkan melihat dasternya tersingkap sampai terlihat celana dalamnya bagiku biasa saja. Tapi setelah melihat foto itu, perasaanku jadi berubah.
Terus terang, aku takut memulai atau berinisiatif. Jadi aku hanya memendam keinginan tanpa tahu menyalurkannya.
Satu kebiasaan dari aku dan adik-adikku adalah kalau sore kami selalu dimandikan oleh Zubaedah (selanjutnya kusebut Z). Jadi bagiku bertelanjang dimandikan Z adalah biasa. Tetapi sekarang sejak foto itu kulihat, Aku tidak bisa menyembunyikan rangsangan jika Z menyentuh tubuhku untuk menyabuni. Penisku langsung berdiri. Pada waktu itu aku memang sudah sunat.
“Eh si mas kok anunya berdiri, kenapa sih mas,” kata Z.
Dia memang memanggilku Mas, mengikuti panggilan oleh adik-adikku.
“Ah gak tau dia berdiri sendiri,” kataku.
“ Oh itu tandanya kalau Mas sudah mulai besar,” kata Z.
Sejak itu Z kalau memandikan aku, dia menyabuni bagian penisku agak lama dan melakukan gerakan mengocok. Karena rasanya nikmat dikocok Z aku minta dia meneruskan sampai aku mencapai orgasme. Z seingatku menuruti saja kemauanku.
Suatu kali aku agak terlambat dimandikan, sehingga Z hanya memandikan aku sendiri pada waktu itu. Udara waktu itu sedang panas, dan kulihat Z berkeringat.
Pada waktu itu aku nyeplos saja bilang ke Z agar mandi saja bersamaku. Tawaranku rupanya dia terima sehingga kami berdua di dalam kamar mandi polos telanjang bulat. Z tidak ragu-ragu membukai pakaiannya sampai terlihat teteknya dan memeknya yang ditumbuhi bulu lebat.
Kesempatan mandi bersama itu memberi peluang aku menjamahi badan Z dengan alasan menyabuni. Di teteknya aku meremas-remas gudukan teteknya dan pentilnya aku tekan-tekan. Sementara di memeknya aku menyabuninya sampai berbusa. Tidak sengaja salah satu jariku masuk kelipatan memeknya. Mungkin Z waktu itu bangkit nafsunya sehingga aku dipeluk dan diciuminya. Penisku di remas-remasnya dan dia mengajariku untuk meremas teteknya dan memilin puting susunya. Mendapat kesempatan itu aku jadi sangat terangsang. Z lalu menyuruhku duduk di toilet duduk dengan badan agak disandarkan. Penisku dibersihkan dari sabun lalu dia mengangkangiku. Sambil memegangi penisku dia merendahkan badannya dan memasukkan penis kecilku ke lipatan memeknya. Penisku meski terasa agak sakit dan susah akhirnya ambles juga ke dalam lipatan memeknya. Aku merasa nikmat sekali karena sekujur penisku seperti dijepit dan rasanya hangat. Z lalu melepaskan seluruh berat badannya ke pangkuanku. Terasa berat sekali badannya. Tetapi karena penisku merasakan kenikmatan aku berusah bertahan. Z melakukan gerakan-gerakan yang mengakibatkan penisku sering lepas dari jepitan memeknya. Seingatku dia kemudian melakukan gerakan maju mundur sambil mengeluarkan suara seperti orang menangis. Aku waktu itu tidak tau apakah dia mencapai orgasme atau tidak. Tetapi aku mencapai orgasme.
Sejak itu aku hampir setiap sore melakukan dengan Z di kamar mandi. Aku sering kali merengek agar dia mau melayaniku. Perbuatan kami tentunya kami rahasiakan sehingga tidak siapapun menyangka kami berbuat begitu.
Selain kegiatan dikamar mandi, Z mengajariku menyetubuhi dirinya. Biasanya jika semua sudah terlelap tidur, Z membangunkanku dan dia membuka celana dalamnya lalu memelorotkan celanaku. Aku diminta menindihnya dan penisku dibimbingnya masuk ke lipatan memeknya kami berdua bermain dibalik balutan selimut. Aku tidak tahu apakah dia puas atau tidak, karena pengetahuanku pada waktu itu belum sampai situ. Yang penting jika aku sudah mencapai orgasme aku akan turun dari tubuhnya.
Aku tidak menceritakan ke teman-temanku mengenai pengalaman baruku itu. Aku berpikir kalau aku bercerita, nanti ceritanya akan menyebar kemana-mana dan akhirnya bisa sampai ke orang tuaku.
Suatu hari penisku terasa gatal sekali. Kulihat di kamar mandi kulit penisku merah. Aku tau ini akibat tengu atau kutu ayam. Ayam yang sedang mengerami telurnya banyak kutunya, jika kutu itu terbang ke tubuh kita dan menetap dikulit kita maka rasanya akan sangat gatal. Anehnya beberapa kali aku dihinggapi tengu selalu di bagian penisku.
Untuk menghilangkan tengu hanya bisa dilakukan dengan mencokel pakai peniti yang disetrilkan. Biasanya ibuku yang melakukan, tetapi sekarang ibuku sedang tidak dirumah, Z juga beberapa hari ini izin tidak masuk kerja. Satu-satunya yang bisa kumintai tolong adalah Mbok Yem. Aku lebih memilih dia dibanding pembantuku yang satu lagi, karena dia sudah nenek-nenek dan bawel.
Mbok Yem yang janda, badannya montok dan agak tinggi. Aku mendekati Mbok Yem untuk mencukil tengu di kulit penisku.
Dia lalu menggiring ke kamarnya dan menutup pintu. Lampu dihidupkan lalu aku diminta berbaring di dipannya dengan melepas seluruh celanaku. Entah mengapa begitu terbebas dari kekangan celana, pelan-pelan penisku menegang. Mbok Yem sedang sibuk membakar peniti untuk mensterilkan. “ Lho mas kok malah berdiri, gimana ini,” kata Mbok Yem.
Aku bilang saja bahwa memang maunya dia sendiri berdiri. “Gede juga ya mas, gak nyangka saya kalau mas punya segede ini,” katanya sambil meraih penisku.
Aku memejamkan mata ketika penisku dipegangnya dan dia mulai mencutiki tengu di lipatan kulit penisku. Aku berkali-kali mengaduh, karena tusukan jarum terasa perih. “ Sabar ya kayaknya ada 2 tengunya,” kata Mbok Yem.
Penisku makin keras menegang. Terasa lama sekali Mbok Yem mengeluarkan tengu itu sampai akhirnya dia berhasil mengeluarkan 2 tengu. Bekas tusukan peniti terasa perih dan ini aku keluhkan. Mbok Yem tanpa aku duga melumuri bagian yang luka itu dengan ludah melalui jilatan lidahnya. Jadi dia menjilatkan lidahnya ke bagian penisku. Aku merasa nikmat sehingga tanpa sadar memegang kepala mbok Yem dan menariknya. Akibatnya ujung penisku masuk kemulutnya.
Entah Mbok Yem waktu itu sudah ngerti soal oral, atau tidak, tetapi dia tidak merasa jijik. Malah ketika aku minta dia melomoti penisku agar tidak perih, dia menuruti. Penisku dilomotinya, tapi seingatku tidak dengan melakukan gerakan maju mundur, tetapi seperti mengulum es lilin dan lidahnya bergerak ke bagian bekas tengu tadi bersarang.
Sampai sekarang aku masih ingat betapa nikmatnya dilomot oleh mbok Yem dan itu adalah pengalaman pertamaku di oral cewek. Aku dalam keadaan dilomot lalu melakukan gerakan seperti orang bersetubuh. Mbok Yem diam saja dan terus melomot penisku. Mungkin melomot penisku itu membuat ludahnya membanjir sehingga dia seperti menyeruput penisku untuk menghisap lagi ludah yang meleleh.
Tiba tiba Mbok Yem melepas kulumannya, kata dia mulutnya pegel. Nafsuku yang sudah di ubun-ubun jadi penasaran. Aku meminta mbok Yem mengijinkan aku meremasi teteknya. Dia diam saja sehingga tanganku langsung beroperasi meremas teteknya dari luar bajunya. Aku tidak puas karena terhalang baju dan BH tanganku lalu menyelusup masuk ke dalam BH dan berhasil meremas daging empuk. Mbok Yem diam saja dia malah merebahkan dirinya. Kemeja kebayanya aku buka dan BHnya aku geser kebawah sehingga tersembullah dua bongkahan tetek yang cukup besar. Aku mengemut kedua pentilnya dengan ganas dan Mbok Yem diam saja kuperlakukan begitu. Berikutnya tanganku meraih bagian bawah dengan menyibakkan jaritnya sampai akhirnya menemukan gundukan memeknya. Aku remas-remas sebentar lalu kain jariknya aku angkat ke atas sampai ke pinggang dan celananya aku sibakkan. Kebetulan celana dalamnya dari kain yang longgar sehingga cukup ada celah. Aku langsung mengambil posisi untuk memasukkan penisku ke belahan memeknya. Karena sudah terlatih maka dengan mudah aku berhasil membenamkan penisku ke memeknya. Mbok Yem diam saja pasrah. Aku langsung menggenjotnya. Cukup lama juga sampai akhirnya aku mencapai orgasme.
Setelah itu aku bergegas memakai celana dan mengucapkan terima kasih lalu keluar kamar Mbok Yem.
Tidak ada yang curiga aku keluar dari kamar mbok Yem, karena aku memang biasa tidur siang dikamar mbok Yem.
Persetubuhan dengan Z dan Mbok Yem menjadi terbiasa bagiku. Mereka berdua juga menurut saja jika aku menginginkannya. Aku melakukan terus sampai kemudian aku memuncratkan sperma. Sama sekali waktu itu aku tidak tahu bahwa perbuatan ini bisa mengakibatkan kehamilan. Nyatanya baik Z maupun mbok Yem gak hamil. Mungkin saja kebetulan keduanya memang mandul.

0 Response to "Aku 10 Tahun Menggarap Wanita Dewasa"

Posting Komentar