Kisah Oral Anak 6 Tahun

Cerita berikut ini terasa terlalu berlebihan atau mengada-ngada, sehingga kelihatannya mustahil terjadi di Indonesia. Saya tidak memaksa pembaca percaya,
tetapi cerita ini adalah gambaran dari peristiwa yang sesungguhnya terjadi, bukan di luar negeri tetapi di Indonesia di wilayah ibukota negara berpenduduk 235 juta jiwa. Saya mendapatkan cerita ini dari pengakuan seorang saudara saya yang kini dikucilkan dari kekerabatan karena kisah aibnya terungkap, dan dia kini menjalani hidup baru di tempat baru di lingkungan yang tidak mengenal siapa dia. Suatu perumahan modern di kota baru wilayah Tangerang
Diantara keluarga, hanya saya yang masih mempunyai hubungan baik dengannya. Saudara saya itu saya perkenalkan namanya Albert, umur sekitar 42 tahun.
Ketika aibnya terungkap, saya langsung tertarik. Namun ketertarikan saya itu, saya sembunyikan. Ketertarikan saya karena kisahnya mirip-mirip dengan cerita di situs saya.
Dorongan sangat kuat untuk mewawancarai Albert, tetapi kalau saya lakukan tanpa pendekatan yang benar, bisa-bisa saya dimusuhi. Mana ada sih orang mau menceritakan aibnya sendiri secara gamblang. Anda begitu juga kan.
Suatu kesempatan ketika kami ngobrol janjian ketemu di satu warung kopi di mall aku pura-pura menanyakan, mengenai bagaimana caranya mencari uang melalui internet. Albert bercerita penuh semangat. Kami membahas itu hampir sejam. Padahal itu hanya trik saya saja untuk memfokuskan perhatian ke masalah internet.
Setelah selesai dia memperkenalkan cara-cara mencari uang di internet, saya menyela bahwa saya suka baca sex story di internet. Albert juga ternyata suka, tetapi menurut penilaiannya banyak cerita yang hanya mengumbar pada hubungan sex, jadi hanya ah…uh…. saja.
Tidak disangka dan tidak ada yang mengarahkan, Albert menyebut salah satu pengarang favoritnya adalah Jakongsu. Saya terkesiap, bangga juga sih rasanya, normalkan. Tanpa menunggu lama saya langsung mengungkap bahwa Jakongsu itu adalah saya. Saya memberi alamat situs blog saya.
Giliran Albert yang terkaget-kaget. “ Ah masa sih, itu oom ya” kata Albert. Walau beda umur kami tidak banyak, tetapi dalam hirarki keluarga dia harus memanggilku oom.
“Banyak sekali oom ceritanya, itu karangan sendiri, apa copy paste ?”
“ ya karangan sendiri lah, makanya ceritanya jarang di up date,” kata saya.
Albert lalu menelusuri blog saya melalui layar HP Blackberry nya. “ Ah nanti di kantor dan di rumah mau saya baca semua oom, kelihatannya banyak yang menarik nih,” katanya.
Aku membatin dalam hati, ya pastilah banyak yang menarik, orang di situ banyak cerita anak di bawah umur, sedang aibnya Albert itu juga berkaitan dengan anak di bawah umur.
Setiap hari kemudian Albert meneleponku dan memuji cerita-cerita yang dia baca.
“Oom kapan kita ketemu lagi ngobrol-ngobrol, kayaknya saya ingin cerita banyak nih,” kata Albert beberapa hari kemudian.
Kami lalu janjian di Food Court di Senayan City yang suasananya tidak terlalu bising, karena terletak di lantai paling atas.
Sebelum cerita lebih jauh kuperkenalkan bahwa Albert adalah manager di salah satu food market besar di Jakarta. Keluarganya berantakan saat usahanya jatuh. Istrinya meninggalkan dirinya dan akhirnya istrinya tertangkap polisi karena terlibat narkoba. Albert memiliki 3 anak yakni 2 perempuan dan seorang anak bungsu laki-laki. Anak sulungnya hampir 10 tahun dan anak keduanya sekitar umur 8 tahun. Si bungsu baru 6 tahun. Pembaca tidak perlu menghafal umur, nanti di cerita berikutnya akan saya sebut lagi umur mereka.
“Wah nggak nyangka oom, cerita lolitanya sangat menarik dan bermacam-macam. Itu pengalaman oom sendiri atau karangan aja sih, “ tanya Albert.
“ Ya sebagian besar kisah yang sungguh terjadi, kalau tidak agak susah menggambarkan suasananya,” kataku.
Albert tiba-tiba menyalamiku, padahal pada awal ketemu tadi sudah salaman.
“ Oom ternyata kita punya pemahaman yang sama tentang sex,” katanya.
Aku merasa pintu sudah mulai terbuka untuk aku mewancarainya mengungkap kisahnya yang pernah menggemparkan keluarga besar kami.
Sebelum aku lupa, istri Albert masih ada hubungannya dengan keluarga istriku. Dia pernah aku beberkan dalam satu cerita dengan judul “ Kecil-kecil suka Masturbasi”. Pemeran utamanya adalah istri si Albert ini. Tapi hal ini tidak aku ceritakan, ke Albert. Rahasia dong.
“Saya sempat heran, kenapa si oom masih baik sama saya, padahal semua keluarga sudah menjauhi dan membenci saya. Sekarang saya baru paham kenapa Oom tetap baik sama saya.” kata Albert.
“ Gimana katanya banyak yang mau diceritakan, masalah apa sih, “ tanyaku berpura-pura.
“Begini oom, saya kan memang punya kekeliruan. Saya ingin kisah saya yang keliru itu oom tulis. Jadi itung-itung sebagai dokumentasi saya. Mungkin kelak ada gunanya, atau ini juga sebagai pelampiasan saya saja, karena tidak bisa curhat ke mana-mana,” kata Albert.
Dia lalu membeberkan kisahnya dan selanjutnya saya susun dalam cerita yang mudah-mudahan enak dibaca.

Sejak usahaku bangkrut, istriku Chintya sering marah-marah. Semua hal-hal kecil di masa lalu kesalahanku diungkit-ungkit lagi. Chintya agak berubah sikapnya sejak anak kami yang pertama meninggal karena kanker darah. Sebelumnya Chintya adalah istri yang ideal, rajin mengurus rumah, mengurus anak, pandai masak dan pintar dagang.
Sejak anak kami yang pertama meninggal dia mudah tersinggung, dan banyak urusan rumah tangga yang terbengkalai. Selain itu hubungan suami istri jadi sangat jarang, karena Chintya ogah-ogahan.
Ketika aku benar-benar gak punya uang, istriku minggat meninggalkan anak-anaknya. Alasan dia mau kerja cari duit. Aku sempat khawatir, juga karena bisa saja dia jual diri. Tapi ternyata tidak, dia ikut temannya bekerja mengurusi semacam EO. Istriku jadi sering bepergian keluar kota.
Meski dia sudah berpenghasilan, tetapi tidak banyak yang masuk untuk urusan rumah tangga. Kalaupun dia di rumah dia lebih sibuk dengan HPnya dari pada mengurus anak dan rumah tangga. Sejak itu pun dia tidak bisa kusentuh lagi.
Kemudian kuketahui istriku mempunyai affair dengan laki-laki lain. Aku mempertanyakan itu, jawabannya malah istriku minta cerai. Kelihatannya rumah tanggaku sudah sulit dipertahankan, kami lalu benar-benar berpisah. Istriku meninggalkan pula anak-anaknya.
Aku kemudian menjual rumah yang aku beli dari hasil mengumpulkan pendapatanku selama puluhan tahun. Hasil penjualan rumah sebagian besar aku gunakan untuk melunasi utang-utang.
Itulah latar belakang cerita yang diceritakan oleh Albert kepadaku. Sebetulnya aku juga lebih banyak tahu dari yang dia ceritakan, misalnya istrinya ada main dengan siapa dan sampai sejauh mana. Cinthya kelihatannya memang punya bakat badung. Dia masih cukup cantik di umur 30 tahun, meski sudah 4 kali melahirkan. Aku sebut bakat badung, karena ibunya melahirkan dia di umur 14 tahun. Berarti dia melakukan hubungan pada usia 13 tahun. Sampai Cinthya lahir, ibunya tidak menikah. Ayah biologis Chintya adalah pengusaha keturunan China.
Kini Chintya ikut ibunya. Ibunya sempat nikah dan punya 2 anak perempuan. Tetapi sekarang sudah cerai. Suaminya juga keturunan China. Lucunya meski mereka cerai, tetapi tinggal di satu rumah yang dikontrak bekas suaminya. Suaminya menempati kamar terpisah. Anak nya 2 perempuan juga tinggal di situ. Mantan suami sering pula membawa pacarnya pulang dan menginap di kamarnya. Anaknya yang perempuan juga sering mengajak nginap pacarnya. Sementara ibu Cinthya, Debby punya pacar pula anak muda. Wah pokoknya kacau dan carut marut.
Padahal dulu sebelum orang tua Chintya pisah, mereka aktifis gereja. Aneh juga sekarang kehidupannya bisa berbalik seperti siang dengan malam.

Kembali ke cerita Albert.
Sejak aku berpisah dengan istriku, aku sering melakukan onani. Kalau anak-anak tidur aku menonton film porno dari DVD. Mungkin karena keseringan menonton DVD, aku jadi teledor. Karena anakku memergoki aku sedang menikmati film porno. Aku suruh mereka masuk kamar, malah membandel dan tidak bisa dipaksa. Ketika kumatikan tv anakku menangis sejadi-jadinya sehingga dua adiknya terbangun. Anakku yang sulung bernama Lisa kini umurnya 9 tahun lebih. Dia cantik.
Tidak ada pilihan bagiku untuk meredakan tangisnya kecuali menghidupkan kembali film porno. Sekarang bukan hanya Lisa yang menonton, tetapi adiknya Maya dan yang bungsu Riko ikut menonton.
“ Ah Lisa mah sering nonton bokep ginian,di HP temen,” kata Lisa.
“Adek juga, temen-teman punya banyak deh film-film bokep di HP nya,” kata Maya.
Aku sama sekali tidak menyangka bahwa mereka sudah demikian akrab dengan film-film porno. Kemajuan teknologi, dampaknya aku rasakan sekarang.
Si Riko tiba-tiba merengek menarik-narik baju kakaknya Maya. Riko menurunkan celananya dan terlihatlah penis kecilnya yang sudah menegang. Aku masih terbingung-bingung sampai adegan Maya menghisap penis Riko.
Aku berpikir, apa yang harus aku lakukan . Mereka sudah sangat jauh menyimpang. Jika aku marahi dan menghukumnya dengan memukul, apakah efektif. Dan apakah mereka jera tidak melakukan lagi. Padahal mereka bertiga sering tanpa pengawasan di rumah ketika aku bekerja. Kalau aku larang sekarang, apakah ketika mereka di rumah ketika tidak ada aku, laranganku tetap mereka taati.
Akhirnya aku hanya menasehati mereka saja dengan mengatakan bahwa perbuatan mereka itu tidak pantas untuk dilakukan oleh anak kecil. Mendengar nasehatku mereka memang menghentikan kegiatan dan kembali menonton film di layat TV. Setelah selesai mereka kugiring tidur. Ketiganya menempati satu kamar, sedang aku di kamar sendiri. Pertimbangannya aku bersendirian di kamar, karena bebas beronani.
Setelah setengah jam mereka masuk kamar, aku jadi penasaran apakah mereka sudah tidur atau belum. Pelan-pelan kubuka pintu kamar mereka. Aku kaget luar biasa, karena mereka bertiga melakukan adegan sex yang lebih seru lagi. Riko berusaha memasukkan penis kecilnya di memek Lisa. Lisa mengangkangkan kakinya lebar-lebar. Sementara itu Maya sedang asyik bermasturbasi sendiri di pojok tempat tidurku.
Mereka tidak tahu bahwa aku sedang mengintai. Aku terpukul dan kecewa berat. Tapi melihat adegan porno yang disajikan oleh anakku aku tidak munafik aku pun ngaceng juga. Pikiranku jadi kacau. Apalagi sudah seminggu ini aku tidak sempat beronani.
Aku lalu masuk ke kamarnya dan mengatakan, “ Kalian pada ngapain sih kok bukannya tidur, “ kataku tidak dengan nada marah.
“Kayak yang di film tadi pa,” kata Riko.
Riko yang baru berumur 6 tahun sudah punya keinginan meniru adegan porno di film. Riko kebetulan sudah sunat sejak kecil, karena waktu itu kulit penisnya menutupi saluran kencing.
Aku jadi binggung dalam keadaan terangsang harus bertindak apa. Apakah kalau aku larang ada jaminan mereka tidak melakukan lagi. Entah bagaimana tiba-tiba saja ide muncul di kepalaku. Aku harus mengajari mereka cara yang benar melakukan hubungan sex.
Aku akhirnya terlibat dengan ketiga anakku dalam beradegan sex. Lisa kuminta membuka semua bajunya. Tetek Lisa sudah mulai mengembang meskipun masih kecil. Pentilnya terlihat mancung. Lisa kusuruh tidur telentang. Riko ku ajari menjilati puting susu Lisa. Mulanya Lisa merasa geli, tetapi ketika kuminta untuk menahan sedikit akhirnya Lisa mengaku rasanya enak. Setelah puas menjilati kedua putingnya, aku mengajari Riko menjilati memek Lisa.
Aku membuka kedua belah paha Lisa. Memeknya yang masih gundul dengan rekahan warna merah muda terlihat agak berlendir. Tonjolan lipatan bibir dalamnya terlihat jelas, namun clitorisnya masih tertutup kulit. Riko kutunjukkan bagian yang harus dia jilati. Mulanya Riko menolak, karena kata dia memek Lisa bau. Aku minta Lisa membersihkan memeknya dulu dengan sabun biar wangi.
Sekembali Lisa dari kamar mandi dia sudah mengangkangkan kaki lagi. Riko merangkak diantara kedua kaki Lisa dan mulai menjilati ujung lipatan labia minora Lisa. Mungkin masih terasa geli sehingga Lisa bergerak-gerak. Posisi Riko seperti anjing menjilati minuman, sehingga tidak lama kemudian dia mengeluh lidahnya capek. Aku arahkan agar dia membekapkan mulutnya ke memek Lisa. Riko mencoba, tetapi tidak lama kemudian dia tarik mulutnya menjauh dari memek. “ Gak bisa nafas pa,”
Gregetan juga rasanya, sehingga karena ada dorongan nafsu dan ingin menunjukkan cara yang benar, aku memberi contoh. Memek Lisa yang kecil, baunya harum bekas sabun mandi. Aku membekapkan mulutku ke memek anakku yang belum genap 10 tahun. Lidahku langsung menari-nari mencari ujung clitoris Lisa. Lisa langsung berjingkat-jingkat karena clitorisnya aku sentuh. “ Geli pa, tapi enak juga sih,” kata Lisa sambil mendesis-desis. Aku terus menjilati memek Lisa sampai akhirnya dia berteriak, “ Aduuuuh paaaa enak banget paaaaa,” katanya sambil mengejang.
Lisa terkulai lemas. Sementara itu Maya dari tadi menonton adegan aku mengoral Lisa.
“ Aku mau juga dong,” katanya.
Dia sudah bertelanjang, lalu aku suruh membersihkan memeknya dengan sabun agar wangi.
Maya sudah kembali dari kamar mandi lalu tidur mengangkang selebar-lebarnya. Badan Maya lebih kecil dari Lisa, dan teteknya belum berkembang. Hanya bagian puting saja yang sedikit agak menonjol.
Aku membekapkan mulutku dan mulai lidahku menari-nari di memek Maya. Mulanya Maya merasa geli, tetapi kupaksa dia menahannya dan akhirnya dia tidak melakukan gerakan. Awalnya dia tertawa karena geli, sekarang berubah mendesis-desis nikmat. Maya pun kemudian mencapai orgasmenya. Kepalaku dijepit oleh kakinya dan aku merasa memeknya berkedut-kedut keras sekali.
Sementara aku sedang mengoral Maya, Riko sedang mencoba-coba lagi memasukkan penisnya ke dalam memek Lisa. Aku tidak tahu apakah penisnya sudah masuk dan mengoyak selaput dara Lisa apa tidak, tetapi Riko sudah bergerak-gerak seperti orang melakukan persetubuhan. Lisa nyengir-nyengir katanya memeknya agak perih ditusuk-tusuk Riko. Namun Riko mengaku penisnya terasa enak dimasukkan ke dalam memek Lisa. Anakku 6 tahun menyetubuhi kakaknya yang belum genap 10 tahun, sungguh suatu adegan yang luar biasa.
Tidak lama kemudian Riko meringis dan menghentikan gerakannya. Dia diam saja ketika kutanya, kenapa berhenti. Rupanya dia baru saja mencapai orgasmenya. Riko ternyata tidak bisa memasukkan semua penisnya, hanya bagian kepala penisnya saja yang masuk dan dia tekan-tekan. Mungkin jepitan memek Lisa di kepala penisnya sudah menimbulkan sensasi rasa yang nikmat, sehingga Riko akhirnya mencapai orgasme.
Setelah adegan itu mereka kemudian mau kusuruh tidur. Lisa dan Maya satu tempat tidur dan Riko tidur terpisah .
Aku kembali kekamar dengan kepala yang penuh nafsu. Akhirnya aku terpaksa melampiaskan dengan melakukan onani. Setelah spermaku keluar baru pikiran normalku muncul. Aku menyesal tadi sudah melakukan oral ke Lisa dan Maya. Orang tua macam apa aku ini, mengoral anaknya sendiri dan mengajari anaknya melakukan hubungan incest.
Keesokan harinya di kantor aku terbayang-bayang oleh adegan semalam dengan anak-anakku. Kosentrasiku buyar sehingga tidak nyaman rasanya bekerja. Untunglah hari itu adalah hari jumat.
Malam harinya anak-anakku minta tidur sekamar denganku. Tempat tidurku memang luas, sehingga mereka semua bisa tertampung. Namun celakanya mereka mengulangi adegan yang dilakukan kemarin malam. Yang lebih parah, Maya ingin pula mencoba menghisap penisku. Dia merengek-rengek seperti anak minta permen. Pendirianku goyah antara ingin dan dan menolak. Namun rengekan Lisa yang katanya juga ingin mencoba mengulum kontolku membuat aku makin goyah sehingga memenuhi permintaan mereka. Aku membuka semua celanaku, sementara kaus oblong masih terpasang.
“Ih kontol papa gede banget,” kata Lisa sambil menggenggam batang penisku.
Aku merasakan nikmat luar biasa gengaman tangan kecil yang halus dari anakku sendiri. Mulanya Lisa menjilati ujung penisku. Rasanya luar biasa nikmat. Dia lalu mencoba memasukkan kepala penisku ke mulutnya tetapi kelihatannya tidak muat sehingga dia hanya melomoti kepala penisku. Batang penisku dijilati. Maya ikut nimbrung pula menjilati penisku. Aku menyaksikan pemandangan kedua gadis kecil telanjang yang mereka adalah anak kandungku sedang menikmati kontol yang tidak lain milik ayahnya.
Aku tidak mampu bertahan lama karena spermaku segera akan melesat. Kujauhkan kedua kepala mereka dan kubekap penisku yang memuntahkan sperma. Mereka berdua entah belajar dari siapa, tiba-tiba menarik tanganku dan menjilati spermaku dari ujung kontolku. Kayaknya mereka menghirup spermaku. “Asin ya,” kata Maya.
“ Iya baunya kaya pemutih pakaian,” kata Lisa menyambung.
Kenikmatanku memuncak sehingga aku tidak mampu mencegah mereka melakukannya.
Belakangan aku tahu mengapa mereka berkehendak menjilati sperma, karena kata teman-temannya rasa sperma laki-laki itu gurih. Aku hanya bisa geleng kepala mengetahui anak perempuan usia 8 – 10 tahun sudah membicarakan rasanya sperma laki-laki dewasa.
Kalau tidak anakku yang menceritakan, sedikitpun aku tidak menyangka bahwa topik sex yang demikan jauh sudah dibicarakan oleh anak-anak setingkat SD. Tadinya aku berpikir hanya anak-anak orang bule di Amerika atau di Eropa sana yang melakukan adegan sex. Ternyata aku sudah merasakannya sendiri.
Kegiatan ku menjadi rutin di oral oleh kedua anakku. Riko tidak hanya menyetubuhi Lisa tetapi dia juga mensebadani Maya. Penis kecil Riko tidak mampu menembus selaput dara kedua kakaknya.
Sampai suatu hari aku mengajari Riko melakukan hubungan yang benar dengan membimbing penisnya memasuki lubang vagina Lisa. Setelah penisnya tepat di depan dan kepalanya sudah terjepit di dalam lubang vagina Lisa, Aku dorong pantat Riko dengan sentakan yang tiba-tiba. Lisa menjerit sakit, tetapi penis Riko jadi terbenam seluruhnya. Aku lihat ada sedikit darah mengalir di belahan memek Lisa. Lisa menangis dengan meleleh air mata, sementara Riko dengan semangat terus menggenjot kakaknya sampai dia sendiri orgasme. Riko belum bisa mengeluarkan sperma.
Di lain waktu aku melakukan hal yang sama terhadap Maya. Dia juga menangis karena memeknya perih. Selanjutnya mereka terlihat melakukan hubungan badan dengan seluruh penis Riko masuk terbenam. Riko pun meski baru 6 tahun sudah lancar melakukan gerakan persetubuhan. Kakaknya malah melingkarkan kedua kakinya ke pinggang Riko. Anakku berdua bahkan sudah pandai melakukan berbagai posisi sex, belajar dari film. Memek Lisa dan Maya katanya sudah tidak perih lagi, tetapi mereka mengaku tidak bisa seenak kalau aku jilat.
Sampai sejauh ini aku masih bisa menahan diri untuk tidak menyetubuhi anakku sendiri. Padahal sebenarnya ada juga sih keinginan. Buktinya aku membeli K jelly untuk persiapan.
Saat itu akhirnya tiba, ketika Lisa ingin mencoba memasukkan penisku ke memeknya. Aku sudah peringatkan bahwa ukuran memeknya masih terlalu kecil, sehingga tidak mungkin cukup menerima penisku yang besar. Namun Lisa berkeras ingin mencoba, sehingga akhirnya aku pasrah.
Aku tidur telentang dan melumuri seluruh penisku dengan jelli. Lisa jongkok diatas sambil memegangi penisku mengarahkan memasuki lubang vaginanya. Pelan-pelan dia rendahkan badannya. Aku merasa kepala penisku menyeruak masuk ke dalam lubang sempit. Lisa terus merendahkan badannya pelan-pelan sambil mimiknya menahan sakit. Luar biasa penis dewasaku yang ukurannya 14 cm bisa masuk seluruhnya terbenam di memek Lisa. Sekujur penisku seperti terjepit rasanya. Setelah kandas, Lisa perlahan-lahan mengangkat lagi badannya dan menurunkan . Begitulah gerakan dia lakukan berulang-ulang dengan ritme yang pelan. Aku merasa nikmat luar biasa, sehingga tidak bisa bertahan lama lepaslah lahar putih memenuhi memek Lisa sampai luber keluar. Lisa merasakan bagian dalam memeknya seperti tersemprot cairan hangat.
Penisku akhirnya lepas dari memek Lisa karena sudah mengecil.
Maya yang menonton adegan itu sambil dientot Riko penasaran menanyakan rasanya ke Lisa.
“ Rasanya memek kakak penuh banget dik, enak banget deh,” kata Lisa.
Aku sudah terkapar dengan penis yang terkulai.
Entah kenapa rasanya ngantuk sekali sehingga aku jatuh tertidur.
Tidak lama kemudian aku terbangun karena terasa penisku geli. Aku melirik ternyata Maya sedang mengulum penisku. Aku diam kan saja dan terus berpura-pura tidur. Maya mengambil cairan jelly dan melumuri seluruh batang penisku. Si Maya kelihatannya juga melumuri memeknya dengan jelli. Dibantu Lisa, Maya duduk berjongkok diatas penisku yang sudah berdiri tegak lagi. Lisa memegangi penisku dan mengarahkan ke lubang memek Maya. Maya menurunkan pelan-pelan badannya. Penisku terasa mulai memasuki lubang vagina anakku yang baru berumur 8 tahun. Sekitar separuh penisku masuk ke memeknya, Maya menahan tidak merendahkan lagi badannya. Aku merasa ujung penisku seperti mentok. Kata Maya ke kakaknya memeknya perih. Memek seumur Maya memang belum berkembang untuk dapat dicoblos penis sepanjang 14 cm, sehingga mungkin ujung penisku sampai menyentuh mulut rahim kecilnya. Maya kemudian melakukan gerakan naik turun secara hati-hati dan hanya separuh penisku yang bisa ditelan memeknya.
Jepitan memek Maya lebih kuat lagi, sehingga penisku juga terasa agak ngilu. Sementara itu Lisa tiba-tiba menduduki mulutku dan mengarahkan memeknya tepat di mulutku. Dia seperti menyetubuhi mulutku. Kupegang pinggangnya agar dia tidak bergerak-gerak lalu lidahku menggapai clitorisnya. Di bawah sana gerakan Maya makin cepat sehingga aku pun tidak mampu menahan orgasmeku. Kulepas saja spermaku sehingga meleleh keluar dari memek Maya. Sementara itu Lisa juga sudah mencapai kepuasannya.
Sejak itu aku hampir setiap malam melakukan persetubuhan dengan anak-anakku. Dan anakku Riko yang baru berumur 6 tahun juga menyetubuhi kakak-kakaknya. Mereka melakukan di mana saja, di ruang TV, di ruang makan bahkan di halaman belakang yang memang tertutup.
Aku berpesan kepada mereka agar jangan sampai membuka rahasia keluarga ini ke luar termasuk jangan sampai ibu mereka tau.
Sebaik-baiknya menyimpan rahasia, akhirnya terbongkar juga, ketika anak-anakku diajak menginap di rumah neneknya. Di sana mereka tidak bisa menahan nafsu, malam-malam mereka melakukannya. Ketika mertuaku membuka kamar tidur mereka, dia sampai menjerit. Maka diinterogasilah semua anak-anakku sampai akhirnya aib ku terbuka.
Kini aku dikucilkan dari keluarga besarku. Dan anak-anakku berkumpul denganku. Aku mempunyai gaya hidup sendiri yang berbeda dengan norma hidup orang lain.
Aku berencana untuk mensterilkan diriku sehingga jika nanti Lisa dan Maya sudah mendapat haid dia tidak sampai hamil dari benihku.
Memek kedua anakku adalah memek yang paling enak kurasakan selama ini. Aku sudah memutuskan tidak akan menikah lagi, cukup mengurus anak-anakku saja, Toh kebutuhan sex sudah bisa mereka sediakan.
“ Oom mau nyoba Lisa dan Maya,” tanya Albert…… ***

0 Response to "Kisah Oral Anak 6 Tahun"

Posting Komentar