Mengasuh Dewi

Setelah anak satu-satunya menikah dengan orang Jerman dan diboyong ke kampungnya, rumahku terasa terlalu besar. Istriku telah mendahuluiku pindah ke alam lain.
Hidup sendiri di Jakarta dengan rumah dengan 3 kamar rasanya sepi amat. Anakku juga tidak memerlukan tempat persinggahan ketika di ke Indonesia. Seperti yang lalu-lalu mereka selalu menginap di hotel.
Rumah besar yang agak dipinggir kota akhirnya aku jual dan hasilnya lumayan juga. Aku dalam usia 45 an memilih membeli sebuah apartemen terletak agak ke tengah kota mendekati tempat kerjaku dan berbisnis. Apartemen yang lumayan bagus lokasinya karena menyatu dengan pusat perbelanjaan, dan yang penting aku bisa leluasa mondar- mandir ke tempat kerja menggunakan busway.
Aku memilih unit tipe studio ukuran sekitar 45 m. Aku pikir dengan luas segitu sudah cukuplah, aku mudah mengurusnya sendiri. Satu dua bulan terasa nikmat juga tinggal di apartemen, tetapi lama-lama rasanya seperti terkurung. Kalau sudah jenuh aku biasanya nongkrong di area jogging atau waterpark yang ada di lingkungan apartemen. Soal jalan berkeliling mall, aku sudah bosan. Sebabnya memang tidak ada yang dicari.
Untuk mencari istri lagi, saat ini aku belum merasa perlu. Pikirku istri hanya menambah masalah. Satu hal memang aku terlayani, tetapi hal lain aku pasti banyak dipusingkan. Mending begini aja. Kalau lagi kebelet ya tinggal kontak TTM. Koleksiku ada beberapa, dan terus berganti sesuai dengan mood dan situasi. Namun satu hal, tidak satu pun dari mereka pernah aku bawa ke unit apartemenku. Aku khawatir, kelak mereka mengganggu privasiku dengan bertandang diluar waktu yang aku inginkan. Belum lagi dengan berbagai permintaan. Jadi tak satu pun dari TTM ku yang tahu alamatku.
Kadang-kadang terasa nikmat juga menjadi bujangan diusia pertengahan gini. Namun kadang-kadang yang lainnya terasa sepi. Kalau sudah dihinggapi kesepian aku sering traveling ketempat-tempat yang muncul di pikiranku.
Traveling ke tempat-tempat wisata, juga tidak menghilangkan rasa kesendirian. Masalahnya hanya memindahkan kesendirian dari Jakarta ke kota lain. Sebabnya aku tinggal di hotel, sehingga kontak dengan orang-orang lokal agak terbatas.
Aku mengubah travelingku dengan mengunjungi saudara-saudara. Cerita ini bermula ketika aku mengunjungi saudara almarhumah istriku di satu desa di Jateng. Kehidupan di desa itu sangat sederhana dan masyarakat yang miskin banyak dimana-mana. Untuk menyekolahkan anaknya, meskipun gratis mereka banyak yang tidak mampu. Memang sekolahnya gratis, tetapi dan lain-lainnya cukup menguras biaya, seperti transport, baju seragam, buku dsb.
Seorang keluarga jauh dari istriku yang kehidupannya begitu miskin, suatu kali menemuiku di desa. Dia berkeluh kesah mengenai berat beban hidupnya. Kami ngobrol panjang lebar dengan Pak Parman, demikian nama orang yang kumaksud. Usianya baru 35 tahun. Dia bekerja serabutan, kadang-kadang kuli bangunan juga memburuh tani, atau apa saja yang bisa dikerjakan dan menghasilkan uang.
Aku berpikir keras untuk menolong Pak Parman. Ideku pertama adalah membantu dia agar bisa menyetir mobil dan mempunyai SIM. Mungkin dengan kecakapan itu, dia bisa nyari tambahan sebagai supir angkutan desa. Sedang istrinya kusarankan membuat makanan snack seperti rempeyek, atau rengginang. Hasilnya di jual ke kota yang jaraknya sekitar 45 menit dari desa. Aku beri beberapa tips agar snack itu mudah laku, dan bagaimana cara memasarkannya. Yah ada sentuhan ilmu marketing modern dikitlah. 3 macam yang aku minta dia buat, yaitu rempeyek kacang dan teri, rengginang dan keripik tempe. Ketika kusuruh dia membuatnya , ternyata rasanya cukup bisa menjual. Aku hanya minta dia memperbaiki bentuknya saja aga r lebih mudah dikemas dan praktis.
Seminggu aku di desa akhirnya bisa membantu usaha Bu Parman bikin makanan . Ternyata rempeyek lebih cepat laku disbanding yang lain. Usahanya mulai berjalan dan sedikit-sedikit dia mulai memperoleh hasil. Aku memodalinya tidak telalu banyak, dan itu adalah modal kail.
Si Parman yang sudah punya SIM mulai dapat sabetan sebagai supir tembak angkutan. Sehari dia bisa bawa uang Rp 25 ribu bersih.
Ketika proyekku di desa itu sudah mulai jalan aku pamit mau kembali ke Jakarta. Parman dan istrinya datang ke aku, bukan hanya mau mengucapkan thankyou, tetapi dia minta aku membawa anaknya yang baru berumur 6 tahun untuk aku sekolahkan di Jakarta. Mereka berharap sangat agar aku mau menerimanya. Aku sempat bingung, apakah aku mampu mengurus anak sekecil ini. Apalagi selama ini aku sudah terbiasa sendiri. Namun untuk menolaknya juga tidak sampai hati, karena mereka meminta dengan sangat amat agar aku mau menerima anaknya untuk kusekolahkan di Jakarta.
Karena tidak enak hati akhirnya permintaan mereka aku penuhi dengan janji kalau 3 bulan aku tidak mampu mengurus dan anaknya tidak betah, mereka harus menjemput anak ini.
Jadilah Dewi, demikian nama anak itu ikut denganku. Dia memanggilku Pakde. Anaknya penurut, cenderung pendiam, atau mungkin karena baru kenal dan kulitnya tidak terlalu hitam serta rambutnya lurus.
Sejak aku tinggal dengan Dewi, ada kegairahan baru. Aku jadi suka membawanya jalan-jalan ke tempat rekerasi anak-anak di sekeliling Jakarta sampai ke Taman Safari. Tidak terasa 3 bulan sudah terlewati. Rasanya aku tidak terlalu repot dan Dewi rupanya menyukai tinggal di Jakarta yang penuh dengan hiburan. Apalagi dia bisa menikmati jajanan berbagai rupa yang tidak pernah dijumpai di kampungnya.
Dewi ternyata periang dan banyak omong. Aku menyekolahkannya ke sekolah yang sangat dekat dengan tempat tinggalku. Jalan kaki cuma 15 menit. Sekolah itu adalah sekolah bergengsi, karena terletak di tengah kota. Pada awalnya dia memang rikuh bergaul dengan anak-anak kalangan atas, apalagi cara ngomongnya yang maih medok.
Dewi meski umurnya baru 6 tahun, tapi cukup banyak membantuku, mulai dari bersih-bersih, menyeduh teh atau kopi bahkan dia sudah bisa membuat mi instan. Anak desa memang kelihatannya lebih cakap bekerja dari anak kota. Anak-anak seusianya di Jakarta, banyak yang hanya bisa merengek, sedang Dewi cukup banyak bisa mengerjakan pekerjaan rumah.
Setelah setahun Dewi tinggal bersamaku, dia sudah berubah menjadi anak Jakarta, yang tidak terlihat lagi asal-usulnya. Gayanya juga sudah ngetrend banget, bicaranya juga tidak medok lagi. Masalah yang kuhadapi adalah sejak Dewi tinggal bersamaku, aku tidak bebas menonton BF atau membuka-buka bokep di internet.
Aku lupa menceritakan bahwa di unit apartemenku, kamar mandinya hanya berdinding kaca. Jadi siapa yang mandi di dalam akan terlihat pula dari luar. Apalagi apartemenku tipe studio, jadi tidak banyak halang rintang yang membatasi pandangan ke kamar mandi yang terletak di sebelah tempat tidurku.
Awalnya aku agak rikuh juga, tapi aku berusaha membiasakan diri telanjang saja di dalam kamar mandi. Toh Dewi juga baru 6 tahun. Dia pun begitu. Pada awalnyanya mandi pakai basahan, tapi lama-lama terbiasa mandi telanjang. Jadi aku sudah biasa melihat Dewi mandi telanjang, dan dia pun mungkin sudah tidak aneh melihatku mandi telanjang.
Dewi dan aku tidur di bed yang sama, karena aku hanya mempunyai satu bed besar. Jadi siapa yang mandi duluan akan terlihat jelas dari tempat tidur.
Karena ketelanjangan di kamar mandi sudah menjadi hal yang biasa setelah setahun aku dan Dewi bahkan sering mandi bareng. Meski dia cewek, karena dia masih kecil sama sekali tidak merangsangku sehingga jika aku mandi bersama dia aku tidak sampai ngaceng.
Paling paling kalau dia menyabuniku dan melumuri batangku dengan sabun, aku agak sedikit ngaceng. Tapi tidak berlanjut. Dia pernah bertanya mengapa batangku bisa membengkak kalau disabuni. Aku bilang kalau dipegang-pegang memang normal bisa menjadi makin besar. Aku jelas kan seperti apa adanya dan apa gunanya kemaluan laki-laki dan kenapa bisa menengang dan fungsinya sehingga harus menengang.
Sejauh ini pelajaran sex aku sampaikan secara terbuka dan mungkin informasi yang dia terima melebihi yang dibutuhkan. Kalau dia bertanya, aku menjawab secara jelas dan lengkap sampai dia berhenti bertanya.
Dari menerima ketelanjangan dan memahami fungsi organ sex, aku pikir aku tidak perlu lagi bersembunyi jika aku sedang berkeinginan nonton film bokep. Aku katakan ke Dewi bahwa aku akan memutar film orang dewasa, kalau dia tidak suka dia boleh tidur atau main komputer, tapi kalau suka boleh nonton bersamaku.
Pertama-tama dia malu ikut duduk menonton bersamaku. Tapi itu tidak berlangsung lama. Akhirnya kami berdua menikmati tayangan bokep dari DVD. TVku yang dilengkapi dengan perangkat home theater menjadikan suara desahan dan erangan makin membahana di ruang kecil apartemenku.
Aku sulit menduga apa yang dipikirkan oleh Dewi ketika melihat tayangan orang melakukan hubungan badan. Aku hanya bisa mengetahui ketika dia bertanya apa yang dilakukan oleh orang-orang itu difilm. Dia akhirnya paham soal orgy, anal, oral, interacial bahkan soal-soal child sex yang aku unduh dari internet.
Sejauh ini dia belum pernah berinisiatif memutar sendiri film bokep. Jika dia memutar DVD, selalu yang dipilihnya film-film kartun yang sedang in di bioskop. Pengetahuan Dewi soal sex sudah mendahului usianya, meski baru sebatas melihat tayangan.
Namun aku kadang-kadang pusing juga kalau sudah menonton film bokep yang ceritanya sangat merangsang. Kepalaku jadi puyeng dan penisku menegang terus menerus. Kalau sudah begitu aku terpaksa masuk kamar mandi lalu sambil dudukdi kloset melakukan onani sendiri.
Mulanya kegiatanku onani tidak menarik perhatian Dewi, karena mungkin dikira aku sedang buang air besar. Tetapi akibat dinding kamar mandi yang transpran, dia jadi bisa melihat kegiatanku onani di dalam. Dewi menanyakan apa yang aku lakukan dengan menggesek-gesekkan penisku dengan tangan. Aku jelaskan dengan gamblang bahwa aku terangsang dan harus dilampiaskan dengan mengeluarkan mani.
Dewi jadi kerap menontonku di kamar mandi jika aku sedang bernani. Dia tidak segan-segan masuk ke kamar mandi hanya untuk melihat aku melakukan onani. Dia keheranan mengenai jawabanku bahwa aku melampiaskan hasrat sex ku dan rasanya kalau beronani nikmat. Dia bertanya, senikmat apa rasanya beronani. Untuk ini aku sulit menjelaskan, karena memang tidak ada padanannya.
Satu kali ketika dia bertanya soal kenikmatan itu aku beri contoh dengan cara mempraktekkan kepada dirinya. Dewi ku minta membuka celananya dan sambil tiduran di tempat tidur aku gesek-gesek clitorisnya. Pertama-tama dia mengeluh kegelian, tetapi kegelian itu jika diteruskan rupanya menimbulkan rasa nikmat juga pada kemaluannya. Dewi menggelinjang-gelinjang ketika aku menggesek clitorisnya. Kadang-kadang sampai dia mengejang-ngejang.
Setelah dia paham, aku minta dia melakukan sendiri dengan tangannya sampai akhirnya dia mahir bermasturbasi.
Dewi kemudian setelah menjelang umur 8 tahun jadi sering kulihat melakukan masturbasi. Kadang-kadang tanpa sebab di tempat tidur dia melakukan masturbasi sendiri. Namun dilain waktu ketika kami sedang menonton bokep dia melakukan pula masturbasi.
Naluri sexnya sudah mulai tumbuh menuntun dia bertindak sendiri jika menginginkannya. Entah bagaimana awalnya dia mempunyai keinginan mengocok penisku ketika kami sedang mandi bareng. Aku tentu saja merasa lebih nikmat dikocok tangan mungil, sehingga bisa lebih cepat mencapai ejakulasi.
Di lain waktu, kalau kami tidur Dewi memintaku untuk memasturbasi clitorisnya. Dia kelihatannya juga menikmati perlakuanku itu.
Sejauh ini tidak ada keinginanku untuk menikmati memeknya. Aku berpikir, memek anak 8 tahun belum mampu menerima penis orang dewasa. Jika aku paksakan, pastinya akan menimbulkan luka berat di dalam liang vaginanya. Selain itu tubuh dewi belum berkembang, dia masih seperti anak kecil, dengan kemaluan yang masih gundul dan payudaranya belum tumbuh sama sekali.
Mungkin karena pengaruh film bokep dan dorongan rasa ingin tahu, satu kali ketika kami tiduran malam-malam, Dewi ingin mencoba menghisap penisku seperti yang sering kami lihat di DVD. Mulanya aku kurang tertarik, karena sudah bisa diduga oral yang dilakukan anak 8 tahun tidak akan memberi kenikmatan. Namun dengan gaya merengek dan manja Dewi terus-terusan memintaku untuk dia mencoba melakukan. Dia katanya ingin tahu dimana sih enaknya mengoral penis pria.
Permintaannya akhirnya tidak bisa aku tolak. Ketika aku buka celanaku, penisku sama sekali belum menegang. Dewi meremas-remas, sampai penisku mulai berkembang. Setelah itu dia mulai mengulum penisku. Mulutnya yang kecil nyaris tidak muat melahap penisku. Pertama-tama dia tidak bisa memberi kenikmatan ketika melakukan oral, karena giginya ikut menggerus kepala penisku. Aku terpaksa memberi arahan agar dia mencegah giginya menyentuh penisku, karena terasa ngilu dan sakit.
Dewi berusaha melakukan sesuai dengan arahanku. Setelah dia melakukan dengan benar, rasa nikmat menjalari seluruh tubuhku. Sensasi dioral anak usia 8 tahun memberi rasa yang luar biasa. Dia mengatakan penisku tidak ada rasanya dan dia tidak pula merasa enak melakukan oral. Tetapi dia rupanya menikmati eranganku dan desisanku ketika di oral. Dia senang akan hal itu. Oleh karenanya dia seperti diberi semangat oleh reaksi erangan dan desisanku itu. Dewi bersemangat sekali mengoralku sampai akhirnya aku mencapai ejakulasi. Menjelang ejakulasi kutarik kepalanya agar menjauhi penisku dan aku membekap ujung penisku agar ledakan ejakulasiku tidak meleleh ke kasur. Dewi dengan telaten membersihkan lelehan air mani dengan tissu.
Aku tidak pernah memintanya dia melakukan oral. Kalaupun dia mengoralku, itu adalah akibat aku menuruti rengekannya. Akhirnya aku berpikir agak gila dengan memberi pengertian bahwa air maniku bagus untuk kesehatan wanita jika ditelan, sehingga Dewi boleh menelan maniku jika dia mengoral.
Rasa penasaran, rupanya mengalahkan rasa jijiknya, sehingga Dewi kemudian ingin mencoba mencicipi air maniku.
Mulanya dia tidak sanggup menelan semua air maniku, karena katanya rasanya agak aneh dan asin. Tapi mungkin dia melihat reaksiku yang mencapai kenikmatan luar biasa ketika maniku muncrat dan mulutnya tetap di ujung penisku, akhirnya dengan agak memaksa dia dapat menelan semua cairan maniku. Bahkan dimasa berikutnya dia berani menjilati lelehan air maniku yang tersisa. Dia melakukannya seperti yang ditayangkan di film-film.
Rasa penasaran Dewi tidak berhenti hanya disitu. Menjelang umur 9 tahun dia ingin pula aku melakukan oral di kemaluannya. Mungkin dia menangkap ekspresi kenikmatan para bintang cewe ketika dioral oleh pasangannya.
Seperti biasa aku tidak mampu menolak permintaannya, karena dia merengek terus. Belum genap 9 tahun Dewi sudah merasakan dioral oleh pria. Dia ternyata suka memeknya dioral. Kata dia lebih nikmat dari pada dikucuek-kucek dengan tangan. Aku tidak tahu apakah oral ku menghasilkan orgasme atau tidak. Sulit sekali memahami kapan dia mencapai orgasme. Dia hanya minta berhenti kalau sudah dioral cukup lama. Aku pun menuruti, karena pegal juga mengoral dia sampai hampir satu jam.
Kami jadi terbiasa saling mengoral. Aku sangat menikmati apalagi ketika dia menelan semua maniku. Rasanya aku mencapai kenikmatan serta rasa geli yang luar biasa ketika dia menjilati kepala penisku sesaat setelah ejakulasi.
Sejalan dengan bertambahnya usia mungkin gairah sex Dewi juga makin berkembang. Menjelang dia mencapai umur 10 tahun badannya mulai agak berkembang. Pantatnya mulai montok. Sedikit gumpalan lemak mulai mengisi payudaranya. Bentuknya jadi agak mancung sedikit dengan pentil yang masih kecil. Kemaluannya masih seperti kanak-kanak, gundul dan rapat. Namun tampaknya gundukan di memeknya agak menonjol.
Dewi makin sering minta dioral. Hampir setiap hari dia minta doral. Apalagi jika aku seharian dirumah karena libur. Dia bisa minta dioral sampai 3 kali. Kadang-kadang aku bosan juga, tetapi Dewi yang sangat manja itu merengek terus kalau tidak aku penuhi keinginannya. Nafsu sexnya menjadi bertambah setelah dia makin besar.
Sampai suatu saat dia mengatakan ingin merasakan memeknya dimasuki oleh penisku seperti yang dia lihat difilm-film. Aku agak ragu memenuhi permintan Dewi kali ini. Aku menjelaskan bahwa melakukan hubungan seperti yang terlihat di film itu, bagi anak-anak seusia Dewi bukan nikmat yang akan didapat, tetapi rasa sakit yang luar biasa. Mulanya Dewi bisa mengerti sehingga dia berhenti merengek, tetapi berikutnya dia penasaran ingin mencobanya.
Aku katakan bahwa penis dewasaku untuk ukuran memek Dewi tidak mungkin bisa masuk. Dewi tetap tidak percaya, karena memang di film anak-anak seusianya ada yang sudah bisa melakukan hubungan badan. Aku jelaskan bahwa di film itu hanya dipertontonkan yang bagus dan merangsang saja, sedangkan rasa sakit dan tersiksanya cewek tidak ditampilkan. Dewi tidak percaya dan terus merengek untuk mencobanya.
Aku tidak dapat lagi bertahan dan menolak keinginannya. Aku telanjang bulat tidur telentang dan Dewi kuminta melakukan sendiri dengan mengarahkan penisku ke memeknya. Dia juga bertelanjang dan jongkok diatas penisku. Tangannya menggenggam penisku dan diarahkan ke lubang memeknya. Memeknya yang sempit dan rapat memang tidak bisa dimasuki. Ketika Dewi memaksa dia merasakan sendiri betapa sakitnya lubang vaginanya disodok oleh kepala penisku.
Dia berusaha berkali-kali, tetapi tetap tidak bisa . Rasa sakit di memeknya lah yang menghalangi dia untuk memaksakan penisku masuk ke vaginanya.
Dewi akhirn percaya bahwa berhubungan badan itu menimbulkan rasa sakit. Dia berhenti mencoba melakukan penetrasi penisku ke memeknya.
Sampai sejauh itu dan sampai selama ini kami melakukan aktifitas sex akhirnya mengubah orientasiku. Semula aku kurang terangsang melakukan hubungan dengan anak dibawah umur, tetapi kini timbul rasa penasaran ingin merasakan betapa sempitnya memek anak di bawah umur, dan ingin mengalami sensasi berhubungan dengan anak kecil.
Aku membeli jeli pelicin untuk mempermudah penetrasi. Kepada Dewi aku jelaskan bahwa sulitnya penisku masuk ke memeknya karena tidak ada pelicin. Akibat terlalu seret, maka menimbulkan rasa sakit. Aku minta dia mencoba lagi dengan sebelumnya melumasi seluruh penisku dan permukaan vaginanya dengan jeli pelicin.
Dewi seperti mendapat semangat baru dia antusias ingin segera mencobanya. Aku kembali tidur telentang dalam keadaan bugil dan penis yang sudah mengeras. Dewi melumasi seluruh penisku dengan jeli dan seputar lubang vaginanya. Dia mulai beraksi jongkok diatas penisku yang berdiri tegak. Tangannya membantu mengarahkan penisku mencapai lubang vaginanya. Bantuan jeli membuat kepala penisku bisa mencapai posisi menguak belahan vaginanya. Dewi mengaku agak terasa sakit, tetapi tidak sesakit jika tidak memakai jeli. Dewi terus menekan badannya kebawah sehingga kepala penisku terbenam membelah memeknya. Kemauannya yang keras karena didorong oleh nafsu dan penasarannya, Dewi menahan rasa sakit dan terus menekan badannya agar penisku bisa masuk lebih jauh. Tiba-tiba di angkatnya badannya karena dia merasa sakit sekali ketika penisku menyentuh selaput daranya. Tapi dia masih penasaran maka dia menekan lagi, kembali dia merasakan sakit lalu diangkatnya pelan-pelan. Dewi melakukan beberapa kali mendorong dan menarik sampai penisku jadi makin lancar maju mundur di terowongan vaginanya. Entah sebab apa ketika dia sedang menekan badannya Dewi kehilangan kontrol kerena tiba-tiba bersin. Seluruh berat badannya tidak dia tahan sehingga penisku jadi melesak masuk lebih dalam. Selaput perawannya terterobos akibat dia kehilangan kontrol. Dewi meringis kesakitan dan air matanya meleleh menahan perihnya memeknya dipaksa dimasuki oleh penisku . Penisku tenggelam sempurna didalam memek Dewi. Dia ragu untuk menarik badannya karena gerakan itu menimbulkan rasa sakit.
Rangsangan sex dan rasa sakit bercampur dalam benak Dewi sehingga dia tetap mencoba menarik badannya . Belum jauh dia tarik kemudian dia membenamkan lagi. Begitu gerakan berulang-ulang sampai akhirnya penisku mendapat jalan lebih lancar di dalam terowongan vaginanya..
Aku bangkit memeluk Dewi dan dengan gerakan hati-hati aku balikkan posisi. Dewi berada di bawah. Pelan-pelan aku menggenjot memek Dewi yang masih dia rasakan sakit. Namun karena gerakannya sudah mulai lancar aku meneruskan gerakan maju mundur di liang yang sangat mencekam itu. Aku tidak mampu bertahan lama dan ejakulasiku pecah di dalam liang Dewi. Aku beristirahat sebentar dalam keadaan penisku terbenam. Sampai terasa penisku menciut, perlahan-lahan aku tarik penisku keluar. Berkat lumasan mani dan ukuran penisku yang mencgecil, Dewi tidak terlalu merasakan sakit ketika aku mencabut rudalku. Ada darah segar melumuri batang penisku, juga di lubang memek Dewi.
Setelah itu selama 3 hari Dewi tidak berani mencoba. Di hari keempat ketika dia kutawari untuk melakukan dia mulanya agak ragu. Tapi karena aku memulai dengan mengoralnya akhirnya dia mau melakukan hubungan sex lagi. Terobosan kedua, meski tetap masih menggunakan jeli, tetapi relatif lebih mudah. Dewi mengaku masih merasa sakit, meski tidak seperti sakti ketika waktu pertama.
Pada hubungan yang ke 5 setelah selang 2 minggu Dewi tidak lagi merasakan sakit. Dia malah mulai bisa menikmati rasa hubungan sex. Aku leluasa melepaskan maniku di dalam vagina Dewi karena dia masih belum mendapatkan haid.
Meski usia kami terpaut jauh, tetapi dalam hubungan sex kami tidak ada halangan. Jika bukan aku yang memulai, maka Dewilah yang memintanya melakukan hubungan. Tubuhnya makin berkembang menjelang dia beruisa 12 tahun . Payudaranya makin membesar, dan di kemaluannya mulai tumbuh sedikit bulu halus. Dewi juga mulai menggunakan mini set untuk menahan tonjolan payudaranya. Dia mulai mendapatkan haid, sehingga aku tidak leluasa lagi melepas spermaku di dalam vaginanya.
Ketika dia lulus SD di usia 12 tahun, orang tuanya meminta Dewi untuk kembali tinggal di Kampung, Tetapi dewi menolak, karena dia sudah kerasan dengan kenikmatan tinggal di Jakarta. Kalau pun dia pulang kampung dia tidak betah tinggal lebih dari 3 hari, lalu buru-buru kembali ke Jakarta.
Sampai lulus S-1 Dewi tinggal bersamaku dan kami saling mengasihi. Aku memberi pengertian kepada Dewi, bahwa dia tidak mungkin kujadikan istriku, karena perbedaan usia. Dewi bisa memahami, meskipun dia mengaku sangat menyayangiku. Di masa kuliah di beberapa kali berganti cowo. Penampilan Dewi yang manis dan tubuh bahenol, membuat banyak pria terarik. Jika Dewi melakukan hubungan dengan pacarnya, maka dia menceritakan semuanya. Pernah dia pacaran sekaligus dengan 2 cowo. Kedua-duanya dia melakukan hubungan sex. Dirumah dia tetap pula memintaku melayaninya . Jadi dalam satu waktu dia berhubungan badan dengan 3 laki-laki.
Setelah meraih gelar S-1 Dewi dilamar perwira Polisi yang usianya terpaut 5 tahun lebih tua cowonya. Mereka kemudian membina rumah tangga dan mendapatkan 2 anak laki dan perempuan. Setelah Dewi menikah kami tidak lagi melakukan hubungan sex. ***

0 Response to "Mengasuh Dewi"

Posting Komentar