Cerita Dewasa : Anakku Pemuas Nafsuku (1)

Ini adalah tahun ketiga aku menjalani
kehidupanku dengan status janda. Aku merasa
terpukul karena pernikahan yang sudah terjalin
selama 10 tahun harus kandas dengan
perceraian. Sebenarnya aku sudah
memperkirakan jauh – jauh hari akan perceraian
ini. Terutama semenjak dokter memvonisku
menderita gangguan rahim yang membuat aku
tidak bisa memberikan keturunan. Awalnya
mantan suamiku berjanji kalau ia tidak akan
meninggalkanku dan tetap mempertahankan
pernikahan kami. Demi mengobat rasa sakit
rumah tangga kami, akhirnya kami putuskan
untuk mengadopsi seorang bayi laki – laki dari
panti asuhan. Kami memilih bayi laki – laki agar
ia tumbuh menjadi seorang anak yang kuat dan
berguna untuk keluarga. Kami merawat bayi
yang kami beri nama Darma itu dengan penuh
kasih sayang. Meski ia bukan berasal dari darah
daging kami tapi aku bisa
merasakan kalau ia adalah anugerah terbaik
yang diberikan Tuhan. Rasa sakit hatiku kembali
muncul kala mantan suamiku malah melanggar
janjinya sendiri. Aku mendapatinya tengah
selingkuh dengan wanita lain dan ia beralasan
kalau ia ingin memiliki anak dari hasil hubungan
pernikahan. Selain itu ia juga beralasan kedua
orangtuanya alias mertuaku memaksanya untuk
menceraikanku. Hatiku rasanya sakit dan hancur
karena ia tega mengkhianati janji dan
kepercayaan yang aku beri. Perceraian pun tak
terelakkan dan ia dengan sukarela memberikan
hak asuh Darma kepadaku sepenuhnya. Hingga
kini ia tak pernah kembali bahkan hanya untuk
melihat Darma saja ia tidak mau. Tapi
kekecewaanku tidak membekas terlalu lama.
Aku sadar kalau ini semua adalah ujian yang
diberikan Tuhan kepada hambanya. Bila kita
tabah melewatinya, niscaya anugerah terindah
lainnya
akan diberikan oleh Tuhan. Aku kini hanya
tinggal bertiga bersama Darma dan seorang
pembantuku yaitu Mbak Yanti yang sejak awal
pernikahan kami sudah bekerja denganku. Ia
merangkap tugas sebagai pembantu sekaligus
pengasuh Darma. Darma memanggil Mbak Yanti
dengan sebutan Bunda Yanti. Mbak Yanti sudah
menjadi bagian dari keluargaku sehingga ia
begitu nyaman bekerja denganku. Darma pun
juga mulai tumbuh remaja dengan usianya yang
masih 12 tahun dan baru saja merasakan
pendidikan di bangku sekolah menengah
pertama.
Saat itu adalah hari Minggu dan aku sedang
dalam perjalanan menuju rumah Sahabat lamaku
yaitu Linda. Aku sudah lama tidak bertemu
dengannya karena sudah selama tiga bulan ini
ia menghabiskan waktu di luar kota untuk
merawat ibunya yang sudah sakit – sakitan. Aku
tiba di rumah Linda dan aku melihat wajahnya
yang seperti sedang tertimpa masalah. Ia
mempersilahkan aku untuk masuk dengan nada
lesu.
“Ada apa nih kok kayaknya lagi banyak
masalah ???” tanyaku mencoba mencari tahu
ada apa gerangan dengan Linda.
“A…Aku rasanya gagal sebagai orangtua Jul,
Aku sudah gagal” jawab Linda yang tiba – tiba
menangis di hadapanku. Aku sama sekali tidak
tahu apa maksud dari perkataannya itu.
Aku mencoba menenangkannya karena
tangisnya begitu pecah dan ia terlihat begitu
sedih. Sambil memelukku, Linda akhirnya mau
menceritakan masalah apa yang sebenarnya
sedang ia hadapai. Linda menceritakan sebuah
kisah yang membuat aku ikut tercengang
mendengarnya. Sore itu Linda baru saja pulang
bekerja. Secara tak sengaja ia memergoki
anaknya yang seusia dengan anakku tengah
berduaan dengan seorang gadis yang sepertinya
juga seusia dengannya. Tak hanya sekedar
berduaan, keduanya juga tengah dalam keadaan
telanjang bulat. Gadis yang sama sekali tidak ia
ketahui namanya itu melakukan semua yang
diperintahkan oleh anaknya. Anaknya malah
menyuruh gadis tersebut berbuat asusila
seperti mengelus kontol anaknya hingga
anaknya ejakulasi. Ia juga membelai dan
menjilat memek gadis itu seperti pasangan yang
tengah melakukan petting. Saat anaknya ingin
melakukan hubungan intim, gadis itu
menolaknya. Namun anaknya tetap memaksa
gadis itu untuk melakukannya hingga Linda pun
memergoki keduanya dengan menerobos masuk
ke dalam kamar anaknya. Keduanya terkejut dan
Linda pun dengan begitu emosional memarahi
dan memaki anaknya tanpa ampun. Ia
membiarkan gadis tersebut untuk pergi karena
ia merasa dalang semua ini adalah anaknya. Ia
menceritakan hal itu kepada suaminya dan
suaminya juga ikut murka. Kini anaknya tengah
ia asingkan ke rumah saudaranya karena ia
takut perbuatan asusila itu akan kembali terjadi.
Linda begitu sedih karena anaknya yang masih
terbilang bocah dan hijau bisa melakukan tindak
asusila dengan gadis yang seumuran
dengannya. Aku mengerti bagaimana perasaan
Linda saat itu. Semua ini juga akibat pergaulan
dan teknologi yang semakin canggih. Ia setuju
dengan pendapatku karena ketika ia memeriksa
handphone anaknya ternyata dipenuhi dengan
film porno dan foto wanita yang tengah bugil.
Tak hanya itu, ketika itu ia pernah mendapati
banyak pakaian dalam wanita di dalam
lemarinya. Ia tidak tahu dari mana anaknya itu
mendapatkan pakaian dalam tersebut namun ia
tidak pernah menanyakannya. Aku hanya bisa
menyuruhnya bersabar dan keputusannya untuk
mengasingkan anaknya tersebut adalah
keputusan tepat. Linda juga memperingatkanku
agar aku terus menjaga dan memperhatikan
kelakuan Darma. Tapi aku tidak pernah khawatir
dengan kelakuan dan pergaulan Darma karena
aku tahu ia adalah anak yang baik karena aku
sudah merawat dan membimbingnya dengan
baik. Tapi aku juga patut was – was bila
kejadian serupa terjadi kepada Darma.
Sekembalinya dari rumah Linda, secara diam –
diam aku melakukan “razia” terhadap barang –
barang anakku. Kebetulan saat itu Darma
sedang ada kegiatan sekolah sepak bola yang
rutin setiap minggu ia lakukan. Dengan bantuan
Mbak Yanti, aku memeriksa dan membongkar
seluruh kamarnya mulai dari lemari dan laci
serta tempat – tempat yang aku curigai yang
bisa ia gunakan untuk menyimpan benda –
benda aneh. Aku sama sekali tidak menemukan
benda aneh di sana. Aku juga memeriksa
handphone anakku dan aku juga idak
menemukan konten – konten porno di sana. Aku
merasa lega karena aku yakin Darma bukanlah
tipe anak yang suka akan hal – hal tersebut. Ia
malah lebih suka bermain game dan berkumpul
bersama teman – teman di sekitar rumah. Bila
ingin bepergian ia pasti akan pamit denganku
atau dengan Mbak Yanti. Tetapi belakangan ini
aku malah merasa aneh dengan aktifitasku.
Ntah kenapa setiap kali aku beraktifitas di
rumah, aku merasa sedang diawasi terutama
ketika beraktifitas di kamar dan kamar mandi.
Aku merasakan ada mata – mata yang selalu
mengawasi setiap gerak gerikku. Kejadian aneh
terus berlangsung ketika setiap kali aku pulang
bekerja, aku merasakan kejanggalan dengan isi
lemariku. Aku adalah tipe orang yang mudah
mengingat meletakkan sesuatu meski aku sudah
meletakkannya dalam waktu berhari – hari.
Setiap kali aku membuka lemariku, aku merasa
susunan pakaian dalamku selalu berubah –
ubah. Aku selalu ingat bagaimana aku
menyusun pakaian dalamku setiap hari. Aku
menyusunnya berdasarkan yang terakhir kali aku
pakai selalu aku letakkan paling bawah.
Terkadang aku melihat susunannya acak –
acakan meski masih dalam keadaan rapi.
Seperti saat itu ketika aku tahu betul
meletakkan pakaian dalamku yang berwarna
pink di paling bawah karena aku baru
memakainya kemarin. Tapi aku justru melihatnya
terletak di bagian tengah.
Di situlah awalnya aku menemukan kejanggalan
aneh dan ntah kenapa firasatku langsung tertuju
kepada Darma. Mulai saat itu, aku selalu
mengamati gerak – geriknya dan sama sekali
aku tidak menemukan perilaku aneh dalam
dirinya. Setiap kali aku memeriksa isi kamarnya,
aku juga tidak menemukan benda – benda aneh
dan mencurigakan. Mungkin aku terlalu
berlebihan dengan menuduh anakku dalang
semua ini tapi aku tetap harus waspada karena
aku tidak ingin Darma berakhir seperti anaknya
Linda.
Ketika itu malam hari dan seluruh orang yang
ada di rumahku sudah tertidur lelap. Aku tak
sengaja terbangun karena aku merasakan
perutku mules dan aku ingin buang air. Aku
terlalu banyak makan sambel saat makan
malam tadi hingga membuat perutku mules dan
kentutku terus berbunyi nyaring. Aku keluar
kamar dan langsung berlari menuju kamar mandi
yang ada di lantai satu karena kamar mandi di
lantai satu menggunakan kloset duduk.
Sementara toilet yang ada di kamarku
menggunakan kloset jongkok dan aku lebih
nyaman menggunakan toilet duduk. Aku melihat
pintu kamar mandi sedikit terbuka dan lampu
kamar mandi juga dalam keadaan hidup.
Mungkin ini ulah Darma karena ia suka ceroboh
bila habis melakukan sesuatu. Saat aku hendak
masuk ke kamar mandi aku melihat Darma
sedang berada di dalamnya. Aku terkejut kala
melihat Darma yang sedang dalam
keadaan telanjang bulat. Aku semakin kaget
kala mengetahui apa yang sedang ia lakukan di
dalam kamar mandi itu. Ia sedang asik beronani
sambil memperhatikan handphonenya. Kala aku
memperhatikan dengan seksama ternyata ia
onani sambil mengelus kontolnya menggunakan
celana dalamku yang berwarna hitam. Celana
dalam itu baru saja aku pakai tadi dan terdapat
noda air kencingku karena saat di kantor tadi
aku nyaris pipis di celana. Sambil beronani
sesekali ia menghirup celana dalamku terutama
bagian tengahnya. Ia seperti orang sakhaw yang
sedang kecanduan obat – obatan. Ia menjilati
dan memasukkan celana dalamku ke dalam
mulutnya. Samar – samar aku bisa mendengar
suara desahan dari handphonenya yang artinya
ia pasti melakukannya sambil menonton video
porno. Tiba – tiba ia mempercepat kocokan
kontolnya dan akhirnya ia ejakulasi dengan
mengeluarkan
spermanya yang kental di atas celana dalamku.
Aku bisa mendengar suara nafasnya yang
memburu seperti orang yang sedang lari
marathon. Setelah puas menikmati orgasmenya,
ia membasuh celana dalamku dengan air dan
mencucinya sedikit dengan menggunakan sabun
mandi. Aku melihat Darma langsung menghapus
video yang tadi ia lihat. Oh jadi ternyata begitu.
Pantas saja aku tidak menemukan konten porno
di handphonenya karena ia langsung
menghapusnya setelah melihatnya. Mungkin ia
mendapatkannya dari teman – teman
sekolahnya. Aku merasa emosi namun aku
masih bisa menahannya karena kelakuannya
masih terbilang wajar. Apalagi anak seusianya
mulai memasuki masa pubertasi dimana
ketertarikan akan hal – hal seperti itu bisa
dibilang wajar. Aku pun memakluminya yang
terpenting ia hanya sekedar melakukan onani
dan tidak melakukan perbuatan asusila. Kini aku
tahu kenapa pakaian dalam di lemariku selalu
berubah – ubah susunannya. Ia pasti
menggunakannya untuk melampiaskan hasrat
mudanya itu dan setelah itu meletakkannya
kembali ke dalam lemari dengan susunan yang
berbeda. Aku sedikit lega akhirnya mengetahui
kenapa aku selama ini seperti sedang diawasi.
Aku segera bersembunyi ke dapur saat ia
hendak kembali ke kamarnya.
Ternyata firasatku selama ini salah. Ia justru
melakukan hal – hal gila lainnya yang membuat
aku ikut merasa gagal sebagai orangtua. Tapi
ntah kenapa aku malah menikmatinya dan setiap
kali aku ingin marah mendadak emosi langsung
mereda. Aku tidak tahu apakah perbuatanku ini
salah dengan membiarkan anakku satu –
satunya melakukan hal tidak terpuji terhadap
ibunya meski tidak secara langsung. Terlebih
lagi tindakan tersebut ikut membawa nama
Mbak Yanti yang selama ini begitu aku hormati
dan aku percayai. Seperti kejadian saat itu yang
membuat aku benar – benar tercengang dan
sama sekali membuat aku tidak percaya lagi
kepada Mbak Yanti. Setiap malam aku
mengetahui kalau Darma selalu melakukan onani
dengan menggunakan pakaian dalamku.
Terkadang ia mengenakan pakaian dalamku
seperti BH dan celana dalam yang membuatnya
seperti wanita dan hal itu membuat aku geli.
Tapi aku malah menikmatinya dan aku
merasakan libidoku yang telah lama hilang
kembali muncul. Tanpa sadar aku malah
menggerayangi seluruh tubuhku sambil melihat
anakku yang sedang onani. Terkadang aku
merasakan celana dalamku yang basah dan
pertanda kalau aku ikut horni melihat perbuatan
anakku. Sejujurnya dulu aku adalah wanita yang
hyperseks dan hal itulah yang membuat mantan
suamiku selalu betah bila sedang bercinta
denganku. Aku tidak akan puas bila hanya
orgasme sekali
saja hingga membuat mantan suamiku
kewalahan menghadapi nafsuku yang begitu
besar. Tapi aku selalu mencoba untuk menahan
nafsuku saat ini karena aku tidak ingin menjadi
orangtua yang durhaka dengan menjadikan
anakku sendiri sebagai objek fantasiku. Terlebih
lagi ketika aku melihat kontol Darma yang
bagaikan kontol orang dewasa. Aku takjub
melihat ukurannya yang cukup panjang dan
besar untuk anak seusianya. Setelah siap onani,
Darma kembali masuk ke dalam kamarnya.
Secara tak sengaja ia meninggalkan
handphonenya di pinggir bak kamar mandi. Saat
onani tadi ia sama sekali tidak menggunakan
handphonenya untuk menonton video porno. Ia
hanya beronani sambil memainkan pakaian
dalamku. Aku mengambil kesempatan itu untuk
memeriksa kembali handphonenya meski aku
sudah sering memeriksanya semenjak aku
memergokinya menonton video porno. Lagi –
lagi aku tidak menemukan adanya konten porno
di handphonenya. Tapi aku tidak kehilangan
akal. Aku bongkar semua folder yang ada di
dalam menu file managernya. Aku curiga
dengan satu folder yang diberi nama asal ketik.
Aku membuka folder tersebut dan ternyata
terdapat folder lainnya dan terus begitu.
Terhitung mungkin ada belasan folder di dalam
folder hingga akhirnya folder terakhir berisikan
file yang tidak berekstensi. Aku coba menduga
– duga ekstensi apa yang cocok untuk file
tersebut. Ternyata file tersebut berisikan
ekstensi untuk file gambar. Ketika aku
membukanya, aku langsung terperanjat dan
nyaris pingsan. Ternyata dalam folder tersebut
berisi seluruh foto bugilku saat sedang berganti
pakaian, sedang mandi, bahkan sedang buang
air kecil maupun buang air besar. Aku tidak tahu
bagaimana ia bisa mendapatkan foto – foto
tersebut dengan jernih dan begitu jelas terlihat
lekuk tubuhku. Ia seperti mengambilnya dalam
jarak yang begitu dekat terutama ketika aku
sedang berganti pakaian di dalam kamar.
Foto bugilku di kamar mandi pasti ia ambil
melalui ventilasi udara yang ada di atas dinding
kamar mandi karena angelnya ia ambil dari
sudut atas. Pantas saja foto tersebut tidak
muncul di dalam menu galeri karena ia dengan
sengaja menghapus ekstensinya hingga file
tersebut akan menjadi unknown file. Aku
langsung menghapus foto tersebut karena aku
tidak terima dengan kelakuan Darma yang sudah
kelewat batas. Aku tidak ingin ia menjadi anak
durhaka yang mengambil foto bugilku secara
diam – diam. Aku mungkin masih
memaafkannya bila ia beronani menggunakan
pakaian dalamku. Tapi aku tidak memaafkannya
bila ia mengambil foto bugilku secara diam –
dima. Bisa saja ia menyebarkannya kepada
temannya dan orang lain. Bisa – bisa aku malu
dan harga diriku jatuh.
Aku memulai investigasiku dari mana ia bisa
mendapatkan foto bugilku dengan begitu jelas.
Dengan sengaja aku berganti pakaian dengan
tidak menutup rapat pintu kamarku. Tapi aku
sama sekali tidak melihatnya tengah
mengintipku. Hal itu terus berulang kali aku
lakukan hingga akhirnya aku menyerah darimana
ia bisa mendapatkan foto tersebut. Aku pun
berencana menanyakannya secara langsung
kepadanya secara empat mata bila waktunya
tepat. Beberapa hari kemudian aku justru
menemukan jawabannya secara tidak sengaja.
ketika itu aku baru saja selesai merawat
tanamanku yang ada di halaman depanku. Aku
sangat suka dengan tanaman yang tumbuh
mekar dan indah di halaman rumahku. Terutama
bunga anggrek yang aku koleksi cukup banyak
dan membuat para tetangga begitu iri kepadaku.
Aku bermaksud untuk mencuci tangan di kamar
mandi karena tanganku kotor bercampur tanah.
Aku melintas di depan kamar Darma dan aku
melihat Mbak Yanti dan Darma sedang
berbincang serius. Aku penasaran dengan apa
yang mereka bicarakan karena mereka berbicara
dengan nada yang begitu pelan seperti berbisik.
Pintu kamar juga sedikit tertutup dan mereka
seperti berhati – hati saat berbicara. Aku
mencoba menguping secara diam – diam apa
yang mereka bicarakan.
“Gimana Bunda ??? Fotonya udah dapat ???”
tanya Darma kepada Mbak Yanti.
“Ini udah Bunda ambil. Langsung kamu kirim
deh ke handphone kamu” Mbak Yanti
memberikan handphonenya kepada Darma. Aku
tidak tahu apa maksud dari foto yang sedang
mereka bicarakan itu.
Setelah itu keduanya meninggalkan kamar dan
melanjutkan aktifitas mereka. Aku yang masih
penasaran dengan foto apa yang dimaksud pun
masuk ke kamar Darma secara diam – diam.
Aku memeriksa handphone Darma dan kini
posisi foldernya sudah berubah. Aku sama sekali
tidak menyerah dan terus membongkar folder
tersebut hingga aku kembali menemukan file
yang tidak berekstensi. Aku mencoba mengisi
ekstensi file tersebut dengan ekstensi file
gambar dan ternyata berhasil. Alangkah
tercengangnya aku ternyata foto tersebut
merupaka foto bugilku lagi. Aku rasanya lemas
dan rasanya ingin segera memarahi Darma
karena ia kembali mengambil dan menyimpan
foto bugilku secara diam – diam. Tapi tunggu
dulu, aku merasa ada yang janggal dengan foto
– foto tersebut. Aku merasa foto tersebut
diambil pagi tadi saat aku habis mandi. Foto
tersebut seperti diambil
secara langsung dari dalam kamarku karena
kualitasnya lebih jernih dari yang kemarin aku
lihat. Di foto tersebut menampilkan kegiatanku
setelah aku mandi. Aku membuka handukku dan
mengenakan pakaian dalamku. Anehnya pakaian
dalam yang hendak aku kenakan di foto tersebut
sama persis dengan pakaian dalam yang aku
kenakan saat ini. Aku mengenakan pakaian
dalam dengan BH hitam dan celana dalam krim.
Sama persis seperti yang difoto tersebut. Tidak
mungkin Darma yang mengambil foto tersebut
dari jarak dekat karena seingatku tadi pagi
Darma sedang lari pagi bersama teman –
temannya. Aku pun teringat kalau tadi pagi saat
aku hendak mengenakan pakaian, Mbak Yanti
juga berada di dalam kamarku sedang beres –
beres. Firasatku mengatakan kalau Mbak Yanti
adalah pelaku yang mengambil foto bugilku. Tapi
aku tidak boleh asal menuduh. Aku diam – diam
masuk ke kamar Mbak Yanti dan memeriksa
handphonenya yang tergeletak di atas tempat
tidurnya. Aku membuka menu galeri dan
ternyata benar dugaanku. Foto yang ada di
handphone Darma sama isinya dengan foto
bugilku yang ada di handphone Mbak Yanti. Aku
pun meneteskan air mata karena sedih
mengetahui selama ini anakku dan pembantu
yang begitu aku percaya telah melakukan
persekongkolan. Tapi untuk apa Mbak Yanti
mengambil foto bugilku dan memberikannya
kepada Darma. Ataukah semua ini atas suruhan
Darma. Atau Mbak Yanti sendiri yang memiliki
kelainan jiwa. Aku jadi pusing memikirkannya.
Aku terus melihat koleksi foto bugilku yang ada
di dalam handphone Mbak Yanti. Tak hanya itu
ternyata Mbak Yanti juga mengambil videoku
yang sedang mandi. Aku jadi malu sendiri
melihatnya. Tiba – tiba secara tak sengaja aku
menemukan sebuah video yang benar – benar
membuat emosiku rasanya meledak – ledak.
Aku tak menyangka selama ini ternyat Darma
dan Mbak Yanti melakukan affair alias hubungan
terlarang. Di dalam video tersebut terlihat
rekaman pribadi antara Darma dan Mbak Yanti
yang sedang asik berciuman. Kemudian
berlanjut dengan Darma yang asik menyusui
payudara Mbak Yanti. Di video itu Mbak Yanti
tampak begitu narsis meski usianya sudah
memasuki kepala 5. Untunglah dalam video itu
tidak berlanjut hingga keduanya melakukan
persetubuhan.
Dari situlah aku mulai merubah sikapku terhadap
keduanya. Aku lebih banyak diam dan cuek yang
membuat keduanya bingung akan sikapku. Tapi
keduanya tidak berusaha untuk mencari tahu
kenapa aku cuek terhadap mereka dan itu
memberikan aku kesempatan untuk bisa
memata – matai mereka. Aku yakin saat aku
sedang bekerja atau sedang tidak berada di
dalam rumah pasti mereka melakukan perbuatan
asusila dan menyembunyikanya dariku. Tapi
kenapa Darma malah memilih Mbak Yanti
sebagai alat pemuas nafsunya. Ataukah Mbak
Yanti yang membujuk Darma untuk melakukan
perbuatan terlarang itu ataukah Darma
menderita Ooedipus Complex alias penyuka
wanita yang umurnya lebih tua. Hal itu
memaksaku untuk semakin mencari tahu lebih
lanjut tentang hubungan mereka. Padahal kalau
aku sedang di rumah, keduanya terlihat biasa
saja dan tidak terlihat mesra. Lebih baik aku
mencari tahu demi kebaikanku sendiri agar aku
bisa menjerat keduanya dan tidak ingin
membiarkan affair ini berlanjut terlalu lama.
Pada waktu itu aku sengaja ambil cuti kerja
karena berencana ingin memata – matai Darma
dan Mbak Yanti. Tapi aku tetap berpura – pura
pergi kerja. Seperti biasa jam 7 aku pura – pura
berangkat kerja dan sengaja aku mengatakan
kalau hari ini aku akan naik angkutan umum saja
karena sedang malas membawa mobil. Aku
keluar rumah dan menuggu sekitar 20 menit di
warung yang tidak begitu jauh dari rumahku.
Kebetulan saat itu Darma sedang liburan
semester. Setelah 20 menit kemudian aku
kembali beranjak menuju rumahku. Aku lihat
pintu dan jendela rumahku tertutup rapat
padahal tadinya dalam keadaan terbuka. Saat
aku mencoba untuk membuka pintu depan
ternyata dalam keadaan terkunci. Untung saja
aku selalu membawa kunci sendiri jadi aku bisa
masuk dengan bebas. Aku buka pintu perlahan
dan memastikan kalau situasinya aman.
Keduanya tidak terlihat di ruang tamu dan aku
bisa masuk ke dalam. Aku periksa satu per satu
ruangan yang ada di lantai satu dan aku tak
menemukan keduanya di sana. Aku naik ke
lantai dua dan aku melihat pintu kamarku dalam
keadaan terbuka lebar. Terderngar suara
keduanya dari dalam kamarku. Aku mengintip
mereka dan melihat keduanya tengah asik
berduaan. Tapi aku terkejut kala melihat pakaian
dalamku bertebaran semuanya di lantai.
Ternyata Darma menyuruh Mbak Yanti
mengenakan pakaian dalamku satu per satu.
“Coba deh Bunda pakai yang ini” suruh Darma
sambil memberikan pakaian dalamku yang
berwarna ungu baik BH dan celana dalamnya.
Pakaian dalam itu adalah pakaian dalam
favoritku. Aku merasa seksi bila memakai
pakaian dalam tersebut. Ya bentuknya sih
sederhana layaknya pakaian dalam wanita
lainnya namun karena warna ungunya itu yang
membuat aku merasa beda ketika memakainya.
Mbak Yanti mengenakan pakaian dalam itu.
Tampak sekali pakaian dalam itu begitu ketat
karena perbedaan tubuhku dengan Mbak Yanti.
Tubuhku kurus langsing sementara Mbak Yanti
sedikit montok dan berlemak. Alhasil celana
dalamku jadi melar ke samping dan terlihat
seolah – olah Mbak Yanti tengah mengenakan
celana dalam model string bikini yang mini.
Darma mengambil foto setengah bugil Mbak
Yanti dan Mbak Yanti pun berpose layaknya
model profesional. Aku merasa jijik dengan
gayanya karena ia seperti wanita yang tidak
sadar umur. Ia bergaya layaknya anak – anak
alay yang biasa nampang di twitter maupun
media sosial lainnya. Setelah puas berfoto
barulah adegan utama dimulai. Darma memeluk
Mbak Yanti dengan mesra.
“Bunda aku mau….” kata Darma dengan nada
terputus.
“Mau apa ???” pancing Mbak Yanti.
“Eeeuuuhhh Aku mau pegang memek Bunda”
ucap Darma.
Mbak Yanti pun tersenyum. Ia membuka celana
dalamku dan menyuruh Darma untuk berdiri
berlutut di depan memeknya. Memeknya terlihat
tembem dan bibir memeknya sudah
menggelambir. Mungkin karena ia sudah pernah
melahirkan dua orang anak sementara bentuk
memekku masih terjaga bak memek ABG karena
aku tidak pernah melahirkan. Dengan
perlahan Darma membelai memek Mbak Yanti
yang rimbun ditumbuhi bulu jembut di bagian
atasnya.
“Cuma dipegang aja ??? Gak mau nyium memek
Bunda ???” Mbak Yanti memancing nafsu Darma
dengan membuka belahan memeknya hingga
terlihat isi memeknya yang berwarna merah
merekah.
Dengan penuh hati – hati, Darma mencium
memek Mbak Yanti. Ia mencium seluruh bagian
memek Mbak Yanti mulai dari sisi memeknya
hingga ke dalam memeknya. Tapi Mbak Yanti
tampak tidak puas dengan apa yang dilakukan
Darma.
“Jangan cuma dicium aja dong. Jilat juga dong
memek Bunda” suruh Mbak Yanti sambil
mendorong kepala Darma menuju memeknya.
“Tapi Bunda aku jijik, lagian memek Bunda bau
amis” tolak Darma.
“Yaudah kalau gak mau. Bunda juga gak mau
nyepong kontol kamu” jawab Mbak Yanti sambil
mencoba untuk berlalu dari hadapan Darma.
“Iya deh Bunda aku mau. Tapi nanti Bunda
sepong ya kontol aku” pinta Darma.
Mbak Yanti seakan puas dengan ancaman yang
ia lakukan. Mbak Yanti pun naik ke atas ranjang
dan melebarkan kedua pahanya. Tangannya
membuka belahan memeknya.
“Ayo sini jilat memek Bunda. Jilat sampai basah
ya” suruh Mbak Yanti.
Darma pun ikut naik ke atas ranjang. Ia
mengambil posisi telungkup di antara kedua kaki
Mbak Yanti.
“Kamu lihat tonjolan ini kan ??? Ini namanya itil.
Coba deh kamu jilat” kata Mbak Yanti.
Darma pun mengikuti perintah Mbak Yanti. Ia
menjulurkan lidahnya dan menjilati klitoris Mbak
Yanti yang menonjol seperti biji kacang. Sontak
tubuh Mbak Yanti bergetar hebat.
“Bunda kenapa ???” Darma tampak khawatir
karena tiba – tiba tubuh Mbak Yanti bergetar.
“Gak apa – apa. Ayo terus jilatin itil Bunda”
suruh Mbak Yanti.
Darma dengan segera menjilati kembali klitoris
Mbak Yanti. Tubuh Mbak Yanti bergerak ke sana
ke mari begitu juga dengan memeknya yang ikut
bergoyang seirama dengan gerakan lidah Darma.
Dengan refleksnya Darma meneruskan jilatannya
ke seluruh permukaan memek Mbak Yanti. Mbak
Yanti semakin keenakan mendapat jilatan
tersebut. Ia meronta – ronta dan kepalanya ikut
terbanting – banting karena tidak kuat menahan
nikmat.
“Aduuhhh memek Bunda muncratt nihh…
Oooohhh Itillllll…memeeekkk !!!!”
tiba – tiba Mbak Yanti menjerit hebat. Ia
menjepit kepala Darma dengan kuat dan
pantatnya terangkat ke atas. Tubuhnya
berguncang hebat dan mulutnya komat – kamit
tidak karuan. Beberapa saat kemudian ia
melepaskan jepitan di kepala Darma. Mbak Yanti
menyuruh Darma menyedot cairan memeknya
yang meluber keluar. Kemudian ia menarik tubuh
Darma ke atas tubuhnya dan keduanya
berciuman mesra sambil melumat. Darma masih
tampak kaku mendapat serangan lidah yang
dilakukan Mbak Yanti. Sementara Mbak Yanti
sendiri terus menyerbu rongga mulut Darma
yang mungkin masih berisi sisa cairannya. Aku
tidak munafik bila ternyata aku justru menikmati
adegan mesra yang dilakukan keduanya. Aku
menjepit kedua pahaku untuk memberikan
rangsang terhadap memekku yang mungkin
sudah basah. Aku tidak kuat lagi menahan
nafsuku dan mengambil ancang – ancang untuk
bermasturbasi. Aku seakan lupa tujuanku yang
sebenarnya saat itu. Yang ada di dalam
pikiranku saat ini adalah aku ingin segera
menuntaskan nafsuku yang sudah lama
terpendam. Setelah beristirahat sejenak. Giliran
Darma yang meminta bagiannya.
“Bunda, sepong dong kontol aku” rengek Darma.
“Daripada Bunda sepong, mending kita ngentot
aja yuk” ajak Mbak Yanti sambil mengelus
kontol Darma.
“Tapi kan Bunda dulu bilang kalau kita gak boleh
ngentot” jawab Darma dengan polosnya.
“Itukan dulu, sekarang Bunda pengen ngentotin
kontol kamu ini” kata Mbak Yanti.
Mbak Yanti pun meminta Darma untuk berbaring
di atas tempat tidur. Lalu Mbak Yanti menjilati
batang kontol Darma yang begitu gagah
perkasa. Tanpa sadar aku mengelus memekku
sendiri dari dalam celanaku sambil melihat Mbak
Yanti sedang asik menjilati kontol anakku seperti
menjilati es krim.
“Aku ingin menjilati kontol Darma” tanpa sadar
aku mengeluarkan kata – kata tersebut dengan
nada pelan.
Aku tak bisa berbohong kalau aku begitu
menikmatinya. Setelah dirasa basah, Mbak Yanti
berjongkok di atas kontol Darma. Ia mengelus –
elus kontol Darma di permukaan memeknya dan
kemudian ia menurunkan pantatnya secara
perlahan. Kepala Darma mendongak ke atas
kala seluruh kontolnya lenyap di telan oleh
memek Mbak Yanti.
“Apa yang kamu rasakan sayang ???” tanya
Mbak Yanti.
“Aku merasakan kontolku seperti dipijat.
Rasanya hangat sekali Bunda” jawab Darma.
Mbak Yanti pun mulai bergoyang. Ia bergerak
naik dan turun dengan tempo perlahan untuk
menyesuaikan memeknya dengan kontol Darma.
Aku melihat betapa nikmatnya persetubuhan
keduanya. Aku malah menelanjangi diriku sambil
melihat keduanya bercinta. Aku meremas kedua
payudaraku yang montok dan berukuran besar
serta memainkan jari jemariku di lubang
memekku yang sudah basah kuyup.
“Enak banget kontol kamu sayang…kamu suka
kan sayang ???” tanya mbak Yanti yang mulai
menambah kecepatan goyangannya seperti
sedang ngebor.
“su…suka Bunda…aaaahhhhh” jawab Darma.
“Suka apa sayang ??? Bilang kalau kamu suka
dientot sama memek Bunda. Ayo bilang !!!”
bentak Mbak Yanti.
“Aku suka dientot memek Bunda. Aku suka
dientot memek Bunda” kata Darma dengan nada
yang begitu vulgar.
Aku sama seperti
Mbak Yanti. Bila
sedang sangat
bernafsu suka
sekali
mengeluarkan atau
mendengar kata –
kata jorok yang
justru membuat aku
semakin bergairah.
Tanpa sadar aku
sendiri pun ikut
mengeluarkan kata
– kata jorok sambil
bermasturbasi.
“Uuhhhh memekku
pengen dikentot
nih…aahhhh
enaknya lihat kontol
dientot” rintihku
dengan begitu
vulgar.
Mbak Yanti semakin
mempercepat
genjotannya. Tak
hanya gerakan naik
turun tapi gerakan
memutarnya juga
sangat erotis. Kini
aku sedang
berfantasi
seandainya saja
aku yang
ada di posisi Mbak Yanti. Pasti memekku akan
merasa kelonjotan dan aku akan orgasme berkali
– kali. Tiba – tiba Mbak Yanti menjerit
keenakan.
“Aaaahhh muncraaattt memek Bundaaa…
muncraattt…muncraattt” jerit Mbak Yanti.
Gerakannya semakin liar dan tak terkendali.
Tubuhnya kembali berguncang hebat dan ia
memejamkan matanya dengan mulut yang
terbuka lebar. Tubuhnya pun mendadak lemas
dan ia ambruk di samping Darma.
“Kamu hebat ya, masih pemula tapi belum
keluar” kata Mbak Yanti sambil mengelus kontol
Darma yang masih tegang dan belepotan cairan
putih.
“Sebenarnya aku udah keluar berkali – kali
Bunda. Tapi karena keenakan jadi aku gak bilang
sama Bunda” jawab Darma begitu polos.
Mbak Yanti tertawa karena ia sama sekali tidak
merasakan sperma Darma yang menyemprot ke
dalam memeknya. Keduanya pun beristirahat
sejenak untuk melepas lelah. Sementara aku
juga sudah berkali – kali orgasme. Cairan
orgasmeku pun merembes keluar mengenai
pahaku. Aku juga ikut lemas dan terduduk di
lantai. Ini adalah kali pertama aku bermasturbasi
dengan begitu nikmat. Sampai – sampai aku
merasakan memekku ngilu dan geli. Aku jadi
kecapekan dan ingin segera membaringkan
tubuhku. Kemudian aku mendengar keduanya
sepertinya akan melanjutkan ke ronde kedua.
“Kita lanjut lagi yuk” ajak Mbak Yanti.
“Ayuk Bunda. Aku jadi ketagihan ngentot nih”
ucap Darma.
“Tapi kita mainnya di kamar mandi aja ya.
Sekalian Bunda mau berak” kata Mbak Yanti
yang membuat Darma terkejut dan menolak
ajakannya. Tapi Mbak Yanti memaksanya
dengan mengancamnya tidak akan
memberikannya jatah ngentot lagi.
Darma hanya pasrah mengikuti permintaan Mbak
Yanti yang aneh – aneh. Lalu keduanya beranjak
menuju kamar mandi yang ada di kamarku. Aku
yang penasaran pun ikut beranjak dengan
mengintip di depan pintu kamar mandi. Terlihat
Mbak Yanti berposisi membungkuk hingga
belahan memeknya dan anusnya yang berwarna
hitam gelap terlihat jelas olehku.
“Kamu jilat lubang bu*rit Bunda ya” suruh Mbak
Yanti sambil membuka belahan pantatnya lebar
– lebar.
“Gak mau ahh. Itukan lubang buat be*rak” tolak
Darma dengan begitu tegas.
“Ohh yaudah kalau gitu nanti gak akan dapat
jatah ngentot lagi” ancam Mbak Yanti.
Lagi – lagi Darma hanya pasrah dan mengikuti
kemauan Mbak Yanti. Ia menjilati lubang anus
Mbak Yanti sambil menutup mata. Aku bisa tahu
kalau sebenarnya Darma merasa jijik melakukan
hal itu dilihat dari wajahnya yang masam.
Sementara Mbak Yanti seperti seorang
pemenang yang berhasil mengelabui anakku
untuk mengikuti perintahnya. Ia menikmati
jilatan Darma sambil tangannya mengelus
memeknya sendiri. Lagi – lagi aku merasakan
nafsuku kembali muncul. Kali ini justru lebih
deras dari yang tadi yang membuat aku semakin
tak karuan. Aku berjongkok dan mengelus
memekku sambil mencolok lubangnya dengan
jariku.
“Awas sayang tai Bunda mau keluar nih”
perintah Mbak Yanti agar Darma menghindar.
Secara mengejutkan gelondongan kotoran Mbak
Yanti berhamburan keluar. Aku merasa jijik
sekali sama seperti Darma yang langsung
menutupi hidungnya karena menimbulkan aroma
yang tidak sedap. Sementara Mbak Yanti
tampak menikmati buang air besarnya sambil
dilihat oleh Darma. Kelakuan aneh yang baru
pertama kali ini aku lihat. Kotorannya terus
keluar seakan tidak terputus. Lubang anusnya
mengembang dan mengempis dan terlihat sisa
kotorannya di sekitar anusnya. Lalu dengan
nafsunya ia memeluk Darma dari
belakang.Darma berusaha menghindar namun
pelukan Mbak Yanti begitu erat yang
membuatnya tidak bisa menghindar. Mbak Yanti
meraba anusnya yang kotor itu dan terlihat
ditelapak tangannya ada sebagian kotorannya
yang menempel. Ia malah mengelus kontol
Darma dengan tangannya yang kotor itu. Ia
mengocok kontol Darma dengan cepat dan
membisikkan kata – kata kotor di telinga Darma.
“Ayo keluarin pejuh kamu sambil lihat ta*i
Bunda. Buka mata kamu sayang. Lihat ta*i
Bunda” Mbak Yanti memaksa Darma membuka
matanya yang sedari tadi memejamkan matanya
karena tidak berani dan jijik melihat kotoran
Mbak Yanti yang berjatuhan di lantai kamar
mandi.
Darma terpaksa membuka matanya. Tapi ntah
kenapa wajahnya menunjukkan rasa nikmat. Ia
terus menatap kotoran Mbak Linda dengan
wajah yang memerah.
“Keluarin pejuh kamu di atas ta*i Bunda”
perintah Mbak Yanti.
Lalu sperma Darma berhamburan keluar tepat di
atas kotoran Mbak Yanti. Darma pun lemas
sambil bersender di tubuh Mbak Yanti. Mbak
Yanti sendiri tampak tersenyum puas dengan
apa yang sudah diraihnya. Secara tidak sengaja
aku justru ikut orgasme meski aku sama sekali
tidak menyukai cara seks seperti itu. Aku sendiri
bingung kenapa aku bisa orgasme. Kemudian
Mbak Yanti membersihkan kontol Darma yang
terdapat sedikit bercak kotorannya. Aku segera
beranjak dari tempat itu dan keluar dari kamar.
Aku yang dalam keadaan setengah bugil cepat –
cepat merapikan pakaianku dan segera keluar
dari rumah dengan tergesa – gesa agar tidak
ketahuan. Akhirnya aku lega bisa mengintip
keduanya. Tapi aku lebih lega karena aku
kembali bisa mendapatkan orgasme yang telah
lama hilang dalam diriku. Dari hasil pemantauan
ku tadi. Aku bisa menarik kesimpulan kalau
sebenarnya Mbak Yanti lah yang menghasut
Darma untuk berbuat tindakan asusila seperti
itu. Bisa dilihat bagaimana tadi ia layaknya
seorang pemenang dimana permintaannya terus
dipenuhi oleh Darma dengan berbagai ancaman.
Aku juga tidak percaya kalau Mbak Yanti
ternyata adala seorang yang hyper sama
sepertiku. Mungkin karena ia jauh dari suaminya
di kampung makanya ia seperti orang yang
tergila – gila akan seks terutama seks aneh
yang dilakukannya. Aku merasa jijik namun
disamping itu ntah kenapa aku ingin melihat
kejadian itu sekali lagi.
Semenjak kejadian itu aku terus menerus
memata – matainya keduanya. Hal – hal gila
yang diinginkan Mbak Yanti terus dipenuhi oleh
Darma. Pernah seketika Mbak Yanti meminta
Darma untuk mengencingi wajahnya dan
meminum sedikit air kencingnya dan begitu pula
Darma yang harus mau dikencingi olehnya. Tak
sampai disitu saja, pernah Mbak Yanti meminta
Darma untuk mencicipi kotorannya. Tapi kali ini
Darma benar – benar tegas menolak permintaan
Mbak Yanti karena itu tidak sehat. Untunglah
Mbak Yanti memakluminya. Lagi pula apa
bagusnya mencicipi kotoran yang sepatutnya
menjadi racun dan harus dibuang. Aku jadi tidak
habis pikir dengan perilaku seks aneh yang
ditunjukkan Mbak Yanti. Tapi aku terus berpikir
dan berpikir. Aku merasa sudah saatnya aku
untuk menghentikan hubungan ini agar tidak
berlanjut terlalu jauh. Ya aku memang
menikmatinya tapi aku juga tidak ingin suatu
saat nanti Darma menjadi seseorang yang gila
akan seks dan akhirnya berubah menjadi
seorang pemerkosa atau menggeluti dunia seks.
Aku rasa aku sudah siap untuk
mengutarakannya karena lagi pula aku sudah
memiliki bukti kuat yang bisa membuat
keduanya untuk berhenti. Aku putuskan masalah
ini dimulai dari Mbak Yanti. Malam itu selepas
aku pulang bekerja, aku menyuruh Mbak Yanti
untuk masuk ke kamarku dan menguncinya. Ia
bingung karena tidak biasanya aku berbicara
empat mata dengannya di kamarku. Aku
menyuruhnya duduk di atas kasurku berhadapan
denganku. Ia sepertinya sudah curiga kalau aku
ingin membicarakan sesuatu yang tidak enak
untuknya. Terlihat dari bagaimana cara ia
melihatku yang seakan tidak berani untuk
menatapku langsung.
“Mbak Yanti udah berapa tahun kerja
bersamaku ???” tanyaku.
“Euuhhh Mbak udah lupa. Pokoknya udah lama
lah. Memang kenapa ???” tanya Mbak Yanti yang
semakin curiga.
“Langsung aja ya Mbak. Aku sebenarnya sudah
tahu skandal yang terjadi di rumah ini” ujarku
yang membuat Mbak Yanti semakin tercengang.
“Ma…Maksud kamu apa ???” tanya Mbak Yanti
pura – pura tidak tahu.
Aku pun menunjukkan barang bukti berupa foto
dan video yang aku ambil selama beberapa hari
ini. Mbak Yanti pun terkejut dengan barang bukti
yang aku tunjukkan. Ia berusaha untuk mengelak
tapi aku terus memaksanya untuk berlaku.
Akhirnya Mbak Yanti pun menyerah dan
mengakui semua perbuatannya. Ia terpaksa
melakukannya karena ia sudah lama tidak
merasakan seks karena suaminya sudah
impoten. Tapi selain itu ia beralasan kalau
Darma lah yang awalnya menginginkan semua
ini. Darma pernah bertanya kepada Mbak Yanti
tentang alat reproduksi dan apa itu seks. Karena
Mbak Yanti merasa Darma sudah dewasa, ia pun
akhirnya menunjukkan secara langsung seperti
apa seks itu yang ternyata membuat keduanya
ketagihan. Aku pun juga mempertanyakan
mengapa ia mau disuruh oleh Darma untuk
mengambil foto bugilku. Ia pun juga mengaku
terpaksa karena Darma juga tergila – gila pada
tubuhku. Ia pernah mengatakan pada Mbak
Yanti kalau suatu saat nanti ia ingin mencicipi
tubuh dan itu membuat aku tercengang.
Ternyata benar kalau selama ini Darma juga
mengincarku sebagai pelampiasan nafsunya.
Secara tiba – tiba aku menanyakan sesuatu
yang membuat aku sendiri malunya bukan main.
“Kontol Darma nikmat ya ???” tanyaku yang
membuat Mbak Yanti tersipu malu. Aku sendiri
tak sadar mengucapkan kalimat itu.
“E…Enak banget malah. Mbak aja sampai
ketagihan” jawab Mbak Yanti sambil malu –
malu.
Aku pun berpikir sejenak. Mungkin tak ada
salahnya bila aku membiarkan Darma melakukan
affair ini dengan Mbak Yanti. Selagi hubungan
ini hanya dilakukan antara Mbak Yanti dan
Darma mungkin fine fine aja.
“Memangnya kamu mau coba kontol anak
kamu ???” tanya Mbak Yanti membuyarkan
lamunanku.
“A…Apa ???!!! Gak mungkin lah Mbak” jawabku
terbata – bata.
“Udahlah bilang aja kamu mau. Lagi pula dia kan
bukan anak kandung kamu. Gak ada salahnya
kok dicoba” Mbak Yanti mencoba merayuku
Aku tetap tidak mau meskipun dia terus merayu
dan memaksaku. Sebenarnya aku ingin
mencicipinya tapi aku tidak berani terang –
terangan dihadapan Mbak Yanti. Aku tidak mau
Mbak Yanti menganggapku sebagai wanita yang
hyper. Kemudian Mbak Yanti memohon
kepadaku agar ia diperbolehkan untuk terus
berhubungan badan dengan Darma. Sehari saja
ia tidak ngeseks dengan Darma, ia merasa
gelisah dan batinnya begitu tersiksa. Terlebih
lagi ketika aku sedang berada di rumah yang
membuat keduanya tidak bebas untuk
melakukan seks. Aku menyanggupi
permintaannya dengan catatan aku boleh
mengintip permainan mereka dan Mbak Yanti
setuju. Ia malah lebih suka bila ada yang tengah
mengintipnya
kalau sedang bercinta. Nafsu seksnya bisa lebih
menggebu – gebu lagi katanya. Aku menyuruh
Mbak Yanti untuk menjaga rahasia ini dan tidak
mengatakan kalau aku memperbolehkannya
dengan bebas bercinta dengan anakku. Aku
merasa lega karena masalah ini sudah selesai.
Tidak ada lagi yang perlu disembunyikan dan
dirahasiakan. Aku harus memaklumi kehidupan
seks Mbak Yanti yang pastinya terganggu
selama ini. Diusianya yang sudah memasuki
kepala 5, pasti nafsu seksnya sedang tinggi –
tingginya karena sedang memasuki usia
pubertas kedua. Aku tak tahu apakah keputusan
yang aku ambil ini sudah tepat ataukah aku
berdosa karena sudah membiarkan anakku jatuh
terlalu dalam dengan kehidupan seks. Aku tidak
ingin memikirkannya lagi. Selagi ia hanya
menjadikan Mbak Yanti sebagai target seksnya
mungkin tidak masalah.
Bulan demi bulan pun berlalu. Kini Darma sudah
duduk di bangku kelas dua SMP. Aku senang ia
masih bisa berprestasi meski kehidupannya
lebih banyak dihabiskan untuk melakukan seks
dengan Mbak Yanti. Ternyata ia tidak lupa
dengan tugasnya untuk mengejar pendidikan
yang lebih baik. Aku bahagia sekali ketika
kepala sekolah menyebutkan nama Darma
sebagai salah satu dari lima siswa paling
berprestasi di sekolah tahun ini. Semua siswa,
orangtua, serta para guru memberikan tepuk
tangan sebagai apresiasi untuk kelimasiswa
tersebut termasuk anakku. Aku disuruh naik ke
atas podium untuk mendampingi Darma yang
akan diberikan hadiah beserta diagram. Aku
meneteskan air mata sambil mencium kedua pipi
Darma. Tak sia – sia aku menyuruhnya untuk
belajar dan belajar dan hasilnya dapat dipetik
seperti sekarang ini. Aku benar – benar bangga
dan bersyukur atas prestasi yang ditorehkan
anakku. Semoga ini terus berlanjut hingga masa
– masa mendatang. Setelah prosesi pemberian
penghargaan, Darma pun memelukku dengan
erat. Tapi ntah kenapa saat ia memelukku aku
merasakan sesuatu yang aneh. Pelukan yang ia
lakukan seakan tidak biasa. Iamenenggelamkan
kepalanya di antara belahan dadaku dan
menggoyangkan kepalanya. Tangannya tidak
memeluk pinggangku melainkan melingkar di
atas pantatku. Selain itu aku juga merasakan
adanya tonjolan keras di pahaku. Aku hanya
terdiam merasakan sensasi tersebut. Tubuhku
merinding. Apakah jangan – jangan Darma benar
– benar menginginkan tubuhku ini. Aku cepat –
cepat melepaskan pelukannya dan kami pulang
bersama.
Aku bisa merasakan keinginan Darma akan
tubuhku sangatlah besar dari hari ke hari.
Terlebih lagi ketika Darma mulai ogah – ogahan
untuk bercinta dengan Mbak Yanti. Hal itu
diungkapkan sendiri oleh Mbak Yanti yang
mengatakan kalau Darma sudah bosan dengan
dirinya. Setiap kali diajak bercinta Darma sering
menolaknya dengan alasan tidak bernafsu.
Padahal Mbak Yanti sering memergoki Darma
sedang beronani baik di kamarnya atau di kamar
mandi. Setiap kali ia ingin bercinta dengan
Darma, Mbak Yanti harus memenuhi keinginan
Darma dengan menyuruhnya untuk mengambil
foto bugilku. Mbak Yanti juga mengatakan setiap
kali ingin bercinta, ia diwajibkan mengenakan
pakaian dalamku sehingga aku bisa menebak
kalau Darma sedang berfantasi tengah bercinta
denganku ketika sedang bercinta dengan Mbak
Yanti. Aku mulai gelisah kalau – kalau Darma
melakukannya dengan
orang lain. Dengan sukarela, aku menyuruh
Mbak Yanti untuk mengambil foto bugilku secara
diam – diam dan membiarkan Darma untuk
menikmatinya. Aku merasa khawatir tetapi aku
tetap pada pendirianku untuk tidak pernah
bercinta dengannya. Hingga akhirnya kejadian
yang selama ini aku khawatirkan pun terjadi.
Saat itu adalah hari Minggu dan sejam lagi
Darma harus mengikuti kegiatan sekolah sepak
bolanya. Tapi dari tadi pagi aku tidak melihat
batang hidungnya di rumah. Aku bertanya pada
Mbak Yanti dimana keberadaan Darma dan ia
mengatakan saat belanja di warung tadi ia
melihat Darma sedang bermain di rumah Dina
bersama teman – temannya. Dina adalah teman
Darma sejak kecil. Keduanya terlihat begitu
akrab karena sudah bagaikan sahabat. Mulai
dari TK hingga SMP seperti sekarang ini,
keduanya selalu berada dalam satu sekolah.
Aku juga sudah
menganggap Dina bagian dari keluargaku. Waktu
kecil dulu, kedua orangtuanya Dina selalu
menitipkan Dina di rumahku karena keduanya
akan bekerja. Aku pun beranjak ke rumah Dina
yang hanya selang tiga rumah dari rumahku.
Saat tiba di rumah Dina, aku mendapati
rumahnya tampak sepi meski pintu depan
rumahnya dalam keadaan terbuka. Mobil milik
orang tua Dina yang biasa terparkir di
pekarangan rumahnya tidak ada. Aku memanggil
Darma dari luar rumah namun tak ada jawaban.
Aku pun memilih untuk masuk ke dalam
rumahnya yang terbuka. Aku kembali memanggil
Darma dan sama sekali tidak ada jawaban. Aku
memeriksa seluruh ruangan di lantai satu tapi
tidak menemukan keduanya. Mungkin Darma
sedang bermain di kamar Dina yang ada di lantai
dua. Tidak mungkin Darma tidak ada di rumah
Dina sementara tadi aku melihat sandalnya
tergeletak di teras Rumah Dina. Aku naik ke
lantai dua dan mendapati kamar Dina dalam
keadaan terbuka lebar. Aku juga mendengar
suara keduanya dari dalam kamar itu. Aku
segera menuju kamar Dina untuk langsung
membawa Darma pulang karena sebentar lagi
dia harus latihan sepak bola. Jantungku rasanya
hampir copot ketika melihat Darma dan Dina
tengah berduaan dalam keadaan telanjang bulat.
Keduanya sedang asik berciuman sambil tangan
Dina terus mengelus kontol Darma dengan
lembut. Aku langsung bersembunyi dan
mengelus dadaku yang rasanya sesak. Aku
kecewa dan sakit hati karena apa yang aku
takutkan selama ini benar – benar terjadi seperti
apa yang pernah menimpa anak sahabatku
Linda. Aku bersembunyi di balik guci besar yang
berada tepat di seberang kamar Dina.
“Din, aku boleh gak cium memek kamu ???”
Tanya Darma.
“Itukan jorok Darma. Masa mau kamu cium sih”
kata Dina menolak permintaan Darma.
Tapi Darma sama sekali tidak menyerah. Ia
terus merayu dan memaksa Dina agar
memperbolehkannya untuk mencium memeknya.
Lama kelamaan Dina pun luluh dan menuruti
keinginan Darma. Ia berbaring di atas kasurnya
sambil melebarkan pahanya. Darma menjulurkan
lidahnya bagaikan anjing yang kelaparan. Lalu ia
mencium lembut memek Dina yang masih mulus
dan rapat dan ditumbuh bulu – bulu jagung.
Tubuh Dina bergetar seperti tersengat listrik.
Ternyata Darma tengah menjilati memek Dina
dan mencucukkan lidahnya di lubang memek
Dina. Ia buka belahan memek Dina dan terlihat
klitoris Dina yang masih bersembunyi di balik
labia mayoranya. Darma menggelitik klitoris Dina
hingga tubuh Dina menggeliat seperti cacing.
“Udah Darma aku mau pipis nih” ucap Dina
sambil mencoba mendorong kepala Darma.
Tapi Darma tidak mau menghentikannya dan
terus menjilati memek Dina. Tiba – tiba Dina
ejakulasi dengan mengeluarkan air kencingnya
yang cukup banyak seperti squirt. Air kencing itu
tepat mengenai wajah Darma dan
membasahinya. Darma tampak terkejut akan
orgasme hebat yang ditunjukkan Dina.
“Maaf ya Darma. Aku gak kuat nahan pipisnya.
Kamu sih kan udah aku bilang berhenti” kata
Dina sambil membersihkan wajah Darma dengan
bajunya.
Darma hanya tersenyum dengan pengalaman
pertama melihat orang yang orgasme dengan
cara squirt. Lalu Darma mengarahkan kontolnya
ke memek Dina.
“Kamu mau apa ??? Kan dah janji gak bakalan
dimasukin” kata Dina yang langsung menjepit
kedua pahanya.
“Aku cuma mau ngelus kontolku di memek
kamu. Janji deh gak bakalan aku masukin” rayu
Darma.
Dina tampak ragu ketika akan melebarkan lagi
kedua pahanya. Darma mengambil posisi dan
mengelus kontolnya tepat di permukaan memek
Dina yang rapat dan masih perawan itu. Lagi –
lagi Dina merasa keenakan ketika kontol Darma
menggesek klitorisnya. Ia semakin menggeliat
dan berusaha menghindar dari kontol Darma.
Tapi dengan cepat Darma mencengkram tubuh
Dina dan ia terus menggesekkan kontolnya di
klitorisnya. Lalu dengan nekatnya Darma
bermain di lubang memek Dina sambil
mencucuk – cucukkan kontolnya sebatas pintu
masuk lubang memek Dina.
“Aku mau pipis lagi Darma” kata Dina yang
mencoba untuk bangkit dari tidurnya.
“Pipis di sini aja Din. Aku mau menikmati pipis
kamu lagi” perintah Darma
memory laptop/netbook
DDR2 1GB kingston
bekas
Rp60000
Memory Kingston
HyperX FURY 8GB Ki
1866MHz
Rp1125000
Kembali air kencing Dina menyembur dengan
derasnya ke arah batang kontol Darma yang
berada tepat di atas memek Dina. Darma pun
mengocok kontolnya dengan cepat dan ia
orgasme dengan menyemburkan lahar panasnya
yang cukup banyak hingga mengenai wajah Dina
yang tidak sempat menghindar. Keduanya
tertawa terbahak – bahak melihat penampilan
masing – masing dimana wajah Darma basah
kuyup oleh air kencing Dina sementara wajah
Dina terkena semprotan sperma Darma. Lalu
keduanya menuju kamar mandi dan
membersihkan tubuh bersama dan kembali lagi
ke kamar untuk mengganti sprei yang basah
karena air kencing Dina. Kemudian keduanya
saling bermesraan sambil berbaring di atas
kasur. Keduanya
saling bercakap – cakap tentang apa yang baru
saja mereka lakukan. Dina tampak bahagia
sekali berada dalam pelukannya. Aku merasakan
ada benih cinta yang tumbuh di antara
keduanya. Kalau memang benar mereka saling
mencintai, aku tetap tidak akan membiarkan
Darma untuk berbuat hal seperti ini lagi karena
resikonya cukup besar. Kalau Darma silap bisa
– bisa Dina akan hamil muda. Darma kembali
mencoba mencumbu Dina dan kali ini Dina
tampak pasrah dengan cumbuan Darma. Darma
meremas payudara Dina yang kecil seperti
payudara yang baru tumbuh. Lalu ia menjilat
kedua puting Dina yang masih tampak kecil dan
mungil hingga kedua putingnya mengeras.

0 Response to "Cerita Dewasa : Anakku Pemuas Nafsuku (1)"

Posting Komentar